Mati tertabrak truk? Klise.
Tapi bangun di dunia penuh sihir, monster, dan wanita cantik berbahaya?
Shen Hao tidak menyangka, nasib sialnya baru dimulai.
Sebagai pria modern yang tengil dan sarkastik, ia terjebak di dunia fantasi tanpa tahu cara bertahan hidup. Tapi setelah menyelamatkan seorang gadis misterius, hidupnya berubah total—karena gadis itu ternyata adik dari Heavenly Demon, wanita paling ditakuti sekaligus pemimpin sekte iblis surgawi!
Dan lebih gila lagi, dalam sebuah turnamen besar, Heavenly Demon itu menatapnya dan berkata di depan semua orang:
“Kau… akan menjadi orang di sisiku.”
Kini Shen Hao, pria biasa yang bahkan belum bisa mengontrol Qi, harus menjalani hidup sebagai suami dari wanita paling kuat, dingin, tapi diam-diam genit dan berbahaya.
Antara cinta, kekacauan, dan tawa konyol—kisah absurd sang suami Heavenly Demon pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZhoRaX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CH 29
Suara lonceng spiritual terakhir bergema.
Cahaya bulan merah di atas altar berpendar lembut, menyelimuti seluruh aula dengan rona hangat dan megah.
Formasi Heavenly Crimson Oath kini berangsur meredup, namun satu ritual terakhir masih belum dilakukan.
Mei Ling’er memandang kakaknya dengan tatapan penuh arti, lalu menunduk perlahan.
“Untuk menutup ikatan ini dan mengukuhkannya di hadapan langit serta bumi…
kedua pihak harus menyatukan hati dalam satu ciuman satu sama lain sebagai tanda kasih.”
Suasana tiba-tiba menjadi hening.
Bahkan angin pun seolah berhenti berhembus.
Semua mata kini tertuju pada dua sosok yang berdiri di tengah altar suci — Ketua Mei Xian’er dan Shen Hao.
Shen Hao mematung di tempat.
Kata-kata “tanda kasih” bergema di telinganya, membuat jantungnya berdetak tak beraturan.
Ia sempat menoleh ke kanan, ke arah kerumunan Penatua Agung yang tampak menatap tajam dengan berbagai ekspresi — dari khawatir, kaget, hingga geli.
Sementara para murid di bawah tampak menahan napas, menanti apa yang akan terjadi.
Mei Xian’er melangkah satu langkah lebih dekat.
Gaun merahnya berdesir lembut, matanya menatap lurus ke arah Shen Hao — tenang, tapi dalam.
“Ini hanya tradisi, tidak perlu gugup,” ujarnya pelan, suaranya begitu lembut hingga terasa seperti angin yang menyentuh jiwa.
Shen Hao menelan ludah.
“Aku… tidak gugup. Hanya… sedikit tidak siap,” gumamnya, jelas gugup.
Senyum tipis muncul di sudut bibir Mei Xian’er.
Untuk pertama kalinya, senyum itu bukanlah senyum formal, bukan pula senyum yang dingin — melainkan sesuatu yang hangat dan nyaris lembut.
Ia mengangkat tangannya, menyentuh perlahan sisi wajah Shen Hao, lalu berbisik,
“Tenanglah… sekarang, lihat aku.”
Dan Shen Hao pun menurut.
Mata ungunya bertemu dengan mata crimson milik Mei Xian’er — dua warna yang kontras namun anehnya saling melengkapi.
Dalam sekejap, dunia seolah lenyap.
Yang tersisa hanya dua jiwa yang terhubung oleh cahaya merah lembut yang melayang di sekeliling mereka.
Mei Xian’er menutup matanya perlahan, lalu mendekat sedikit demi sedikit.
Jarak di antara mereka semakin menyempit hingga akhirnya bibirnya menyentuh bibir Shen Hao dalam sentuhan yang cukup lama, lembut, dan penuh ketenangan spiritual.
Seketika, formasi Heavenly Crimson Oath di bawah kaki mereka berpendar terang, memancarkan pilar cahaya merah ke langit.
Energi spiritual memenuhi udara, dan setiap kultivator yang hadir bisa merasakan sesuatu yang menggetarkan — dua jiwa benar-benar bersatu dalam satu takdir.
Seluruh aula seolah hidup kembali.
Bunga crimson lotus bermekaran di udara, menari dalam angin spiritual yang harum.
Para murid dan tamu menundukkan kepala memberi hormat, sementara enam Penatua Agung menatap dengan ekspresi campuran antara takjub, heran, dan—dalam kasus Hu Yue—senyum nakal yang nyaris tak bisa disembunyikan.
Mei Ling’er menutup gulungan sutra itu dan berkata dengan suara lembut namun tegas,
“Dengan restu langit, bumi, dan Bulan Merah —ikatan antara Ketua Mei Xian’er dan Shen Hao kini sah adanya.”
Suara gemuruh tepuk tangan dan seruan hormat bergema di seluruh aula.
Namun, bagi dua orang di tengah altar itu, dunia masih terasa diam.
Mei Xian’er menatapnya dalam diam, sementara Shen Hao hanya berdiri kaku, wajahnya memerah hebat.
“Itu… tadi,” katanya pelan, hampir berbisik.
“Hanya tradisi,” jawab Mei Xian’er tenang, meski matanya berkilau samar oleh emosi yang sulit dijelaskan.
Aroma dupa suci masih memenuhi aula megah itu.
Formasi pernikahan sudah padam, namun cahaya lembut bulan merah tetap menggantung tinggi, seolah enggan meninggalkan momen bersejarah itu.
Para tamu mulai berdiri dari kursi mereka, satu per satu mendekat untuk memberi hormat.
Ucapan selamat bergulir seperti aliran sungai yang deras—penuh senyum, namun sebagian mengandung rasa ingin tahu, kekaguman, bahkan ketidakpercayaan terselubung.
“Selamat kepada Ketua Mei atas pernikahan ini. Dunia kultivasi pasti akan bergetar mendengar kabar ini.”
“Benar, siapa yang menyangka—Ketua Mei yang tak tersentuh kini telah memilih pasangan.”
Senyuman terpaksa dan tawa kaku memenuhi udara.
Beberapa tokoh besar dari sekte lain menyembunyikan tatapan penuh hitung-hitungan politik di balik wajah ramah mereka.
Bagi mereka, pernikahan ini bukan sekadar kisah cinta—melainkan pergeseran kekuatan besar di antara sekte-sekte.
Di sisi lain, para murid perempuan Crimson Moon tampak masih sulit mempercayai kenyataan.
Sebagian memandang dengan tatapan bingung, sebagian lain justru tersipu atau berbisik pelan sambil menatap Shen Hao yang kini berdiri di samping Mei Xian’er dengan wajah merah padam.
“Jadi… itu benar-benar suaminya Ketua?”
“Ia tampak biasa sekali… tapi kenapa auranya terasa aneh, ya?”
“Mungkin itulah sebabnya Ketua Mei memilihnya… pria yang ‘tidak biasa’.”
Sementara itu, di barisan depan, Enam Penatua Agung berdiri berdekatan, masing-masing dengan ekspresi berbeda.
Huo Lian, dengan tangan terlipat dan tatapan membara, menghembuskan napas berat.
“Aku tetap tidak mengerti apa yang Ketua pikirkan. Lelaki itu bahkan belum mencapai ranah Nascent Soul… namun ia sudah menjadi pendamping Ketua kita.”
Shen Qiyue menimpali dengan nada dingin,
“Aku lebih khawatir tentang apa yang tidak kita ketahui darinya. Ada sesuatu di pria itu yang tidak bisa kita baca, bahkan dengan kekuatan spiritual tingkat Heavenly Demon.”
Hu Yue justru tersenyum licik sambil memainkan rambutnya.
“Hehe~ mungkin itu justru bagian yang menarik, bukan? Aku sudah melihat banyak pria mencoba menarik perhatian Ketua kita dan semuanya gagal. Tapi dia? Ia hanya perlu… menjadi dirinya sendiri.”
Bai Zhenya, yang diam sedari tadi, akhirnya bersuara pelan.
“Entah kenapa, aku bisa merasakan sesuatu dari aura pria itu. Tidak jahat… tapi sangat berbeda. Seperti… jiwa yang tidak berasal dari dunia ini.”
Ucapan itu membuat suasana di antara mereka sejenak hening.
Hanya Lan Xiuying yang menatap ke arah pasangan di tengah aula, matanya yang berkilau perak tampak merenung dalam.
“Mungkin keputusan Ketua Mei memang aneh bagi kita,” ucapnya lembut, “tapi aku yakin… ia tidak akan memilih tanpa alasan.”
Mei Ling’er menatap kakaknya dan Shen Hao dari kejauhan dengan senyum hangat, meski di dalam hatinya masih ada kekhawatiran.
Namun melihat sang kakak tampak tenang di sisi pria itu, sebagian dari dirinya mulai percaya bahwa mungkin… memang ada sesuatu yang berbeda tentang Shen Hao.
Sementara itu, Shen Hao sendiri tampak linglung di tengah kerumunan.
Ia berusaha tersenyum setiap kali seseorang mengucapkan selamat, namun pikirannya masih belum sepenuhnya bisa menerima kenyataan bahwa ia baru saja menikah dengan Ketua Sekte Crimson Moon, seorang Heavenly Demon yang ditakuti di seluruh benua.
“Ini gila… aku hanya ingin menonton turnamen, dan sekarang aku malah jadi suami wanita terkuat di tempat ini…”
Dari samping, Mei Xian’er menatap sekilas ke arahnya — sekilas senyum lembut terukir di wajahnya, samar, namun cukup untuk membuat Shen Hao menunduk cepat-cepat, wajahnya kembali memerah.
Dan di antara sorak sorai serta ritual penutup yang meriah itu, hanya satu hal yang jelas terasa di udara —
bahwa hari itu menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih besar daripada sekadar pernikahan.