NovelToon NovelToon
Love Your Enemy

Love Your Enemy

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Konflik etika / Enemy to Lovers / Balas Dendam
Popularitas:6.7k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Nuansa dan Angger adalah musuh bebuyutan sejak SMA. Permusuhan mereka tersohor sampai pelosok sekolah, tiada yang luput untuk tahu bahwa mereka adalah dua kutub serupa yang saling menolak kehadiran satu sama lain.

Beranjak dewasa, keduanya berpisah. Menjalani kehidupan masing-masing tanpa tahu kabar satu sama lain. Tanpa tahu apakah musuh bebuyutan yang hadir di setiap detak napas, masih hidup atau sudah jadi abu.

Suatu ketika, semesta ingin bercanda. Ia rencakanan pertemuan kembali dua rival sama kuat dalam sebuah garis takdir semrawut penuh lika-liku. Di malam saat mereka mati-matian berlaku layaknya dua orang asing, Nuansa dan Angger malah berakhir dalam satu skenario yang setan pun rasanya tak sudi menyusun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Apartemen

Nuansa habis dari rumah sakit, menyetir pulang dengan perasaan tidak habis pikir. Diagnosa dari dokter bilang dia mengalami false pregnancy, kondisi di mana tubuhnya mengalami berbagai gejala yang lazim dialami oleh ibu hamil. Kelelahan dan stres berlebih menjadi penyebab utamanya. Sedangkan kekhawatiran atas insiden one night stand dengan Angger adalah faktor lain yang semakin memperkuat gejala.

Oleh dokter, Nuansa diberikan beberapa tablet vitamin, disarankan untuk mengurangi aktivitas fisik berlebih, dan dianjurkan untuk memperhatikan jam tidur dan mengimbangi jadwal olah raga dengan baik. Dengan itu, dokter bilang kondisi tubuhnya akan berangsur pulih. Siklus bulanannya yang kacau juga akan membaik.

Nuansa memukul kepalanya pelan, sembari merutuk. Niatnya menjadi sibuk supaya tidak kepikiran Angger, tapi hasilnya malah membuat dirinya nyaris kena serangan jantung dan jadi harus bertemu lagi dengan musuh bebuyutannya itu.

"Yey habis dari mana sih emangnya?"

Dia melirik ponsel di dashboard, panggilan dengan Amy masih berlangsung. Pria gemulai itu sudah menanyakan keberadaannya sejak dirinya berangkat menemui Angger. Padahal Nuansa sudah bilang hari ini ingin full bebas tanpa gangguan.

"Jalan-jalan doang," sahutnya malas.

Amy tahu hampir semua hal dalam hidupnya. Yang tidak dia bagi kepada Mama atau Papa pun, Amy hampir selalu tahu. Tetapi soal Angger dan insiden malam itu, Nuansa sudah memutuskan akan tutup mulut rapat-rapat. Amy bisa dipercaya, tapi mulutnya kadang tidak bisa direm kalau sedang berada di lingkungan yang nyaman. Jangan sampai mulut lemesnya keceplosan mengungkit soal ini di depan Mama dan Papa, apalagi Han Jean.

Ah, bicara soal Han Jean, ke mana perginya tunangannya itu? Weekend begini seharusnya Jean tidak ada jadwal. Walaupun bukan jadwal mereka untuk bertemu, tapi Jean biasanya akan mengirim pesan sekadar menanyakan apa yang tengah Nuansa lakukan. Tapi setelah Nuansa ingat-ingat lagi, Han Jean belum menghuninya sama sekali hari ini.

"My," panggilnya. Amy menyahut dengan gaya kemayu yang khas. "Matiin teleponnya. Gue mau telepon Mas Je."

Kata dih meluncur dari bibir Amy. Nuansa bisa membayangkan sekaligus wajah julidnya. "Eyke yang khawatirin yey, tapi yey mau mutusin telepon eyke cuma demi-"

Bip.

Nuansa geregetan, enggan juga mendengar ocehan Amy sekarang, jadi dia tekan tombol merah untuk menyudahi serangan.

Setelah telepon dengan Amy terputus, Nuansa menekan angka 0, untuk terhubung dengan nomor Han Jean. Detik demi detik, Nuansa menunggu teleponnya diangkat, jemarinya mengetuk-ngetuk kemudi, matanya terus berganti fokus dari layar ponsel ke jalanan lengang di depannya.

Tidak dijawab. Panggilan berakhir setelah sang empunya nomor tak kunjung menerima panggilan. Nuansa mengernyit heran. Tidak biasanya Han Jean slow respons terhadapnya, terlebih di akhir pekan seperti ini. Kalaupun akan ada agenda yang mengharuskannya sibuk seharian, Jean pasti akan lebih dulu mengabari Nuansa, agar tunangannya tidak cemas menanti kabar, tidak pula berpikir yang tidak-tidak.

"Ke mana?" gumam Nuansa, seraya telunjuknya menekan angka 0 sekali lagi. Yang kali ini, jangankan nada tunggu, suara operator langsung menyapa di detik pertama begitu panggilan mencoba terhubung.

Makin-makin saja keheranan Nuansa, tapi kali ini diselipi juga rasa khawatir. Dia menggigit bibir bawah, otak berputar cepat.

Sebelum tiba di persimpangan, keputusannya sudah bulat. Nuansa membanting setir, tidak jadi pulang ke rumah. Daripada menduga-duga tidak jelas, dia akan mencari tahu secara langsung apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan Han Jean.

...✨✨✨✨✨...

Kompleks apartemen itu memiliki akses terbatas, tidak sembarang orang bisa masuk. Biaya pemeliharaan yang dibayar setiap bulan, sebanding dengan fasilitas dan keamanan yang diberikan. Pertimbangan yang cukup untuk memilihnya sebagai hunian, jika ingin hidup tenang tanpa gangguan.

Namun, bagi Angger, ibunya seharusnya bisa mendapatkan hunian yang jauh lebih baik daripada unit apartemen yang kini ia huni bersama suaminya. Sampai kali terakhir kunjungannya, Angger masih mencoba memengaruhi ibunya untuk pindah kembali ke rumah lama mereka. Jika di sana terlalu sesak, karena ada banyak kenangan yang tertinggal, ibunya bisa memilih rumah lain yang ada di dalam daftar aset keluarga mereka.

Tapi sama dengan teguhnya Angger pada bujukannya, ibunya juga teguh dengan keputusannya untuk tetap tinggal. Alasannya agar lebih terasa intimate. Agar tidak terlalu banyak campur tangan lain di dalam biduk rumah tangga yang dibinanya 9 tahun ini.

"Mama lihat ada bag lain. Itu buat siapa?"

Angger berhenti memindai seisi unit, beralih pada bag dari jewelry yang dikunjunginya sebelum ke sini. Bag itu ditinggalkan olehnya di sofa, sedangkan bag satunya yang berisi kado untuk ibunya sudah diberikan.

"Oh," Mulut Angger membulat, lalu dia kembali buang muka dari bag tersebut. "Iseng aja beli. Modelnya bagus."

Seakan tidak terima dengan jawaban itu, Imelda, ibunya Angger tersenyum penuh arti. Dihampirinya bag yang ditinggalkan putranya, lalu diperiksa isinya. Kotak perhiasan berukuran kecil warna putih ada di dalamnya. Ukurannya lebih kecil daripada kotak set perhiasan yang Angger berikan padanya.

"Wah ... emang cantik," komentarnya, setelah membuka kotak dan melihat kalung cherry blossom tertata apik di sana.

Angger melirik sekilas, dan tidak ambil pusing. "Mama mau? Pakai aja kalau mau."

"Ini? Buat Mama?" Imelda menyodorkan kotak yang terbuka kepada Angger, kepalanya menggeleng kemudian. "Mana cocok? Ini model untuk anak muda," katanya.

"Nggak juga," balas Angger. "Itu bisa dipakai sama siapa aja, umur berapa pun."

Imelda menutup kotak perhiasan tadi, bibirnya merengut. "Maksud Mama, kenapa kamu nggak kasih aja ke pacar kamu?"

"Angger nggak punya pacar."

"Cari dong."

"Mama." Angger menekankan ucapannya, memberi sign agar ibunya tidak lanjut bicara. Imelda mengalah.

Meski sambil cemberut, diletakkannya kembali kotak perhiasan ke dalam bag, lalu bag-nya ditaruh lagi di sofa.

"Dinner's ready."

Imelda menoleh, disusul Angger sepersekian detik lebih lambat. Seorang pria paruh baya, berpostur tegap, rambut mulai beruban tipis-tipis, memakai apron putih, berdiri dengan senyum hangat. Itu adalah suami Imelda. Ayah tiri Angger, yang sampai detik ini kehadirannya masih belum bisa Angger terima. Bukan karena jahat atau bagaimana, hanya saja ada perasaan yang sulit Angger jelaskan. Perasaan yang membuat pintu hatinya seperti tertutup rapat dan kuncinya hilang entah ke mana.

Angger tidak secara terang-terangan menentang hubungan ibunya dengan suaminya ini, tetapi tidak juga menunjukkan dukungan. Dia hanya mencoba mengerti apa yang ibunya inginkan, sekadar ingin membuatnya senang.

"Duluan aja, Angger mau keluar sebentar, ada yang mau dibeli."

Angger mengatakan itu pada ibunya. Dan tanpa menunggu dijawab, dia melenggang meninggalkan ruang tamu, berjalan lurus menuju pintu keluar unit. Tatapannya tidak sama sekali bersinggungan dengan ayah tirinya. Bukan karena benci, ia hanya enggan.

Begitu tubuhnya melewati pintu dan hendak menutupnya kembali, fokus Angger teralihkan oleh sosok familier yang berdiri di unit sebelah. Tatapan mereka bertemu, terkunci selama beberapa detik, sebelum akhirnya terputus setelah terdengar suara pintu unit sebelah dibuka.

Angger menyaksikan sosok itu masuk, meninggalkannya tanpa sepatah kata pun, dan dia hanya bisa menghela napas rendah.

Bersambung....

1
irish gia
baik banget sih angger..segitunya jagain nuansa
irish gia
siapakah dia
irish gia
hmmm...
irish gia
kalo himil..cerita end..nuasa pasti dipaksa kiwin sama angger
irish gia
ngakak
Zenun
cuti tiga bulan aja.
Hamil dulu tapi😁
Zenun
Masih belum bisa menjudge kalau Han Jean orang jahat
Zenun
Nuansa main asal tuduh aja nich🤭
nowitsrain: Pokoknya Angger yang salahhh
total 1 replies
Zenun
foto apan tuch?
nowitsrain: Foto xxx
total 1 replies
Zenun
mungkin dia pura-pura😁
nowitsrain: Emaknya Angger ituuuuu
total 1 replies
Zenun
Aku tahu, dalangnya adalah Han Jean
nowitsrain: Omo omo
total 1 replies
Zenun
Kira-kira siapa ya yang sedang mengincar Nuansa🤔. Apa mungkin Han Jean🤭
nowitsrain: Adalah aku ☝️
total 1 replies
Zenun
ke aku sini😁
nowitsrain: Hmmm seperti jurus silat ciat ciatt
total 3 replies
Zenun
mengcurigakan
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
tapi udah kesentuh dalam-dalam
nowitsrain: T-tapi kan, Nuansa duluan 😭😭
total 1 replies
Zenun
Bekas Han Jean ngapelin nyang onoh kali😁, terus naronya asal-asalan karena Nuansa datang
nowitsrain: Upssss
total 1 replies
Zenun
Ini mah Fix, balon yang dipake Angger itu bolong
nowitsrain: Enggak kok... rill tidak
total 1 replies
Zenun
ada wanita lain kali😁
nowitsrain: Hehehe
total 1 replies
Zenun
aki-akinya ngemong, gak ikutan ngereog😁
Zenun: wkwkwkwk
total 2 replies
Zenun
yah, huru hara gak jadi nih?
nowitsrain: Hehehe
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!