Season kedua dari "Two Promises"
Musim panas telah berlalu, dan Minamoto Haruki akhirnya berhasil menjalin hubungan dengan Yoshimoto Sakura. Namun, perjalanan waktu Haruki untuk menyelamatkan kekasihnya baru saja dimulai.
Seiring berjalannya waktu, bayang-bayang masa lalu mulai mengancam kebahagiaan mereka. Haruki harus menghadapi konflik internal keluarga Yoshimoto yang gelap, dan yang lebih mengerikan, rahasia besar yang selama ini disembunyikan Sakura mulai terungkap perlahan.
Akankah Haruki mampu mengungkap kebenaran dan mengubah takdir yang menanti? Atau, akankah usahanya sia-sia, membawa mereka pada akhir yang tragis seperti di masa lalu?
Saksikanlah perjuangan mereka dalam 'Two Promises 2"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulis Anonim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Part 2) Ch. 31 - Sebuah Awal dan Kunci
[25 Maret — 2016]
[•] SMA Hoshizora
*POV Haruki
Jumat 25 Maret, adalah hari kelulusan bagi kami dari Hoshizora Kōkō ini.
Melalui arahan dari Tanaka-sensei, wali kelas kami, kami diarahkan untuk mengikuti upacara kelulusan di gimnasium.
Kepala sekolah memberikan amanat yang sangat lama sebelum menyanyikan lagu kelulusan, namun kami mendapatkan pesan yang cukup berarti di balik amanat yang panjang itu.
"Mulai saat ini mungkin kalian akan menghadapi dunia yang sesungguhnya. Tetapi, jangan pernah lupakan semua pelajaran yang kalian dapat ambil dari Hoshizora Kōkō ini." —Kepala sekolah Hoshizora Kōkō di atas podium—
Bunga sakura yang mekar sempurna, menemani kami di hari kelulusan ini.
Kehangatan dan semua kenangan yang kami dapatkan selama belajar di sini, merupakan sesuatu yang paling berharga dan akan kami simpan di dalam hati kami.
Sebelum menutup upacara kelulusan, Shigure Shin, sebagai perwakilan dari seluruh siswa yang lulus, naik ke podium untuk memberikan beberapa patah kata.
"Terima kasih karena telah memberikan saya kesempatan untuk menyampaikan beberapa patah kata. Pada hari ini, kita semua telah melewati tiga tahun penuh menempuh pendidikan untuk sampai ke titik ini. Semua kenangan, baik itu suka maupun duka, telah kita lewati. Tetapi, semua itu bukanlah suatu kebohongan apabila kita lewati dengan kebersamaan. Mulai hari ini, kita akan melewati masa yang lebih sulit dan... "
Pada hari kelulusan itu, sebuah awal dari perjalanan yang baru telah dimulai.
Aku pasti... akan membawa masa depan yang indah untuk-nya.
Sesulit apa pun jalan yang harus aku lewati, aku harus melewati itu semua dengan senyum yang tulus dari dalam hati.
Baik takdir atau apa pun itu, maju dan hadapi aku! aku pasti dapat menyelamatkannya Sakura.
* * *
Pada hari itu, angin berembus kencang membawa kelopak bunga sakura di atas padang rumput yang luas.
Di depanku berdiri sosok perempuan berambut hitam pendek yang tersenyum padaku.
"Nee, Haruki-kun. Sebenarnya aku.... "
Langit mendadak menjadi gelap, aroma darah menyebar luas di langit.
Sosok perempuan di depanku pun menghilang bersamaan dengan itu semua.
Saat aku menatap ke bawah, aku mendapati diriku berada di atas jalan yang basah—berdiri dengan tangan bergetar dan berlumuran darah.
Saat aku kembali menatap ke depan, perempuan itu tergelak di atas aspal dengan darah yang keluar dari kepalanya.
Dadaku sesak, jantungku berhenti berdetak, melihat sosok yang aku sayangi kini tak bernyawa.
"Sa... kura?"
[27 Maret — 2016]
[•] Kamar Apartemen Minamoto Haruki
Aku terbangun dengan telapak tangan yang mengarah ke atas.
Keringat mengalir dari pelipis dan leher, dada dan napasku terasa sesak.
"Ah... ternyata hanya mimpi."
Rasa sesak yang sementara itu terasa sangat nyata.
Aku bangun dan duduk bersandar di dinding, menarik napas lega sambil menaruh telapak tangan di dahi setelah itu.
"Kenapa mimpi itu terasa sangat nyata? selain itu, apakah itu benar-benar hanya mimpi atau... "
Hari itu, aku memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan tentang mimpi itu.
Namun aku tidak menyadarinya, bahwa... mimpi itu adalah sebuah pertanda yang sangat penting untuk diriku saat ini.
•Sejam kemudian....
[•] Alun-alun kota
Pada hari minggu ini, aku ada janji bertemu dengan Megumi dan menunggunya di sini.
Aku tidak tahu alasannya mengajakku ketemuan kali ini, tetapi...
"Si Megumi itu... bisa-biasanya dia datang telat. Padahal dia yang mengajakku sendiri."
Kemarin malam Megumi meneleponku dan memintaku untuk bertemu dengannya jam 8 besok. Namun saat aku tanya alasanya memintaku untuk bertemu dengannya...
"Maaf Haruki, akan aku beritahu saat kita bertemu besok."
Begitu katanya. Namun nada bicaranya saat mengatakan itu terdengar tidak meyakinkan.
Sudah lebih dari 15 menit aku menunggunya di sini namun masih belum kelihatan juga batang hidungnya.
Aku kembali menghela napas panjang saat melihat jam di layar ponselku.
"Ke mana sih, Megumi?" keluhku setelah menghela napas.
Tak lama kemudian, Megumi datang dari kejauhan berjalan menghampiriku.
Megumi. Dia mengenakan kaus hitam polos di balik kemeja cokelatnya, serta mengenakan celana berwarna putih dan membawa tas tangan dari kulit.
"Maaf... aku datang telat, Haruki."
Lihatlah wajahnya saat mengatakan itu! dia tersenyum seolah tidak merasa bersalah sama sekali.
Aku yakin kalau dia sengaja datang telat!
"Megumi!" panggilku.
"Ada apa, Haruki?" tanyanya.
"Apa alasanmu mengajakku bertemu hari ini?"
Megumi berjalan beberapa langkah ke arahku dan berhenti tepat di sampingku sambil tetap menghadap ke arah yang berlawanan denganku.
"Kita bicarakan di kafe, Haruki. Kemarin... Dewa Waktu muncul di hadapanku," ucapnya.
BEBERAPA MENIT KEMUDIAN....
[•] Kafe
Aku dan Megumi datang mengunjungi sebuah kafe yang berada dekat dari tempat kami bertemu—aku memesan secangkir kopi susu, sementara Megumi memesan parfait cokelat.
"Jadi, apa yang dikatakan Dewa Waktu kepadamu, Megumi?" tanyaku.
Setelah mengambil suapan pertama parfait cokelat yang dipesan, Megumi menjawab pertanyaanku.
"Dia berkata bahwa 'Sebuah awal akan dimulai sebentar lagi di tangan orang itu' namun aku tidak dapat memahaminya sama sekali, Haruki."
Sebuah awal yang baru akan dimulai? lalu siapa 'Orang itu' yang disebut olehnya?
"Bagaimana, Haruki?" Megumi bertanya padaku.
Aku menggeleng, "Aku juga tidak mengerti, Megumi."
Megumi menghela napas—sepertinya dia berharap banyak padaku.
"Aku sudah penasaran sejak lama... kenapa Dewa Waktu hanya muncul di hadapanmu saja, Megumi?"
"......."
Megumi terdiam selama beberapa saat menundukkan kepalanya saat aku bertanya. Kemudian, dia berkata.
"Aku juga tidak tahu, Haruki. Aku tidak mengetahuinya... " suaranya pelan, pandangannya ke bawah.
Kenapa dia hanya memunculkan dirinya di depan Megumi?
Apa karena ada suatu ketertarikannya terhadap Megumi?
"Naa, Megumi!"
Megumi mengangkat wajahnya sambil berkata, "Hm, ada apa, Haruki?"
"Apa dia tidak mengatakan sesuatu yang lain kepadamu?" tanyaku.
Megumi menggelengkan kepalanya, "Tidak. Dewa Waktu tidak mengatakan apa pun lagi padaku."
"Apa dia pernah mengatakan sesuatu padamu? misalnya tentang ketertarikannya padamu," tanyaku lagi.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu, Haruki?"
"Tidak, aku hanya ingin mengetahuinya saja kok, Megumi."
Kemudian Megumi memiringkan kepalanya sambil berusaha mengingat sesuatu. Setelah beberapa saat, dia menjawab.
"Umm... kalau tidak salah Dewa Waktu pernah mengatakan kalau aku adalah sebuah kunci untuk sesuatu."
"Kunci... untuk sesuatu? apa maksudnya?" tanyaku.
"Tidak tahu," jawabnya setelah menggelengkan kepala.
Kunci... ya? mengapa Megumi disebut sebagai kunci olehnya?
Dan kenapa dia melihat Megumi sebagai 'Kunci' itu?
Masih ada banyak hal yang perlu aku ketahui lebih lanjut. Tetapi....
Apakah waktunya cukup untuk mengetahui semua itu?
Pada hari itu di kafe... aku baru saja mengetahui kalau sebuah awal yang baru, baru saja dimulai.
Entah itu awal yang baik ataupun tidak, aku hanya bisa melihatnya saat awal itu suatu saat nanti.
Serta tentang kebenaran bahwa Megumi sebagai sebuah 'Kunci' untuk sesuatu, seperti yang dikatakan oleh Dewa Waktu.
'Sesuatu' seperti apakah itu? aku sangat ingin mengetahuinya.
* * *
Di sebuah desa tradisional di pedalaman Hokkaido, hidup sebuah keluarga yang bahagia di dalamnya.
Di dalam keluarga itu, hidup seorang anak yang enerjik dan selalu tersenyum setiap saat.
Setiap hari, dari pagi hingga sore hari, anak itu selalu bermain dengan dua orang temannya di desa itu.
Anak itu memanggil temannya dengan sebutan "Mii-chan" dan "Tan-chan".
Dan kedua temannya pun memanggil anak itu dengan panggilan "To-chan".
Mereka bertiga sering bermain di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.
Bercanda ria dan bermain bersama dengan kedua temannya, membuat anak itu dapat tersenyum dengan tulusnya dari dalam hati.
Peristiwa itu terjadi pada periode Asuka, atau lebih tepatnya pada saat musim semi di Hokkaido pada tahun 573.
Dan nama anak dalam kisah tersebut adalah "Nanami Tokio"
Bersambung....