Tuan Daniel, Saya Sudah Move On

Acara makan malam itu berlangsung cukup lama, hingga waktu sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam, Mereka masih asyik berbincang.

Mursyid tahu bahwa fakta Kania adalah orang genius murid Profesor Hasan dan pencipta GIP masih dirahasiakan, jadi selama obrolan berlangsung Ia sama sekali tidak menyinggung soal itu.

"Kapan-kapan, Kalau ada kesempatan makan bersama lagi, bawalah Putrimu juga, Kania, Saya penasaran seperti apa Dia? Karena paman Tony dan Bibi Margareth bilang bahwa Dia sangat manis"

Mendengar itu ekspresi Kania sedikit berubah.

Margareth dan Tony mengira, Kania sedih seperti itu karena Dia tidak mendapatkan hak asuh Elisa.

Kania kemudian berkata,

"Saya memiliki waktu yang sangat terbatas, dan selama ini Elisa memang tinggal bersama Ayahnya, jadi Kami sangat jarang bisa menemukan waktu senggang yang sama..Tapi, jika nanti Saya bisa mengaturnya, Saya akan mengabari Nenek Saliem untuk bisa makan bersama lagi dengan pak Mursyid, bersama dengan putri Saya"

Mursyid pun tersenyum lebar kemudian mengangguk paham.

Makan malam pun berlanjut. Bahkan sampai Daniel selesai makan malam di ruangan lainnya, suara gelak tawa yang menyenangkan dari ruangan Tony dan Margareth masih terdengar dari luar.

Serena lagi lagi melirik Daniel, tapi Pria itu hanya berjalan lurus dengan tenang tanpa berkata apapun. Serena pun menoleh ke arah orang tua dan adiknya yang kemudian tersenyum bahagia untuknya.

Beberapa saat kemudian,

"Nak, Biar Matthias yang mengantarmu pulang, ini sudah cukup larut"

Ujar Mursyid, namun Kania segera menolaknya.

"Tidak usah merepotkan paman, Saya bawa mobil sendiri, bagaimana dengan Kakek dan Nenek?"

Kania menoleh ke arah Tony dan Margareth, Tony pun menjawab,

"Baru saja supir Kami datang untuk menjemput, Ya sudah mari Kita pulang... Ahhh Aku sangat senang dengan makan malam hari ini, sangat menyenangkan"

"Hahahah, Saya juga Paman, terima kasih sudah mengundang Saya dan Putra Saya"

Ucap Mursyid seraya menepuk bahu Matthias.

Matthias sepertinya memang tidak banyak bicara, tapi senyum di wajahnya cukup untuk menyampaikan bahwa Ia juga menikmati makan malam ini. Dia dengan sopan berkata,

"Terima kasih Kakek dan Nenek Saliem. Senang bertemu dengan Anda lagi, semoga Kita bisa menghabiskan waktu lagi di lain kesempatan"

"Tentu, Matthias. Kakek tahu kamu sangat sibuk sebagai prajurit dan jarang memiliki waktu libur, itu sebabnya saat Ayahmu bilang Kamu sedang cuti, Kakek langsung mengundang kalian makan malam! Hahahaha"

"Terima kasih, Saya merasa hangat"

Ucap Matthias dengan sopan, Ia lalu menoleh ke arah Kania dan berkata,

"Terima kasih Nona Kania Ishaq, berbincang dengan Anda juga sangat menyenangkan, Saya jadi banyak mendapatkan pengetahuan tentang teknologi"

"Sama-sama Pak Matthias, senang berbincang dengan Anda"

Kania tersenyum dengan sopan dan Matthias pun membalasnya.

Melihat interaksi keduanya, Tony dan Mursyid tiba saling menatap dan melemparkan senyum.

Sementara Margareth yang melihat dan memahami sikap suaminya hanya menghela nafas berat.

Kania sudah sangat menderita karena ulah cucunya, dan itu akibat perjodohan yang dipaksakan oleh dirinya dan Tony.

Jangan sampai Mereka melakukan kesalahan yang sama dan melukai Kania lagi.

Kania terlihat lebih bahagia sekarang dibandingkan saat menjadi istri Daniel. Margareth sangat senang melihatnya. Jadi, saat dirumah nanti Dia akan menyampaikan pada Tony untuk berhenti menjodohkan Kania dengan siapapun itu.

Biar Kania menentukan jalan hidupnya sendiri kali ini.

*****

Kania baru saja selesai melakukan ritual mandinya. Ia melihat jam dinding di kamarnya, Sudah pukul 1 dini hari, tapi Kania belum begitu mengantuk. Ia pun membuka laptopnya untuk mengecek email seperti biasanya.

Dan benar saja, ada email yang membuatnya tersenyum senang.

Itu adalah Email dari New Scientist. Mereka mengirimkan Sampel majalah berisi jurnalnya dalam versi digital.

Saat melihatnya, Kania benar-benar merasa puas. Ia pun mendownloadnya, kemudian mengirimkan majalah itu pada Alex dan tim Programmer Guardian Group.

Setelah selesai mengirim email. Kania mengirim pesan pada grup chat khusus Tim Programmer Guardian yang namanya sedikit unik "Tim Anti Baper".

[Aku baru saja mengirim jurnal terbaruku yang dicetak di New Scientist ke email kalian, silahkan dipelajari]

Begitu selesai mengirim chat itu, beberapa detik kemudian notifikasi balasan dari anggota grup chat itu berbondong-bondong membanjiri ponsel Kania.

Ia pun terkikik dan mengirim pesan lanjutan.

[Kalian semua belum tidur]

Satu persatu orang-orang itu membalas,

[Belum Bu Kania]

[Saya sedang main game, tapi begitu mendapat kabar dari Bu Kania, saya langsung melemparkan remote game Saya dan membuka Email]

[Saya sudah mau tidur Bu, tapi setelah membaca chat Bu Kania, tiba-tiba Saya tidak mengantuk lagi]

Dan seterusnya,

Kania tertawa kecil, tim Programmer Guardian Group memang yang terbaik. Kania selalu terhibur dengan kelucuan dan tingkah Mereka.

Tapi jangan salah, Saat di mode professional, Mereka bahkan tidak akan tersenyum barang cuma 1 cm. Mereka benar-benar programmer yang sangat profesional dan pandai menempatkan diri.

Keesokan paginya, dunia maya telah di gegerkan dengan jurnal tentang algoritma baru pemrosesan data dengan percepatan hingga 20x lipat tanpa menguras koneksi internet ataupun menimbulkan efek eror pada memori penyimpanannya.

Melihat angkanya saja, banyak para ahli di bidang teknologi dan kecerdasan buatan tercengang dan penasaran.

Pencarian di internet pun di penuhi dengan jurnal tersebut.

Yang lebih mengejutkan, ternyata jurnal tersebut di tulis oleh generasi muda bangsa Konoha.

Masyarakat Konoha tentu merasa sangat bangga, apalagi jurnal itu di terbitkan oleh majalah science dan teknologi paling terkemuka di dunia.

Orang-orang yang sudah membeli majalahnya, langsung mencari nama penulisnya terlebih dahulu bahkan sebelum membaca daftar isi jurnal tersebut.

"Kania Ishaq" menjadi pencarian teratas saat ini. Namun, karena Kania tidak pernah muncul ke publik, bahkan akun sosial medianya saja tidak memiliki foto profil, orang-orang pun semakin penasaran dan terus menerus memperbincangkannya.

Melihat antusiasme masyarakat dunia, Akhirnya New Scientist mengumumkan akan melakukan Siaran langsung secara online yang akan di hadiri oleh Kania sebagai narasumber. Akan ada kesempatan untuk bertanya bagi Audience yang berhasil terhubung saat Siaran langsung itu berlangsung.

"Kak Alex sangat bangga padamu Kania"

"Terima kasih kak, itu semua berkat Kakak"

"Tidak, itu berkat bakatmu"

Kania seketika memeluk Alex. Matanya tiba-tiba berair dan Dia tidak bisa lahi menahannya. Alex balas memeluknya seraya menepuk-nepuk punggung Kania.

Kania tetap dalam posisi itu selama hampir 10 menit, sampai akhirnya bisa kembali tenang.

"Ayo, hapus air matamu dan perbaiki make-upnya. Kamu akan melakukan siaran langsung bersama New Scientist!!!"

Kania tertawa kecil di sela-sela tangisnya. Ia pun segera menetralkan kembali perasaannya. Dan menatap Kakak tingkatnya itu.

"Do'akan Aku berhasil melakukan wawancara ini dengan lancar"

"Ahhhh ini adalah masalah kecil untuk seorang Kania Ishaq!"

Seru Alex. Setelah itu Tim Programmer Guardian juga menyerbu masuk ke ruangan Kania dengan sorak-sorai kegembiraan. Mereka memberi semangat, duduk di lantai seperti anak TK yang sedang memperhatikan gurunya.

15 menit lagi pihak New Scientist akan menghubunginya dalam acara siaran langsung Mereka.

Kania duduk diatas kursi kerjanya dengan laptop yang sudah terhubung dengan zoom meeting. Kania menarik nafas dalam-dalam sampai panggilan video zoom dari New Scientist terhubung dengannya.

Semua tim Programmer itu menjadi antusias, tapi Alex meletakkan telunjuknya tepat di bibirnya, menandakan supaya anak-anak progiitu tidak mengeluarkan suara yang menggangu jalannya wawancara.

Acara wawancara itu pun dimulai, disiarkan di seluruh televisi nasional dan akun-akun sosial media yang berkecimpung dalam dunia teknologi dan kecerdasan buatan.

Dunia Maya Konoha sekarang sedang sangat sibuk memperhatikan, seseorang yang baru pertama kali muncul, tetapi dengan prestasi yang begitu membanggakan, bernama Kania Ishaq.

Bersambung