Pulang Ke Indonesia. Arcilla Armahira harus mendapatkan tugas dari Kakeknya seorang Pengusaha kaya raya yang dikenal sangat dermawan dan selalu membantu orang kecil. Tetapi siapa sangka pria 70 tahun itu sering mendapatkan ancaman.
Sampai pada akhirnya terjadi insiden besar yang membuat Mizwar diserang oleh musuh saat mengadakan konferensi pers. Kericuhan terjadi membuat banyak pertumpahan darah.
Mizwar dilarikan ke rumah sakit. Arcilla mendapat amanah untuk menjalankan tugas sang Kakek.
Keamanan Arcilla terancam karena banyak orang yang tidak menyukainya seperti kakeknya yang ingin menyingkirkannya. Pengawal pribadi Mizwar yang selalu menemaninya dan mengajarinya membuat Arcilla merasa risih karena pria itu bukan mahramnya.
Sampai akhirnya Arcilla meminta kakeknya untuk menikahkannya dengan pengawalnya dengan alasan menghindari dosa.
Bagaimana kehidupan rumah tangga mereka ditengah persaingan bisnis?
Apakah keduanya profesional meski sudah menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Di Salahkan.
Jakarta
Cilla akhirnya sampai juga di Jakarta dan begitu sampai dia langsung menuju Perusahaan Lexa. Karena sebelumnya Metta sudah mengatur pertemuan dengan para Pengusaha. Cilla tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Rasyid membuka pintu ruangan rapat tersebut. Cilla membuang nafas perlahan ke depan dan kemudian memasuki ruangan itu.
Cilla melihat orang-orang yang duduk di sana menatapnya dengan sangat tidak suka, penuh dengan kekecewaan, di sana juga ada Ramos yang memiliki kepentingan dalam acara pertemuan itu.
Cilla menundukkan kepala dan kemudian mengambil tempat duduk yang sudah disiapkan. Rasyid tetap siaga berdiri di sampingnya.
"Ini adalah pertemuan yang sangat penting dan orang tidak memiliki kepentingan Saya rasa tidak perlu ada di sini," ucap Ramos memberi sindiran kepada Rasyid.
"Tapi saya harus berada di sini," sahut Rasyid menyadari bahwa itu adalah perintah untuknya keluar dari ruangan tersebut.
"Tidak ada orang di dalam ini membawa pengawal atau sekretaris. Cilla jangan terlalu penting seperti ayah mertua saya," sahut Ramos berbicara dengan sesukanya.
"Kamu tunggu di luar saja," ucap Cilla pelan.
"Tetapi..."
Cilla menganggukan kepala memberi kode kepada Rasyid untuk menuruti perintahnya.
"Baiklah," sahut Rasyid menghela nafas dan kemudian pergi.
"Saya meminta maaf karena saya terlambat datang," ucap Cilla
"Nona Cilla jika tidak siap untuk menjadi pemimpin, maka jangan jadi pemimpin. Ini bukan permainan dan coba-coba," sahut salah seorang pria.
"Saya tahu itu dan saya tidak akan memberi alasan untuk mencari pembelaan kenapa saya datang terlambat. Karena tujuan pertemuan kedua ini bukan untuk itu. Secara langsung saya meminta maaf kepada semua orang yang ada di sini, karena sudah mengecewakan kalian," ucap Cilla dengan menundukkan kepalanya.
"Anda sudah membuat rugi waktu kami dan Anda telah menunjukkan rasa tidak tanggung jawab Anda," sahut seorang pria menyampaikan protesnya.
"Sebaiknya mengundurkan diri dari tugas ini. Kami tidak membutuhkan seseorang yang lalai dalam tugas Dan menganggap remeh orang-orang seperti kami. Jujur saja tanpa anda semua juga bisa dikendalikan," sahut salah seorang.
Cilla kesulitan menelan ludah, kedatangannya ke tempat itu sepertinya percuma, banyak orang yang dia kecewakan mengeluarkan undang-undang mereka dan tidak ada satupun yang suka dengannya.
Ruangan itu justru seperti menjadi tempat saling adu mulut satu sama lain, menyalahkan Cilla dan menyuruhnya mundur dari posisinya. Mata Cilla tertuju pada Ramos yang sejak tadi tidak membela keponakannya itu dan malah ikut tersenyum seolah menikmati suasana itu.
***
Setelah mengikuti rapat Cilla pulang ke rumahnya dengan pintu mobil dibuka oleh Rasyid. Langkah istrinya itu tidak beraturan dengan wajah murung, tidak ada semangat sama sekali. Rasyid juga tidak bisa menegur.
"Nona Cilla!" Metta tiba-tiba muncul di hadapannya dengan menundukkan kepala.
"Rasyid ada sesuatu yang harus aku bahas dengan kamu. Nona Cilla bisa kami berbicara sebentar?" tanya Metta meminta dengan hati-hati.
Cilla melihat ke arah Rasyid. Rasyid yang memperlihatkan ekspresi dingin.
"Pergilah," sahut Cilla memberi izin.
"Ayo Rasyid!" ajak Metta dengan menarik tangan itu paksa.
Cilla melihat kepergian suaminya bersama wanita lain, sudah masalahnya tidak selesai-selesai dan sekarang ditambah lagi dengan semua ini membuat Cilla menghela nafas dan kemudian melanjutkan langkahnya memasuki rumahnya.
Ramos berpapasan dengan Cilla membuat Cilla dan Ramos menghentikan langkah.
"Jika tidak siap maka jangan mengambil tugas ini. Kesalahan fatal yang kamu lakukan berdampak dan seharusnya ini tidak terjadi," ucap Ramos.
"Ini tidak akan terjadi jika Om bisa mengatasinya," sahut Cilla.
"Apa maksud kamu?" tanya Ramos.
"Cilla sudah menitipkan pesan terlebih dahulu kepada Om untuk hadir di acara pertemuan dan menyampaikan alasan atas ketidakhadiran Cilla dan kenapa Om tidak mengatakan apapun membuat orang-orang salah paham seperti ini," ucap Cilla.
"Jadi kamu menyalahkan saya dan menyuruh saya bertanggung jawab atas semua ini jika orang-orang memberi saran kepada kamu untuk mundur?" tanya Ramos.
"Bukan orang-orang yang memberikan saran kepada Cilla untuk mundur, tetapi Om yang menginginkan Cilla untuk mundur," ucapnya membuat Ramos menyerngitkan dahi.
"Kamu menuduh saya?" tanya Ramos.
"Om sejak awal tidak percaya pada Cilla melakukan semua ini. Om belum melihat pekerjaan Cilla dan sudah bisa mengambil kesimpulan. Om tidak mendukung Cilla dan justru ingin menjatuhkan Cilla," ucap Cilla dengan tegas.
"Kamu jangan menyimpulkan begitu saja Cilla karena hanya saya kurang mendukung kamu. Saya hanya tidak ingin Perusahaan hancur di tangan kamu!" tegas Ramos.
"Tetapi saya bisa menjamin jika perusahaan tidak akan hancur," jawab Cilla berlalu dari hadapan Ramos.
****
Cilla menemui kakeknya dengan memegang tangan Mizwar.
"Kamu lelah dengan tugas ini?" tanya Mizwar melihat ekspresi dari cucunya itu tampak tidak baik-baik saja.
"Cilla memang lelah, takut dan selalu dibayang-bayangi dalam bahaya. Tetapi ini tidak akan membuat Cilla mundur, meski banyak orang yang tidak menginginkan Cilla," jawabnya dengan yakin.
"Alhamdulillah! Kakek senang mendengar semangat kamu," sahut Mizwar.
"Mungkin apa yang Cilla alami, tidak sebanyak yang Kakek alami selama bertahun-tahun. Cilla juga ingin seperti kakek berjuang sampai akhir," ucap Cilla.
"Kakek bangga sama kamu. Kakek percaya kamu bisa melewati semua ini," ucap Mizwar.
"Kakek katakan kepada Cilla, siapa sebenarnya musuh kakek yang paling menginginkan Kakek jatuh! Apa yang dia takutkan ketika sudah melihat Kakek tidak berdaya dan menyerang orang yang mengambil alih tugas itu?" tanya Cilla.
"Cilla Kakek tidak bisa mengatakan bahwa kakek tidak memiliki musuh dan semua bersahabat dengan baik dengan para Pengusaha lain. Tetapi saling bertegur sapa berbicara dan tersenyum belum tentu adalah teman dan mungkin juga sebagian musuh,"
"Jika kamu bertanya siapa orang yang paling membenci kakek dan kakek sampai saat ini tidak bisa melihat hal itu, karena di hari-hari biasa orang-orang bersikap baik. Dunia ini penuh dengan kepalsuan dan terkadang orang terdekat menjadi musuh terbesar kita," jawab Mizwar.
"Lalu kenapa kakek memilih Cilla untuk menjalankan tugas ini dan kenapa tidak memberi kesempatan kepada Om Ramos?" tanya Cilla.
"Kenapa tiba-tiba kamu mengaitkan semua ini dengan Ramos?" Mizwar menimpali pertanyaan itu.
"Entahlah, Cilla juga tidak tahu harus berbicara apa. Cilla bingung. Cilla merasa Paman marah karena posisi yang Cilla dapatkan dari Kakek dan seharusnya beliau yang memegang tugas ini karena beliau memiliki pengalaman," ucap Cilla.
"Apa Ramos mengganggu atau mengatakan sesuatu kepada kamu?" tanya Mizwar.
"Tidak," jawab Cilla.
"Kakek mengerti kamu mengalami kesulitan, tetapi seperti apa yang kakek katakan jika niat kamu baik maka semua juga akan dipermudah. Jangan pernah perlihatkan kepanikan pada musuh dan tetaplah tenang. Jangan kamu menganggap musuh tidak melihat gerak-geri kamu, kamu selalu menjadi incaran dan segala pergerakan kamu diperhatikan dengan teliti," ucap Mizwar
"Rasyid sudah mengatakan semua itu kepada Cilla," sahut Cilla.
"Lalu di mana Rasyid? kenapa tidak datang menemui kakek bersamaan dengan kamu?" tanya Mizwar.
"Dia yang membicarakan sesuatu dengan pengawal wanita," jawab Cilla.
"Lalu bagaimana hubungan kalian?" tanya Mizwar.
"Hubungan kami masih sama dengan sebelumnya. Dia melindungi Cilla dengan baik," jawab Cilla.
"Kakek percaya dia akan melakukan hal itu. Kamu jangan terlalu galak kepadanya. Kamu harus menuruti keinginannya karena setiap perkataan Rasyid pasti benar," ucap Mizwar.
Cilla hanya menganggukkan kepala.
Bersambung.....
penuh rahasia