Sebuah kumpulan cerpen yang lahir dari batas antara mimpi dan kenyataan. Dari kisah romantis, misteri yang menggantung, hingga fantasi yang melayang, setiap cerita adalah langkah di dunia di mana imajinasi menjadi nyata dan kata-kata menari di antara tidur dan sadar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunny Rush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
my hubby
Hana duduk di depan cermin, dia sudah bersiap untuk kerja hari ini.
“Apa kamu yakin dengan keputusan mu ?” tanya Ridho setelah habis mandi.
“Kenapa tidak yakin ?” tanya Hana balik. Dia sudah mengambil tas dan bersiap untuk pergi.
“Sekeren apa cowok mu itu ?” Ridho menarik tangan Hana dan langsung di rengkuhnya.
“Apa yang kamu lakukan itu tidak mempan. Dulu aku selalu memujamu bahkan aku selalu tergoda denganmu tapi itu saat otak mu sehat tapi untuk sekarang , maaf aku tidak tertarik .” Hana langsung melepaskan lengan Ridho dan menjauh darinya.
“Kamu mungkin lupa siapa yang selalu ada untukmu, aku memang tidak menemani mu dari kamu nol tapi aku menemani saat kamu tidak punya rumah sampai sekarang kamu masih numpang. Ingat Mas, kontrakan saja bayar ! “ Hana pergi dari pandangan Ridho.
“Sial ! Kayanya aku harus mencari sertifikat rumah ini beserta tanah nya.” Ridho terlihat kesal karena Hana selalu mengungkit tentang menumpang.
*
“Aku lupa sarapan !” bisik Hana ketelinga Lina.
Hana dan Lina memang sedang di rumah bosnya, bos nya menyuruhnya datang ke rumah karena tiba-tiba ada rapat mendadak dengan orang luar negeri.
Hana, dia belum melihat wajah bosnya karena yang mengantarkan semuanya adalah Lina.
“Debat lagi ?!” tebak Lina.
“Tahulah ! Bisa minta sarapan gak sih ?!” kata Hana terlihat menahan laparnya.
“Ini non, makanannya !” pembantu disana ternyata cepat tanggap.
“Mbok, makasih Loh atas perhatiannya !” Hana terlihat senang dengan rejeki yang ada di hadapannya.
“Iya ,non !” Mbok pergi lagi ke dapur.
“Ayo ,sarapan Lina !” ajak Hana
“Gak malu ?!” kata Lina karena ini kan di rumah bos nya.
“Jangan malu kalau urusan perut yang pentingkan halal, iyakan ?!”
“Gas keun lah !”
Lina malah ikut sarapan lagi bersama Hana , lumayan kan gratisan.
*
“Apa kamu sudah menemukannya ?” Nining bertanya kepada Ridho tentang sertifikat.
“Seharusnya ada, tapi kenapa tidak ada disini .” Ridho masih terus mencari.
“Apa jangan jangan dia sembunyikan sertifikatnya ?! Kamu sih kurang garcep Dho, seharusnya kamu langsung balikan jadi nama kamu.” Kata Eka yang membantu mencarinya.
“Pinta saja sama Mbak Hana !” titah Ira yang baru muncul dari peradaban
“Heh, kamu itu bego ya ?! Sama saja dengan ketahuan, gunakan pakai otak mu !” Nining terlihat kesal, sedangkan Ira terdiam mendengar perkataan Ibu mertuanya .
“Lagian kamu gak nyari kerja, santai terus di rumah ?! Apa jangan-jangan uang Riko juga habis sama kamu sampai-sampai rumah di sita. Ngaku kamu ?!” Ira mulai berasa gak enak dengan suasana sekarang, apalagi tantenya juga sama.
‘Kenapa kalau dekat keluarganya seperti ini ?!’ batin Ira.
“Mas Riko saja yang suka main judi !” jawab Ira seadanya.
“Kamu jangan fitnah anak saya ya, dia itu anak baik gak mungkin main judi. Mungkin kamu yang doyan belanja sampai-sampai ngutang pinjol.” Terka Nining terlihat kesal
“Koq Ibu jadi seperti ini sih ?! lagian sudah tahu anaknya salah malah di belain. “ Ira terlihat kaget dengan kelakuan mertuanya.
“Karena anak saya itu baik-baik, Ira ! Kamu saja pembawa sial !” Ira langsung pergi mendengar ucapan mertuanya.
Jadi seperti itu kerja mereka, saat jauh dan punya uang di sayang-sayang tapi saat dekat, mereka seenak jidat bicaranya.
“Ngak Hana ,ngak Ira sama saja tidak berguna .” kata Eka masih mencari sertifikat rumah.
*
“Bos mu itu bercanda seperti nya ya, masa belum interview langsung kerja ?” Hana masih belum terpercaya dengan semuanya ini.
“Berarti ini rejeki mu !” sahut Lina terlihat santai sambil nonton tv.
Sepertinya mereka mungkin tidak akan pergi ke kantor, karena bos nya terlalu sibuk atau enggak hanya menyibukan diri saja karena malas .
“Perasaan ku gak enak ya ,Lin !” Hana terlihat gelisah .
“Ada apa ? Kamu hamil ?!” tanya Lina ngaco.
“Heh, hamil anak siapa ?” dengus Hana “ Lagian ini beda dari biasanya tapi apa ya ?! “ Hana terlihat memikirkan sesuatu.
“Mungkin keluarga suami mu sedang merencanakan sesuatu kali .”
“Rencakan apa ? Masa sampai nekad .”
“Siapa tahu kan. Apalagi rumah yang di tempati adalah rumah mu jadi wajar saja kan.”
“Heh, bener juga kan ?! Bagaimana kalau mereka menjual rumahnya ? Heh, bagaimana ini ?!”
“Sertifikatnya kamu taruh dimana ?”
“Kan di rumah Lo bego !”
“Eh ,emang iya ?! Bukannya dibawa ke rumah lagi?!”
“Eh iya. Bisa-bisa di jual rumah orang tua ku !”
Hana terlihat kelimungan dengan kebegoannya sendiri.
“Eh, tapi perasaan waktu aku ambil kemarin di rumah mu belum aku taruh deh di rumah, apa sertifikatnya hilang ya ?!”
“Heh, Hana gak usah bercanda ! Kalau sertifikat hilang itu rumah jadi bodong dong ?! Gila Loh, masa lupa soal begituan.”
“Lah, terlalu banyak masalah peak . Lagian kenapa mendadak pikun seperti ini ?! Gimana dong Lin ?”
“Gak bisa mikir ,harus dengan otak jernih !” Lina terlihat kelimpungan juga tapi namanya lupa mau bagaimana lagi.
“Kemana kamu pergi setelah ngambil sertifikat rumah ?! Masa belum ada sebulan sudah lupa ?! Coba pikrikan Hana !”
“Pikirkan Lina ! Bentar tarik nafas dulu !” Hana terlihat gelisah juga kalau beneran hilang .
Hana terus berpikir, karena dia niat mau ngambil di Lina itu mau di taruh di bank, karena kan sebelumnya Lina meminjamnya untuk mengajukan pinjaman untuk buat rumah jadi saat Lina sudah menebusnya Hana lupa terus mau ngambil, kalau Lian tiba-tiba nganterin ke rumah takutnya ketemu macan .
“Lin, aku ingat ! Aku pernah ceritakan bahwa pernah aku bertemu dengan orang gila di jalan. Orang gila yang tiba-tiba mutusin pacarnya di jalan dan aku yang jadi pelakor ya. Eh maksudnya aku yang di jadikan kambing hitam. Aku ingat, aku pernah masuk mobilnya karena di paksa pura-pura kan ?! Nah, kayanya sertifikat itu ketinggalannya disana . Makannya aku di pecat dari pekerjaan juga karena cowok itu yang buat aku telat datang . Ah, padahal itu baru kemarin belum ada sebulan tapi kenapa aku lupa. Gimana dong Lin ?!” Kini Hana terlihat lebih tidak tenang dari sisi mana pun.
Dia malah memegang handphone, entah untuk apa. Sudah lah kegelisahan ke hawatiran itu terlihat membuatnya jadi manusia tolol.
“Lina, ini kamu –“
“Heh, manusia ini ! Eh ,maksudnya ?! Lina dia cowok yang waktu itu !” Hana berdiri langsung mendekati cowok itu.
“Kamu serius ?” Lina juga ikut kaget dan berdiri .
“iya, dia yang mutusin cewek di jalan itu . Jadi-“ Hana langsung di bekap oleh cowok itu.
“Kamu bisa diam tidak, Hana !” suruh cowok itu.
Hana langsung mencubit lengan cowok itu sampai berbekas.
“Heh, kamu penguntit ya ?! Lagian kamu-“
Lina langsung menarik tangan Hana untuk mendekati dirinya dan menjauh dari bos nya.
“Hana, dia bos kita !” ucap Lina yang terlihat kaget .
“Yakin dia bos nya ?! Serius ?! Heh, pantesan kamu mau nerima aku kerja ,kamu mau tanggung jawab karena aku di pecat dan juga jangan-jangan ada udang di balik batu lagi. Kamu-“ Hana menyidik Bosnya yang terlihat sedikit gugup juga.
“Apa ?!” Hana sedikit menghindar saat Bosnya mendekatinya.
“Tidak !” jawab Hana mendekati Lina dan terdiam.
“Pak Bos ,maaf ya !” Lina meminta maaf atas nama Hana.
Pak Bos nya melihat Hana yang menunduk dan dia langsung tersenyum tipis bahkan mereka mungkin tidak melihatnya.
“Lina, tolong nanti salin berkas ini dan langsung kirimkan ke email yang sudah tertera disana.” Titah bosnya. “ Kalau untuk Hana ,dia biar saya nanti yang ngajarin ! Kamu gak perlu berangkat ke kantor nanti langsung pulang saja ,tapi sebelum itu kita pergi dulu untuk makan siang.” Ucap bosnya langsung pergi lagi tanpa Lina menjawab.
“Heh, bagaimana bisa dia bos mu ?!”
“Bagaimana dia cowok yang mutusin pacarnya di jalan ?! “
Mereka tertawa dengan cantiknya karena kalau dengan gaya preman takut ketahuan oleh bosnya.