NovelToon NovelToon
BAYANGAN DALAM MELODY

BAYANGAN DALAM MELODY

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / BTS / Persahabatan
Popularitas:676
Nilai: 5
Nama Author: JM. adhisty

"Persahabatan adalah ikatan yang tak terpisahkan, hingga cinta datang dan menjadikannya sebuah pilihan."

Kisah ini berputar di sekitar dinamika yang rapuh antara dua sahabat karib yang datang dari kutub kehidupan yang berbeda.

Gabriella, gadis kaya raya dengan senyum semanis madu, hidup dalam istana marmer dan kemewahan yang tak terbatas. Namun, di balik sampul kehidupannya yang sempurna, ia mendambakan seseorang yang mencintainya tulus, bukan karena hartanya.

Aluna, gadis tangguh dengan semangat baja. Ia tumbuh di tengah keterbatasan, berjuang keras membiayai kuliahnya dengan bekerja serabutan. Aluna melihat dunia dengan kejujuran yang polos.

Persahabatan antara Gabriella dan Aluna adalah keajaiban yang tak terduga
Namun, ketika cinta datang mengubah segalanya
Tanpa disadari, kedua hati sahabat ini jatuh pada pandangan yang sama.

Kisah ini adalah drama emosional tentang kelas sosial, pengorbanan, dan keputusan terberat di antara cinta pertama dan ikatan persahabatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JM. adhisty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SEBUAH LUKA DI HARI PESTA

Pesta Sweet Seventeen yang diadakan di Rooftop mewah Gedung Pranatha,

kini diubah menjadi venue pesta yang megah.

Lampu-lampu fairy light berkelip di bawah tenda kaca, dan alunan musik chill out mengisi udara. Pemandangan kota Jakarta yang gemerlap menjadi latar belakang.

Ariana terlihat anggun dalam gaun pesta terusan berwarna dusty pink. Kegugupan yang manis tampak di wajahnya. Ia berkali-kali melirik ke pintu masuk utama, menunggu.

Gabriella sudah tiba lebih awal, mengenakan gaun cocktail yang mencolok dan berdiri di samping Ariana, bertindak sebagai co-host.

Gabriella : "Ari, tenanglah! Pestanya baru saja dimulai. Berhentilah melihat ke pintu. Dia pasti datang. Big Five tidak pernah ingkar janji, teman musisi mu itu pasti datang!"

Axel menghampiri mereka, ditemani Jhonatan. Axel tampak rapi dan mempesona, mengawasi semua detail.

"Semua sudah diatur, Ari. Panggungnya sudah siap. Sound system kelas satu, seperti yang kamu minta. Jhonatan sudah memastikan jalur untuk 'musisi spesialmu' itu bebas dari keramaian."

Jhonatan mengangguk lalu menimpali "Aku bahkan menyiapkan satu petugas keamanan khusus untuk menjaga area belakang panggung agar dia bisa fokus. Jangan khawatir, Ari."

Kevin dan Jay sibuk menyambut tamu, sementara Yoga berdiri agak jauh, di dekat pagar rooftop, mengawasi.

Yoga terlihat tenang, tetapi pikirannya sibuk—ia mengawasi keamanan, tetapi perhatian utamanya ada pada Aluna yang sedang melakukan pekerjaan nya disana. Dia berharap malam ini cepat selesai dan "si musisi" itu, tampil tanpa masalah.

Tiba-tiba, perhatian semua orang tertuju ke pintu masuk saat Arjuna William (Kakak Gabriella) tiba bersama tunangannya, Alana (sang dokter residen).

Kedatangan William Family menandakan pesta akan segera memasuki momen puncaknya. Arjuna menyalami Ayah dan Ibu Pranatha, sementara Alana si tunangan memeluk Gabriella.

....

Sementara itu, di sudut kota lain yang kontras, Justin sedang bersiap-siap. Ia mengenakan kaus hitam polos dan kemeja denim sederhana sebagai luaran—pakaian terbaik yang ia miliki, tetapi sangat kontras dengan gaun dan jas yang dikenakan para tamu Pranatha. Ia memanggul gitarnya yang setia.

Justin melirik jam di dinding. Pukul 19:30.

"Kakak baru akan pulang jam 11 malam. Aku harus selesai bernyanyi dan kembali sebelum jam 10:30."

Ia memastikan pintu kamar Aluna tertutup rapat. Aluna sudah berangkat kerja. Justin merasakan sedikit tusukan rasa bersalah karena berbohong, tetapi ia segera menepisnya, teringat wajah lelah Aluna semalam.

" Ini demi Kakak." ucapnya

Justin menyelinap keluar dari kontrakan. Ia berjalan kaki ke jalan utama untuk mencari taksi. Ia tidak tahu, taksi itu akan membawanya ke jantung dunia yang coba dihindari kakaknya.

----

Pada saat yang sama, Aluna sedang sibuk melayani pelanggan di restoran. Berkat intervensi Tuan Athala yang tidak ia ketahui, shift-nya malam ini terasa lebih ringan. Ia ditempatkan di area VIP yang sunyi dan tidak melayani pelanggan yang kasar.

Aluna lega, tetapi hatinya terasa kosong. Ia melewatkan acara penting temannya. Semoga Justin baik-baik saja di rumah. Pikirnya.

Aluna, tanpa sadar, sedang bekerja keras tepat pada saat adiknya, Justin, sedang menuju pesta mewah sepupu dari pria yang memegang rahasia terbesar dalam hidupnya: Yoga Athala.

Panggung telah diatur, musisi sudah dalam perjalanan, dan para tamu elit sudah berkumpul. Dua dunia yang seharusnya tidak pernah bertemu, kini berada di ambang tabrakan yang tak terhindarkan.

*

Justin tiba di rooftop setelah diantar oleh petugas keamanan ke area belakang. Matanya langsung menyipit karena silau oleh lampu-lampu pesta yang gemerlap dan kontras dengan kegelapan malam.

Ia merasa sangat tidak pada tempatnya. Kemeja denim sederhananya terasa panas di tengah gaun dan jas mahal yang dikenakan para tamu.

Axel adalah yang pertama menyambutnya di area belakang panggung, ditemani Jhonatan.

Axel: "Justin? Selamat datang. Terima kasih sudah mau datang." Axel memberikan senyum hangat, mencoba membuat Justin nyaman.

Justin hanya mengangguk, sedikit canggung. "Terima kasih atas undangannya. Saya datang untuk tampil, seperti yang saya janjikan."

Axel menunjuk ke panggung kecil yang sudah dilengkapi dengan peralatan sound system terbaik. "Hebat. Kapan pun kamu siap, panggung itu milikmu."

Yoga, yang telah mengawasi dari kejauhan, kini berjalan mendekat. Ia menatap Justin, mencatat kemiripan samar antara anak ini dan Aluna. Namun, fokusnya adalah menjaga agar Justin tampil tanpa masalah dan pergi secepatnya.

Yoga mengeluarkan Suara rendahnya dan tanpa ekspresi "Semua sudah diatur. Petugas keamanan akan memastikan kamu tidak diganggu, Justin. Setelah selesai, kamu bisa langsung keluar dari pintu belakang."

Justin merasa sedikit terintimidasi oleh tatapan dingin Yoga, tetapi ia menghargai efisiensinya. Ia segera naik ke panggung, memasang gitar usangnya, dan mengatur mikrofon.

Saat Justin naik ke panggung, Ariana nyaris melompat dari kursinya, wajahnya berseri-seri. Gabriella dan tamu lainnya menoleh dengan rasa ingin tahu.

Justin memejamkan mata sejenak, mengambil napas dalam-dalam. Ia melupakan gaun mahal dan cincin berlian di hadapannya. Ia hanya mengingat kelelahan Aluna, dan janji sukses yang mereka buat.

Ia mulai memetik melodi pertama, sebuah lagu ciptaannya sendiri tentang kekaguman yang tak terucapkan dan perjuangan tanpa akhir.

Suaranya, yang biasanya hanya bergema di kontrakan kecil, kini memenuhi rooftop dengan nada yang murni, jujur, dan penuh emosi. Liriknya sederhana, tetapi menusuk—berbicara tentang bekerja keras di bawah lampu kota yang dingin dan menjaga mimpi tetap hidup.

Para tamu, yang terbiasa dengan musik pop yang berisik, terdiam. Mereka terpesona oleh kontras antara musisi sederhana ini dan musiknya yang dalam.

Axel dan Gabriella saling pandang, terkejut dengan bakat luar biasa Justin. "Dia benar-benar berbakat, Ari!" bisik Axel.

Yoga hanya berdiri tegak, matanya tertuju pada Justin. Ia mendengar setiap lirik tentang kerja keras dan mimpi yang diperjuangkan. Yoga tiba-tiba merasa terhubung dengan lagu itu—lagu itu adalah kisah Aluna. Yoga tersenyum tipis, sebuah senyum yang jauh lebih nyata daripada senyum samar yang ia tunjukkan di kelas.

Setelah tepuk tangan yang meriah, Justin tanpa basa-basi memulai lagu keduanya. Kali ini, lagu itu lebih cepat, lebih penuh harapan, tentang cinta persaudaraan dan janji untuk sukses bersama.

Ia menyanyikan tentang seseorang yang melindungi dan berkorban tanpa diketahui.

Lagu itu untuk Kakak. Pikir Justin, hatinya dipenuhi tekad.

Saat lagu itu selesai, tepuk tangan kembali bergemuruh. Justin membungkuk, dengan cepat melepas gitarnya, dan segera turun dari panggung.

Axel langsung menghampirinya, matanya penuh kekaguman. "Justin! Kamu luar biasa! Itu musik paling tulus yang pernah kami dengar! Kami harus bicara lebih banyak tentang bakatmu."

Justin Menghindar dengan sopan "Terima kasih, Tuan . Tapi maaf saya harus pergi sekarang. Saya ada urusan mendesak."

Justin bergegas menuju pintu belakang, meninggalkan Axel yang masih terpukau, dan Ariana yang tersenyum puas.

Misi selesai.

Axel menoleh pada Gabriella, "Anak itu benar-benar permata. Kita harus membantunya. Aku harus tahu di mana dia tinggal."

...

Jauh dari keramaian pesta rooftop.

Justin berjalan cepat di kegelapan malam. Ia baru saja menerima amplop tebal berisi uang bayaran dari Axel di pintu belakang, dan ia kini fokus pada satu tujuan: pulang sebelum Aluna kembali dari kerja.

Ia memanggul gitar usangnya. Rasa lega dan sedikit bangga memenuhi dirinya—ia berhasil mendapatkan uang untuk Aluna tanpa ada yang tahu.

Namun, di kegelapan, ia tidak menyadari ada dua sosok yang mengikutinya sejak ia meninggalkan rooftop. Mereka adalah Jovan dan salah satu temannya.

Jovan, seorang siswa dari sekolah Justin yang menyukai Ariana, merasa marah dan terhina melihat Ariana begitu terpesona pada penampilan Justin. Bagi Jovan, Justin yang sederhana dan beasiswa itu hanyalah sampah yang tidak tahu tempatnya.

Tepat saat Justin berbelok ke gang yang lebih sepi menuju jalan raya, Jovan dan temannya melompat keluar, menghalangi jalannya.

Jovan mendekat dengan senyum meremehkan

"Hei, lihat siapa ini. Bintang dadakan. Si musisi jalanan yang tiba-tiba mendapat panggung mewah."

Justin berhenti mendadak. Ia mengenali Jovan. Ia tidak mau berurusan dengan drama sekolah di sini.

Justin Berusaha bersikap tenang "Jovan. Aku tidak ada urusan denganmu. Minggir. Aku harus pergi."

"Oh, buru-buru? Kenapa? Takut sepatu bolongmu terlihat di lampu kota? Jujur saja, performance-mu tadi menyedihkan. Ariana hanya kasihan padamu. Kami di sana hanya tertawa." Jovan mencoba memprovokasi

Justin mengepalkan tinjunya. Rasa lelah dan keinginan untuk cepat pulang membuatnya tidak ingin berkelahi. Ia mencoba melangkah ke samping.

"Aku bilang minggir."

Sikap dingin Justin justru memantik amarah Jovan. Jovan merasa Justin menantangnya.

"Kau pikir kau siapa, hah?! Anak beasiswa sepertimu berani menggertakku?"

BUGH!

Jovan melayangkan pukulan keras ke wajah Justin. Justin tersungkur ke aspal. Amplop berisi uang itu terlepas dari genggamannya dan uang-uang itu berhamburan di tanah.

Teman Jovan segera menendang perut Justin. Mereka mulai mengeroyoknya, melampiaskan kecemburuan dan rasa rendah diri mereka.

Jovan terus memukuli Justin "Ini untuk setiap senyum yang Ariana berikan padamu! Kau bukan siapa-siapa!"

Justin mencoba melindungi wajahnya. Ia kesakitan, tetapi rasa takut terbesarnya tertuju pada gitar di punggungnya.

Jovan melihat gitar usang yang tergeletak di samping Justin. Jovan tahu betapa berharganya alat musik itu bagi Justin.

"Ini dia. Senjata andalanmu, kan?"

Dengan seringai kejam, Jovan mengambil gitar itu.

Justin merangkak, memohon kesakitan. "Jangan! Jangan sentuh!"

Jovan mengangkat gitar itu tinggi-tinggi, lalu membantingnya sekuat tenaga ke pinggir dinding beton.

BRAK! KRAK!

Suara retakan kayu yang keras dan memilukan memenuhi gang. Leher gitar itu patah, senar-senarnya putus, dan kayu tipisnya pecah berkeping-keping.

Justin menjerit, bukan karena sakit di tubuhnya, melainkan karena penghancuran benda paling berharga miliknya, satu-satunya alat untuk mewujudkan mimpinya bersama Aluna.

Jovan dan temannya tertawa puas, lalu pergi meninggalkan Justin yang terkapar di tanah.

Justin tidak bergerak. Ia memegang pipinya yang berdarah, lalu merangkak pelan menuju puing-puing gitarnya.

Di tengah kegelapan, ia memungut serpihan gitar patah dan amplop berisi uang yang berceceran. Matanya dipenuhi air mata, bukan hanya karena rasa sakit fisik, tetapi karena mimpinya yang baru saja dihancurkan dan kegagalannya untuk menjaga rahasia ini agar tetap aman.

Justin terluka parah, gitarnya hancur, dan waktu kepulangannya semakin sempit. Akankah ia berhasil menyembunyikan keadaannya dari Aluna?

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!