NovelToon NovelToon
Sebaiknya Kamu Lari

Sebaiknya Kamu Lari

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Nikahmuda / Duniahiburan
Popularitas:987
Nilai: 5
Nama Author: HARJUANTO

Hanya cerita fiktif belaka, jangan dijadikan keyakinan atau kepercayaan. Yang pasti ini adalah cerita horor komedi.

Awalnya dia hanyalah seorang ibu biasa tetapi saat dia kehilangan putrinya saat mengikuti masa orientasi penerimaan mahasiswi baru, dia tak tinggal diam. Kematian putrinya yang mencurigakan, membuatnya tak terima dan mencari tahu penyebab kematiannya serta siapa yang paling bertanggung jawab.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Kisah dari Hutan Ribu

Kisah dari Hutan Ribu

Beberapa tahun kemudian, kehidupan Agni dan kedua putrinya, Maya dan Sari, terus berjalan dengan damai. Maya semakin mantap dengan karirnya di bidang konservasi, sering melakukan penelitian di berbagai hutan di Sumatera. Sari terus mengembangkan bakat seninya, bahkan ia mendapatkan tawaran untuk mengilustrasikan buku cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia. Agni sendiri masih setia dengan dunia tulis-menulisnya, sesekali mengisi waktu dengan berkebun di halaman rumah.

Suatu sore, saat Maya baru kembali dari tugas penelitian di sebuah hutan yang lebat di luar Agam Regency, ia bercerita kepada Agni dan Sari tentang pengalamannya.

"Ma, kalian tahu tidak? Di hutan tempat Maya meneliti kemarin, ada cerita menarik dari penduduk setempat," kata Maya sambil menyeruput teh hangatnya.

"Cerita tentang apa?" tanya Sari dengan nada penasaran.

"Tentang Hantu Gembalang Raya," jawab Maya sambil terkekeh kecil.

Agni mengerutkan kening. "Hantu Gembalang Raya? Itu hantu apa lagi?"

"Katanya sih, hantu ini tinggal di hutan yang sangat luas, penduduk setempat menyebutnya Hutan Ribu," jelas Maya. "Yang lucu, Ma, katanya hantu ini kerjanya cuma menggembala... tapi bukan menggembala sapi atau kambing, melainkan menggembala awan!"

Sari tertawa mendengar cerita Maya. "Menggembala awan? Memangnya bisa?"

"Itulah lucunya," kata Maya. "Penduduk bilang, kalau awan di langit bergerak sangat cepat dan membentuk formasi yang aneh, itu tandanya Hantu Gembalang Raya sedang sibuk menggembala awan-awannya. Katanya, hantu ini bentuknya tinggi besar seperti pohon tumbang, tapi jalannya pelan sekali seperti siput lagi pikun. Dan yang paling aneh, Ma, katanya dia suka bersenandung lagu-lagu sendu sambil sesekali batuk-batuk kecil seperti kakek yang lupa minum obat."

Agni menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Ada-ada saja cerita rakyat di daerahmu itu, Maya. Tapi kedengarannya cukup menghibur."

"Iya, Ma. Awalnya Maya juga tidak percaya. Tapi ada satu kejadian lucu saat Maya sedang berada di hutan itu," lanjut Maya. "Tiba-tiba langit yang tadinya cerah langsung berubah mendung, awannya bergerak sangat cepat membentuk seperti wajah raksasa yang sedang cemberut.

Tiba-tiba, terdengar suara batuk-batuk kecil dari kejauhan, seperti ada yang sedang menyahut awan itu. Penduduk yang menemani Maya langsung bilang, 'Nah, itu dia Hantu Gembalang Raya sedang marah karena awannya Maya ganggu!' Maya jadi ikut tertawa."

Sari ikut tertawa membayangkan kejadian itu. "Wah, seru sekali kedengarannya, Kak. Jadi penasaran ingin melihat Hantu Gembalang Raya menggembala awan."

Agni menimpali, "Sudah, sudah. Jangan percaya begitu saja dengan cerita-cerita seperti itu. Mungkin itu hanya fenomena alam biasa."

Namun, dalam hati Agni, ia tidak bisa sepenuhnya mengabaikan cerita Maya. Pengalamannya di hutan Lakuk Kandang telah membuka matanya terhadap kemungkinan adanya hal-hal di luar nalar manusia.

Siapa tahu, di Hutan Ribu yang luas itu, benar-benar ada Hantu Gembalang Raya yang sedang asyik menggembala awan-awannya sambil bersenandung lagu sendu. Dan mungkin saja, suatu hari nanti, mereka akan memiliki cerita itu sendiri.

Rasa penasaran mulai kesempatan untuk membuktikan kebenaran menggelitik benaknya, membayangkan petualangan baru yang mungkin menanti mereka di Hutan Ribu.

Ketika Aroma Astral Menyapa

Sesaat setelah Agni menanggapi cerita Maya tentang Hantu Gembalang Raya, tiba-tiba sebuah aroma yang tak asing namun sulit dikenali memenuhi ruangan. Aroma itu hadir tanpa terlihat sumbernya, tanpa suara yang mengiringinya. la menyeruak lembut, menyentuh indra penciuman mereka dengan kehalusan kabut pagi, namun memiliki kedalaman yang membangkitkan ingatan samar akan sesuatu yang purba dan... sedikit asin.

Agni mengernyitkan hidungnya, mencoba mengidentifikasi jejak aroma yang melayang di udara. Bukan bau bunga, bukan pula aroma tanah basah setelah hujan. Ini lebih kompleks, lebih... *astral*. Seolah-olah angin dari dimensi lain membawa serta esensi dari sebuah tempat yang jauh, sebuah dunia di mana rasa asin laut berpadu dengan kehangatan. rempah-rempah yang tak bernama.

Sari, yang tadinya tertawa, kini terdiam, matanya memandang sekeliling ruangan dengan bingung. "Bau apa itu, Ма? Seperti... seperti ada sesuatu yang aneh di sini."

Maya juga tampak keheranan. la menarik napas dalam-dalam, mencoba menganalisis aroma yang tiba-tiba menyelimuti mereka. Ada sesuatu yang familier, namun ia tak mampu menempatkannya dalam memori olfaktori yang ia miliki. Aroma itu seperti bisikan dari masa lalu, sebuah jejak rasa yang pernah ia kenal namun kini terasa begitu jauh dan abstrak.

Keheningan sesaat menyelimuti mereka, hanya dipecah oleh suara jam dinding yang berdetak perlahan. Aroma astral itu semakin menguat, memenuhi setiap sudut ruangan dengan kehadirannya yang tak terlihat namun begitu terasa. la menari-nari di sekitar mereka, sebuah entitas olfaktori yang misterius dan mempesona.

Tiba-tiba, Maya tersenyum lebar, pipinya sedikit merona. la menatap Agni dan Sari dengan tatapan polos yang dibuat-buat. "Eh... maaf, Ma, Kak," katanya dengan nada sedikit canggung, "sepertinya... sepertinya itu aku."

Agni dan Sari saling bertukar pandang, alis mereka terangkat penuh tanya.

Maya melanjutkan dengan wajah tanpa dosa, "Tadi... waktu di hutan, Maya makan siang agak terburu-buru. Kayaknya... perut Maya agak kembung."

Kemudian, dengan nada yang lebih pelan, hampir berbisik, Maya menambahkan, "Dan... ya... aromanya... sepertinya mirip dengan... terasi."

Seketika, kesunyian yang tadinya dipenuhi misteri pecah oleh gelak tawa Agni dan Sari yang meledak-ledak. Aroma astral yang tadinya terasa begitu magis dan tak terduga, kini menjelma menjadi sumber humor yang tak tertahankan.

"Ya ampun, Maya!" seru Sari di sela-sela tawanya yang terpingkal-pingkal. "Jadi, aroma astral yang mempesona itu ternyata aroma terasi dari perutmu?!"

Agni tak kalah hebohnya, air mata tawa terlihat di sudut matanya. "Astaga, Maya, Maya! Kamu ini benar-benar bisa membuat suasana jadi... "beraroma*!"

Maya hanya bisa tersenyum malu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan.. "Maaf ya, Ma, Kak. Maya tidak sengaja. Tapi memang... aromanya agak kuat ya?"

Tawa mereka semakin menjadi-jadi, memenuhi rumah dengan kehangatan dan kebahagiaan. Aroma terasi yang tadinya terasa begitu asing dan astral, kini menjadi pengingat akan momen kebersamaan mereka yang penuh dengan humor dan kasih sayang. Bahkan Hantu Gembalang Raya di Hutan Ribu sana mungkin akan ikut tersenyum mendengar kisah tentang aroma astral yang ternyata berasal dari perut seorang peneliti hutan di Agam Regency. Dan begitulah, keajaiban dan humor memang bisa datang dari mana saja, bahkan dari sumber yang paling tak terduga dan... beraroma.

Bersambung.....

1
HARJUANTO
😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!