NovelToon NovelToon
Twins Menjadi Anak Angkat Bos Mafia

Twins Menjadi Anak Angkat Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Perperangan / Fantasi Wanita / Penyelamat
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: Dakilerr12

Seorang mafia yang kejam dan dingin menemukan dua bayi kembar yang cantik di dalam dus yang di letakkan di tempat sampah. Mafia itu merasa iba dan merawat mereka. Kadang dia kesal, lelah dan ingin rasanya melempar mereka ke belahan dunia lain. Itu karena mereka tumbuh menjadi anak yang jail, aktif dan cerewet, selalu menganggu kesenangan dan pekerjaannya. Namun, dia sudah sangat sayang pada mereka. Mereka juga meminta mami sampai nekat kabur karena tidak diberikan mami. Dalam perjalanan kaburnya, ada seorang wanita menolong mereka.

Wanita yang cantik dan cocok untuk menjadi mami mereka. Bagaimana usaha mereka untuk menjadikan wanita itu mami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab.8

Alkana melihat gerak tubuh Nita yang gelisah. Alkana berpikir kenapa wanita ini mengajaknya berputar-putar tidak tentu arah? Sepertinya dia memang sengaja ingin mengerjainya.

"Kenapa, kamu bawa saya muter-muter?" tanya Alkana marah.

"Saya tidak membawa Anda berputar-putar, Anda yang mengajak saya puter-puter naik mobil. Ini kan mobil Anda." Anita memberikan jawaban asal.

"Jangan banyak berkilah, sekarang tunjukkan di mana anak-anakku? Atau kepalamu akan terkena timah panas!"

"Jadi benar, kamu adalah penjahat? Kamu ingin mencelakai si kembar?"

"Aku Papinya, kenapa kau tidak percaya?"

"Bagaimana saya bisa percaya? sedangkan si kembar saja kabur dari Anda, Anda juga mengancam seorang wanita."

"Susah sekali bicara padamu Nona, keluar! Sebelum aku habis kesabaran dan menembakmu!"

"Saya juga tidak mau berlama-lama ada di dekat Anda. Bikin darah tinggi!" Nita keluar dari mobil.

"Anton! Urus wanita itu. Ikuti dia!" panggilnya pada Anton yang berdiri di dekat pintu mobil.

"Baik Tuan."

"Justru dia yang membuat saya darah tinggi," gumam Alkana.

Nita berjalan dengan kesal, pria itu benar-benar membuatnya takut sekaligus gemas. Gemas ingin menendangnya ke antartika. "Sebenarnya dia itu siapa, sih? Lagaknya sudah seperti mafia saja." Nita berhenti lalu berbalik badan, syukurlah dia tidak diikuti.

Nita harus segera pulang. Nyawa si kembar dalam bahaya. Dia memesan ojek online. Setelah datang Nita pergi dengan ojek itu. Dia tidak menyadari kalau seseorang mengikutinya.

Nita berhenti di depan rumahnya. Dia bergegas turun dan hendak masuk, tetapi pintu terkunci. Nita mengetuk pintu, mungkin si kembar ada di dalam sedang tidur.

Lama dia mengetuk tidak ada yang membukakan pintu. Ke mana si kembar? Apakah mereka ada di dalam, atau sedang pergi? Nita merasa khawatir. Dia tidak punya kunci cadangannya.

"Oh, jadi di sini rupanya rumahmu!" Nita terkejut, mendengar suara itu.

Dia berbalik dan matanya terbelalalak.

"Bagaimana bisa makhluk ini ada di sini?" batin Nita.

"Bu-bukan ini bukan rumahku, aku sedang ingin mengunjungi temanku tapi sepertinya dia tidak ada di rumahnya. Aku lebih baik pulang saja." Nita tersenyum lalu cepat-cepat pergi. Mau pergi ke mana? Itu pikirkan nanti saja, yang penting sekarang lepas dari makhluk itu.

"Wanita itu keras kepala, dia pikir aku ini bodoh! Dobrak pintu itu!" perintah Alkana pada Anton.

Brak...

Pintu terbuka dengan satu kali tendangan.

Nita yang bersembunyi di balik warung, terkejut melihat pintu rumahnya di dobrak. Dia pikir jika dia pergi maka mereka juga akan ikut pergi.

Matanya melotot memancarkan api kemarahan, tangannya mengepal kencang hingga terlihat urat-urat yang menonjol. Mulutnya mengatup rapat dengan gigi yang beradu. Rasa takutnya hilang sudah dibakar emosi.

Nita mendekati rumahnya. Sampai di depan pintu dia berteriak dengan keras "Maling! Mal...." Nita dibekap mulutnya dan diseret masuk sebelum warga datang, oleh anak buah Alkana.

"Diam! Tutup mulut kamu atau kamu mati!" ancam anak buah Alkana dengan pistol yang ditodongkan ke kepala Nita

"Kamu, benar-benar membuat saya marah! Kenapa kamu mempersulit hal yang mudah. Cukup katakan saja di mana anak-anak saya, dan semua selesai!" marah Alkana. Nita menggelengkan kepala.

"Kamu, jangan diam saja! Cepat katakan di mana mereka!" Nita menggelengkan kepalanya lagi, tidak menjawab pertanyaan Alkana.

Anak buah Alkana menarik kunci pengaman pistolnya.

"Katakan atau kamu mati!" ancamnya.

"Tadi saya diancam, suruh diam tutup mulut atau saya mati. Sekarang saya diancam lagi, suruh ngomong atau saya mati! Yang benar yang mana? Jangan bikin saya bingung dong!"

"Yang benar yang saya suruh! Cepat katakan sekarang!" Alkana sudah habis kesabaran. Kalau saja dia tidak ingat bahwa perempuan ini sudah menolong kedua anaknya, rasanya dia ingin membunuh wanita ini.

"Tidak, kamu pasti akan melukai mereka!"

"Kamu keras kepala! Saya sudah katakan kalau saya adalah Papi mereka. Kalau kamu tidak percaya, pertemukan saya dengan mereka maka kamu akan tahu kebenarannya."

"Mereka masih anak-anak, jangan lukai mereka."

"Mereka siapa kamu? kenapa kamu melindungi mereka?"

"Mereka sudah saya anggap seperti adik saya sendiri. Saya akan pertaruhkan nyawa saya buat mereka." jawab anita.

"Kamu baru bertemu mereka, apa pantas mereka mendapat pengorbananmu?"

"Pantas! Setiap anak pantas, mendapat pengorbanan dan kasih sayang. Yang ingin melukai mereka adalah orang yang kejam tidak punya hati!"

"Papi! Apa yang Papi lakukan? Lepaskan Kak Nita!"

Tiba-tiba datang si kembar, mereka terkejut melihat rumah yang sudah rusak pintunya. Begitu mereka melihat ke dalam, mereka lebih terkejut lagi. Kak Nita ditodong senjata oleh anak buah Papinya.

Alkana melihat ke arah si kembar, lalu kembali menatap Nita. "Lihat 'kan! Mereka betul anak saya!"

"Kalian akhirnya muncul juga! Sudah puas main-mainnya, sekarang kalian pulang!" ucapnya pada si kembar.

"Tidak mau! Kalau Papi tidak mengabulkan permintaan kami!" ancam si kembar.

Sementara Nita yang melihat interaksi mereka, memandang takjub. Ayah dan anak sangat mirip tingkah dan sifatnya. Jadi benar mereka adalah anak dari pria ini.

"Baiklah akan Papi kabulkan, tetapi kalian pulang sekarang. Bikin pusing saja, kalian! Senang ya Papi dimarahi Oma dan Opa."

"Papi tidak rindu kami?" tanya si kembar.

"Buat apa? Papi justru senang, hidup Papi terasa damai tidak ada kalian!"

Lalu Alkana melanjutkan. "Tetapi, Papi tidak suka terlalu damai, Papi lebih suka bising dengan suara kalian. Sini peluk Papi!"

Dhara dan Dhira segera memeluk Alkana. Mereka merindukan Papinya yang galak tapi penyayang, tegas tapi selalu mengalah.

"Kami sudah menemukan Mami buat kami," bisik Dhira, di telinga Alkana.

"Oh ya? Dia?"tanya Alkana.

"He em." Mereka menganggukkan kepala.

"Papi mengerti. Nanti kita bicarakan di rumah, sekarang kita pulang ya."

"Ayo, tapi Papi harus tanggung jawab dulu. Itu pintunya benerin dulu. Terus kasih Kak Nita uang, selama di sini kami selalu dikasih makan enak."

"Oke. Anton tolong suruh orang perbaiki rumah ini!"

"Iya Tuan."

"Nona Anita, saya ucapkan terima kasih, karena telah merawat anak-anak saya dengan baik. Maaf atas semuanya. Saya akan ganti pintunya, juga ini tolong terima, sebagai ucapan terima kasih saya." ucap Alkana.

"Saya heran kalian itu sangat manis, sopan dan baik. Kenapa kalian punya Papi yang galak, sombong, otoriter seperti mafia saja." Nita tidak menerima amplop yang disodorkan Alkana. Dia justru mengatakan sesuatu yang membuat Alkana kesal

"Semua tidak akan terjadi seandainya Anda mau memberitahu dari awal. Anda justru yang keras kepala." Balas Alkana kesal.

"Sudah, sudah! Sampai kapan, kalian akan bertengkar?" Dhara datang menengahi mereka.

"Kak Nita, terima kasih atas kebaikan Kak Nita yang tulus pada kami. Maaf kami sudah merepotkan Kakak," ujar Dhira lalu dia memeluk Anita.

"Kami boleh kan main lagi ketemu Kak Nita?" tanya Dhira.

"Tentu boleh, dengan senang hati. Oh, rumah ini akan terasa berbeda sekarang tidak ada kalian. Rasanya akan sepi, dan Kak Nita tidak merasa di repotkan."

"Kakak, terima kasih. Kami sayang Kakak," ujar Dhara.

"Kakak juga sayang kalian, aku pasti akan merindukan kalian."

"Kami juga minta maaf, atas nama Papi. Dia memang sedikit galak. Tetapi hatinya baik. Ini mohon diterima ya Kak," ucap Dhira seraya memberikan amplop dari Papinya kepada Anita.

"Kalian memang anak baik, terima kasih. Tetapi Kakak tidak bisa menerima ini. Cukup dengan ganti rugi pintu itu saja."

"Tapi Kak ...." ucapan Dhara dipotong Nita.

"Sudah kalian simpan saja untuk kalian ya."

"Ya sudah, kalau begitu."

"Ayo kita pulang." Alkana melangkah lebih dulu ke mobil di ikuti si kembar yang dadah pada Nita.

"Hidupku seperti roller coster yang naik turun dengan cepat membuat jantungku deg-degan," gumam Anita.

***

Alkana pulang bersama si kembar, dalam perjalanan mereka melihat sekelompok pria yang babak belur duduk di trotoar.

Si kembar yang melihatnya hanya saling menatap dan tersenyum penuh arti.

"Sungguh tidak berguna, badan besar, wajah sangar tapi babak belur," ucap Alkana.

Si kembar semakin tersenyum lebar. Mereka teringat kejadian yang baru saja mereka alami.

***

Flashback.

Si kembar sedang berjalan-jalan, menghabiskan waktu. Mereka bosan berada di rumah. Pada saat itulah mereka bertemu sekumpulan pria seperti preman, sedang memalak seorang bapak-bapak yang menggendong anak kecil.

"Serahkan ponsel dan uangmu, juga jam tangan!" ancam pria berambut gondrong yang berwarna pirang seperti megaloman, tokoh pahlawan dalam drama jepang.

"Maaf, bang. Ini aja ya, uangnya buat beli susu sama beli obat Bang." Tawar bapak itu. Anak dalam gendongannya menangis. Si bapak berusaha menenangkan anaknya.

"Berani ngelawan kamu, ya!" Preman lain yang tanpa rambut mengeluarkan pisau lipatnya dan menodong bapak itu.

Bukan tidak mau melawan, tetapi bapak itu memikirkan keselamatan anaknya. Biarlah uang bisa di cari lagi. Yang penting anaknya selamat.

"Ini Bang."

"Dari tadi ngapa!" maunya diancam dulu!"

"Bang! Abang kojek!" Dhara berteriak memanggil preman yang plontos tanpa rambut dengan sebutan kojek, yaitu permen kojek yang bulat dan ada tangkainya.

"Wah, cemen! Beraninya nodong, keroyokan lagi!" ucap Dhira.

"Iya, nih! Badan doang yang gede, nyalinya kecil!" ledek Dhara. Mereka melipat tangan di dada.

Para Preman tentu tidak terima, mereka merasa tersinggung dan di jatuhkan harga dirinya di depan target.

"Wah, nih bocah. Kecil-kecil gede juga nyalinya. Mending kalian pulang gih! Cuci tangan, cuci kaki terus minum susu sambil tiduran."

"Bang, jangan anggap remeh anak kecil. Aku tendang, Abang bisa sampai Amerika. Mau coba gak Bang!"

"Semprul, nih bocah!" Preman tanpa rambut alias botak ini, langsung menghampiri Dhara dan ingin menjewernya.

"Arghh!!"

Namun, tak disangka Dhara langsung memelintir tangannya, dan menendang bokongnya. "Sudah ku bilang jangan anggap remeh anak kecil Bang," ledek Dhara.

"Iya, jangan sombong! Di atas langit masih ada langit, ingat itu!" sambung Dhira.

"Ade-ade udah ya, kalian pulang aja. Orang tua kamu pasti khawatir." Pria yang dipalak ini menyuruh si kembar pergi.

"Udah Pak, tidak perlu khawatir. Kami baik-baik saja. Bapak silahkan pergi, kasihan dedenya nangis dari tadi," ucap Dhira.

"Kalian! Terima ini!" Preman berambut pirang yang seperti megaloman, menyela percakapan mereka dan menyerang si kembar. Tentu saja si kembar dengan senang hati menyambut serangan mereka.

Dengan gerakan lincah mereka menghindar lalu membalas serangan. Beberapa kali pukulan dan tendangan si kembar mengenai wajah preman itu.

Bughh! Bughh!!

Bamm!!

Arghhh!!

Teman-teman yang melihatnya segera menolong, ikut menyerang si kembar secara bersamaan. Bapak-bapak yang dipalak tadi, takjub melihat kemampuan anak kecil ini.

"Nak, kamu kalau sudah besar nanti, harus seperti Kakak itu ya nak, jago ilmu bela diri dan menolong orang yang membutuhkan." Dia bicara pada anaknya yang berhenti menangis, dia justru anteng melihat Dhara dan Dhira bertarung.

Para preman yang berjumlah lima orang sudah babak belur. Kemudian salah satu diantara mereka mengeluarkan pisau lipatnya.

Si kembar hanya tersenyum miring. Preman itu lalu menyerang mereka. Namun, serangan itu dapat di halau oleh mereka. Mereka justru sekarang membalikkan keadaan. Pisau yang semula berada di tangan penjahat kini sudah beralih ke tangan Dhara.

Syutt!!!

"Ambil itu! Bawa pergi. Jangan kalian berbuat jahat lagi. Sayang tenaga kalian. Gunakanlah untuk yang bermanfaat dan menjadi berkah. Banyak pekerjaan halal. Malu sama badan gede, bisanya cuma ngemis, maksa lagi!" ucap Dhara seraya melempar pisau lipat yang tadi berhasil diambilnya.

Si botak mengambil pisau lipatnya. Para preman itu lalu pergi ke motornya. Namun, mereka terlihat bingung. "Bos, ini kenapa kempes semua?"

Ban motor mereka semuanya kempes. Si botak curiga kalau ini ulah kedua bocah tengil itu. Dia melihat ke arah mereka. Dhira langsung melambaikan tangan, dan tersenyum mengejek.

"Kurang ajar si bocil!" marah si botak. Yap, benar sekali. Kalau Dhara dan Dhiralah yang sudah membuat ban motor mereka kempes.

"Mereka memang hebat, mau ditaruh di mana ini muka?" Salah satu preman berkata dengan memelas.

"Sono, buang ke laut aja!" Si Megaloman berkata dengan kesal.

Sementara itu Bapak yang tadi dipalak sedang mengucapkan terima kasih pada si kembar.

"Terima kasih banyak Ade-ade sudah menolong saya," ucapnya.

"Sama-sama Pak," sahut Dhira.

"Siapa nama kalian?"

"Saya Dhara dan ini Dhira." Dhara memperkenalkan dirinya dan Dhira.

Bapak itu menggaruk belakang kepalanya lalu tersenyum. "Maaf, saya tidak bisa membedakan kalian."

"Tidak apa Pak. Maaf, tetapi kami harus segera pergi," pamit Dhara.

"Iya De, terima kasih sekali lagi." Dhara dan Dhira pun berjalan pulang.

***

"Apa yang kalian pikirkan? Pergi tanpa membawa apa pun!" Suara tegas Alkana membuyarkan lamunan mereka tentang kejadian beberapa saat yang lalu.

"Maaf, Papi. Kami cuma ingin punya Mami. Kami ingin merasakan seperti anak yang lain." Wajah Dhara berubah sendu.

"Papi mengerti, tapi tidak harus dengan pergi dari rumah, itu sangat berbahaya! Kalian tahu musuh-musuh Papi. Kalian juga mematikan alat GPS kalian, dan tidak membawa uang. Kalian membuat Papi cemas."

"Maaf Papi."

"Untunglah kalian bertemu dengan orang yang baik, walau dia menyebalkan buat Papi." Si kembar terkekeh.

"Kak Nita cantik dan baik, cocok buat Mami kita, iya 'kan Pi?"

"Buat kalian mungkin iya, tapi buat Papi dia itu menyebalkan, keras kepala, galak pokoknya tidak cocok. Bikin Papi darah tinggi."

"Papi belum kenal dekat aja, lagian Papi pantaslah kalau Kak Nita kesal dengan Papi. Ngancemnya pakai pistol!"

Obrolan terus berlanjut, kadang mereka tertawa. Mobil pun melaju dengan kecepatan rata-rata. Menuju ke kediaman keluarga besar Leophard.

.

.

.

.

.

1
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Lanjuutt
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Okeh lanjut baca 😁 sepertina syeruu
Dewi Anggraeni
dgn memampaat kan anita jd korban anda kan tuan smith .. anda akan mencari keributan
Dewi Anggraeni
cemburu bilang pa boss sok jaim anda .
jgan2 Dominic kaka na anita yg tetpisah
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Iya cocok tuh sama2 galak
Dewi Anggraeni
baca nya ak yg meringis ya si willi d santap ikan .
kayanya anita bakal menimbulkan trauma
Hafizah Aressha R
tpi mafia.. knp g ada pebjagaan buat calon istri y
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
🤣🤣/Facepalm//Facepalm/ Bikin orang takut ae kau al
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
🤣🤣 Kasiman kalian
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Si kembar enak2an mkn papihna kelimpungan /Facepalm/
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Mentang2 kembar kompak bener
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Bnr2 pampir emang
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Masih nyimak ya
🍃🦂 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana 🦂🍃
Mmpir 😄 Kirain juala di warung remang2 gitu yg gelap2an thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!