NovelToon NovelToon
Jodoh Pilihan Ibu.

Jodoh Pilihan Ibu.

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Tukar Pasangan
Popularitas:6.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rinnaya

Dijodohkan dengan pria kaya raya? Kedengarannya seperti mimpi semua perempuan. Tapi tidak bagi Cloe.

Pria itu—Elad Gahanim—tampan, sombong, kekanak-kanakan, dan memperlakukannya seperti mainan mahal.

“Terima kasih, Ibu. Pilihanmu sungguh sempurna.”

Cloe tak pernah menginginkan pernikahan ini. Tapi siapa peduli? Dia hanya anak yang disuruh menikah, bukan diminta pendapat. Dan sekarang, hidupnya bukan cuma jadi istri orang asing, tapi tahanan dalam rumah mewah.

Namun yang tak Cloe duga, di balik perjodohan ini ada permainan yang jauh lebih gelap: pengkhianatan, perebutan warisan, bahkan rencana pembunuhan.

Lalu, harus bagaimana?
Membunuh atau dibunuh? Menjadi istri atau ... jadi pion terakhir yang tersisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rinnaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. 19,5%

Sejak insiden kebakaran itu, dan kantor pusat Gahanim Corp di ibu kota terasa seperti kapal perang di tengah badai. Seluruh lantai direksi dipenuhi derap langkah cepat, suara telepon tak berhenti berdering, dan layar-layar komputer menampilkan grafik saham yang berfluktuasi liar.

Tidak ada yang memiliki waktu untuk bertukar canda, semua fokus pada bidang masing-masing. Pemimpin mereka begitu serius kali ini.

Para pekerja menyangkut pautkan dengan persolan percobaan pembunuhan Elad Gahanim selama ini, yang akhirnya mendapatkan respon dari Elad itu sendiri.

“Kenapa bos baru marah sekarang?”

“Karena sudah menyangkut sabotase bisnis keluarganya.”

“Dia tidak peduli dengan nyawanya?”

“Entahlah. Dia dikenal suka bermain-main bahkan pada nyawanya sendiri. Siapa yang akan tahu isi pikirannya?”

Begitulah percakapan karyawan di waktu makan siang mereka. Beristirahat dari tekanan dengan cara mempertanyakan apakah situasi sekarang sangat serius?

Ruang kerja eksekutif Elad di lantai tertinggi nyaris tak pernah kosong. Miko, tangan kanan kepercayaannya, sudah menyiapkan tiga laporan terbaru sebelum matahari sepenuhnya terbit.

“Dua investor dalam negeri mengajukan revisi kontrak,” lapor Miko cepat sambil menyodorkan tablet. “Dan dua dewan pengawas internal mendesak klarifikasi soal proyek Arcadia.”

Elad menerima tablet itu tanpa menjawab. Matanya hanya menyapu ringkasan grafik, lalu ia menyuruh Miko diam dengan satu gerakan tangan.

Seketika ruangan sunyi.

Elad berdiri di depan jendela kaca raksasa yang menghadap kota. Wajahnya tenang, tapi rahangnya mengeras.

"Hubungi kepala keamanan digital. Aku ingin laporan jejak akses internal yang terakhir diunggah ke server—termasuk siapa saja yang mengakses blueprint proyek kita.”

Miko mengangguk. “Sudah saya tindak. Tapi ... ada anomali.”

Elad menoleh tajam. “Anomali?”

“Ada satu akses yang lolos dari firewall. IP-nya dibersihkan dengan teknik yang tidak biasa. Terlalu bersih.”

“Bukan kerja amatiran, berarti,” gumam Elad.

Dia kembali duduk di meja kerjanya. Di hadapannya, tumpukan dokumen sudah menunggu: laporan hukum, transkrip pengawasan saham, dan satu berkas rahasia bertanda merah yang hanya boleh dibaca olehnya.

Pintu diketuk. Salah satu petinggi keuangan masuk.

“Maaf, Tuan. Kami baru saja menerima pengajuan pembelian saham dari perusahaan baru di Singapura. Nilainya mencurigakan. Mereka hampir melampaui 20%.”

Elad langsung berdiri. “Kita batasi sampai 19,5%. Lebih dari itu, tahan. Suruh tim legal siap dengan pasal pembekuan aset strategis.”

“Tapi jika mereka lewat jalur belakang—”

“Kalau perlu, kita jadikan mereka musuh negara. Kirim laporan itu ke Kementerian Perdagangan.”

Petinggi itu terpaku. “Baik, Tuan.”

Elad tak punya waktu untuk memberi penjelasan panjang. Saat ia menyendiri di ruangannya lagi, ia mengaktifkan satu proyeksi layar pribadi. Tampilan peta digital muncul: jejaring perusahaan, titik-titik merah, lalu sorotan pada nama: Andrian Murk Holdings.

“Ini pionnya,” gumam Elad.

Miko masuk kembali. “Tuan, Anda masih yakin tidak ingin menyeret nama itu ke publik?”

Elad menggeleng. “Belum. Aku ingin dia merasa aman. Biarkan dia menyusun pion-pionnya. Kita akan patahkan satu per satu saat dia berpikir telah menang.”

Di luar, matahari merangkak naik. Tapi di dalam ruangan itu, hanya ada strategi, tekanan, dan perang yang belum diumumkan.

Elad beristirahat sejenak di kursi kebesarannya. Ia mendongak sembari mengetuk-ngetukan jari di meja. Ponselnya tepat di sebelah jari, tergeletak dan menyala beberapa kali tanda notifikasi masuk.

Sudah lima hari dia tidak pulang ke rumah, tidak melihat wajah Cloe atau mendengar suaranya sejak Elad bermalam di apartemen Jasmin. Tentu notifikasi ponsel saat ini bukanlah dari Cloe, kendati Elad ingin wanita itu mengkhawatirkannya sedikit saja.

Mungkin pilihan tepat menenggelamkan diri ke dalam pekerjaan, membuat semua orang di perusahaan menemani dia lelah. Elad memiliki alasan untuk galau, karena sabotase ini, orang-orang akan mengira dia setres karena masalah perusahaan.

Miko datang. “Tuan, sudah waktunya Rapat Rahasia Internal,” tutur Miko, dia juga membuat gerakan melihat jam tangan. “Mereka telah menunggu di ruang rapat.”

Elad mengangguk.

Lampu di ruang rapat lantai 45 disetel redup, hanya menyorot meja bundar berisi lima orang kepercayaan Elad. Semua layar laptop dibatasi akses, dan dinding dilengkapi sistem redam suara. Di luar, ruang itu terlihat seperti ruang pertemuan biasa—di dalam, rencana penyerangan sedang disusun.

Elad duduk di tengah, mengenakan kemeja hitam tanpa jas. Di depannya, grafik pergerakan saham ditampilkan dalam bentuk tiga dimensi.

“Target kita mengisolasi perusahaan cangkang yang membeli saham terbanyak dalam tiga hari terakhir,” ujar Elad. Suaranya dingin, efisien.

Kepala divisi hukum, wanita paruh baya dengan kacamata tipis, menunjuk grafik kedua. “Kami mendeteksi adanya kesamaan aliran dana dari empat pembeli ke satu rekening induk di Swiss. Itu pelanggaran struktur dalam regulasi bursa.”

“Bisa kita blokir mereka lewat lembaga otoritas keuangan?” tanya salah satu kepala investasi.

Elad menggeleng pelan. “Belum. Kita belum punya pembuktian langsung kepemilikan kendali.”

Ia menatap layar. “Tapi saat mereka mencoba menyentuh proyek Arcadia yang lain, kita tangkap mereka dengan tangan berdarah.”

“Dan jika mereka tidak bergerak lagi?”

Elad tersenyum tipis. “Kita beri mereka alasan untuk bergerak.”

Semua diam. Itu berarti umpan sedang disiapkan.

“Pastikan pers sudah mulai mencium gosip soal teknologi baru yang sedang kita kembangkan—tapi jangan sebut namanya. Buat seolah ada kebocoran internal.”

“Buat mereka tergoda,” gumam Miko dari sisi kanan Elad.

“Dan lengah,” sambung Elad. “Setelah itu, baru kita hantam secara legal dan finansial.”

Malam harinya, di ruang kecil tanpa logo, jauh dari gedung korporat mana pun, Elad duduk di sebuah sofa kulit gelap. Di hadapannya duduk seorang pria tua mengenakan jas abu-abu sederhana. Mata tajamnya menyapu setumpuk berkas di tangannya—penyelidik bayangan, salah satu spesialis termahal yang pernah dibayar oleh Gahanim Corp.

“Jejak yang Anda minta ... saya temukan. Tapi sangat bersih,” katanya. “Pelakunya punya pengalaman. Menggunakan jalur VPN dari negara netral, lalu memalsukan identitas pembeli dengan dokumen digital yang dikonfirmasi oleh AI.”

“Siapa target kami?”

“Nama yang muncul tidak nyata. Tapi dari arah transaksi, pola komunikasi, dan dokumen properti yang dipakai sebagai jaminan kredit—semuanya mengarah ke satu tangan.”

Elad mencondongkan tubuh ke depan. “Sebut namanya.”

“Sementara, hanya bisa kita identifikasi melalui proksi—perusahaan Andrian Murk Holdings. Tapi aktor utamanya masih berlindung di baliknya.”

Elad diam. Matanya menyipit. “Aku tak butuh ‘sementara’.”

“Akan kami buka satu per satu. Tapi jika boleh menyarankan—Tuan harus hati-hati. Orang ini tidak hanya ingin saham Anda. Dia ingin seluruh identitas Gahanim Corp. Jika rencananya berhasil, Anda akan diseret keluar sebagai ‘bocah warisan yang gagal mempertahankan harta keluarga.’”

Elad menatap pria itu tajam. “Kalau dia pikir aku hanya pewaris, dia sudah kalah dari awal.”

Pria itu tersenyum samar, menyodorkan satu flash disk.

“Semua data sementara ada di sini. Tapi jika Tuan ingin menang telak, jangan hanya serang bisnisnya.”

Elad menerima benda kecil itu. “Lalu?”

“Serang reputasinya. Di mata investor, kehormatan lebih mahal dari saham.”

Elad bangkit, mengenakan mantel gelapnya. “Baik. Kita rebut kehormatan itu lebih dulu.” Dan pergi lebih dulu.

Bersambung....

1
Merlani Hidayat
Erland mulai jatuh cinta nih
Merlani Hidayat
ayo Cleo minta yang lain lagi
kalea rizuky
aduh kan lu si laki bdooh istri di kurung lu selingkuh ma cwek lain dih
kalea rizuky
Q kasih bunga klo banyak up tp moga aja gk balik ma laki bloon ih gemes
Amanda
Ok
Merlani Hidayat
waduh Cleo hati hati jangan samapi ilang ingatan ya
Merlani Hidayat
suka bgt ceritanya.. ayo lanjut Thor..
Rinnaya: Aman, kalau engga ada kendala, up setiap hari kok.
total 1 replies
Merlani Hidayat
makin seru
Merlani Hidayat
yang sabar Cleo
Merlani Hidayat
bagus ko ceritanya ayo yg baca klik like biar author makin semangat
kalea rizuky
moga g ketemu laki dajjal kek gini jahat sumpah uda selingkuh istri di kurung kek tahanan
kalea rizuky
dikurung kek tahanan aja gila emank elad
Merlani Hidayat
awal yang bagus
Merlani Hidayat
awal yang seru
Rittu Rollin
seruuuu
Rittu Rollin
yuk up nya dtunggu ya thor
Rittu Rollin
semangatt thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!