Dinding penghalang bukan lagi antara kasta dan takhta, akan tetapi antara sujud dan Atheis.
Min Yoon-gi Diandre, artis ternama yang tidak percaya akan Tuhan tiba-tiba jatuh cinta kepada salah satu gadis muslimah. Gadis yang mampu membuatnya jatuh cinta saat pertama kali bertemu. Di saat semua wanita tergila-gila dan lberhalusinasi menjadi pasangannya, gadis itu malah tidak meliriknya sama sekali.
Mampukah Yoon-gi meluluhkan hati gadis itu? Di saat dinding penghalang yang begitu tinggi telah menjadi jarak di antara mereka.
"Aku tidak ingin kamu mengganut agamaku karena diriku. Tapi jika kau ingin menjadi salah satu dari umat nabiku, maka tetapkanlah hatimu kepadanya, bukan kepadaku." Cheesy Ajhiwinata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 32
"Kamu yakin kita lewat sini?" Tanya Adnan menatap pagar beton yang tinggi di depannya.
"Ya! Mau gimana lagi. Tidak ada jalan lain," ucap Chelsea santai sambil menatap pagar itu.
Dia mencoba mencari cara agar bisa melewati pagar itu. Dia terlihat mengetuk dagunya pelan lalu menatap punggung kekar Adnan. Tentu hal itu membuat perasaan pria itu menjadi tidak enak.
"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Adnan judes.
"Kakak silahkan berjongkok." Chelsea tersenyum penuh kehangatan.
"Jo ... jongkok?" Tanya Adnan menatap kemeja mahal yang dia kenakan. Dia baru membeli kemeja itu semalam, sekarang malah mau di jadikan alas pijakan oleh gadis tengil itu. Oh, tentu dia tidak akan menerimanya dengan mudah.
"Tidak! Aku tidak mau. Kemejaku mahal, aku baru membelinya semalam." tolak Adnan.
"Ish! Kemeja begitu aja, aku bisa mengantinya sepuluh nanti. Sekarang lebih baik jongkok sekarang." Chelsea menarik lengan Adnan lalu memaksanya untuk berjongkok di dekat dinding beton itu.
Tidak bisa menolak lagi, akhirnya Adnan mengalah lalu membiarkan kaki Chelsea menginjak kedua bahunya. Adnan terlihat menegapkan tubuhnya sedikit agar wanita itu bisa menaiki pagar itu dengan mudah.
"Tidak ada orang. Sepertinya yang dikatakan Kak Yoon-gi benar. Rumah ini kurang pengawasan." Chelsea terkekeh kecil sambil menatap situasi.
"Ngak usah banyak bicara. Bantu aku!" Adnan menatap Chelsea kesal, karena membiarkannya naik dengan susah payah.
"Alah! Kakak ini jantan apa betina, Sih? Masak kek gini aja ngak bisa."
"Kamu pikir aku ini h3wan apa?"
Chelsea hanya bisa menggerutu kecil sambil menarik lengan Adnan mencoba untuk membantu pria itu. Setelah memastikan semua aman, mereka bergegas turun lalu menyusup dari pintu belakang.
Sesuai dengan denah yang di berikan Yoon-gi, mereka mengikuti denah itu dengan hati-hati, tetapi masih di bumbui dengan pertengkaran mereka yang selalu beda pendapat.
''Semuanya sama persis dengan yang dikatakan Kak Yoon-gi, padahal dia sudah lama pergi dari rumah ini,'' ucap Chelsea memperhatikan setiap sudut rumah yang mereka lewati.
"Benar! Rumah ini memang beda denga hati wanita."
Chelsea langsung melemparkan tatapan binggung kepada pria itu, sambil berkata dalam hati. "Lagi galau ni orang apa ya?"
"Memangnya kenapa dengan hati wanita?" Tanya Chelsea binggung.
"Tidak bisa jadi tempat tinggal. Contohnya kamu, dulu kamu tergila-gila dengan bosku. Tapi sekarang." Adnan tersenyum sinis sambil menatap ke arah Chelsea. ''Hati wanita tidak punya pendirian tetap."
"Aku tidak meminta pendapatmu. Ayo, cepat. Kita ngak punya waktu banyak." Adnan langsung menghentikan Aulya yang membuka mulut dan siap untuk bersuara.
Tidak punya pilihan lain, Chelsea kembali menutup mulutnya lalu menyimpan kembali kata-kata yang ingin dia ucapkan di dalam hati. Dia mengikuti langkah Adnan sambil menggerutu kecil, tetapi tidak diperdulikan oleh pria itu.
Sesampainya di ruang cctv, Adnan langsung melaksanakan tugasnya. Dia mencoba mencari rekaman cctv pada hari kecelakaan ibunya Yoon-gi. Ternyata rekaman pada hari kejadian itu belum terhapus.
Dengan cepat Adnan memasukkan flashdisk ke port USB, lalu mecopy rekaman cctv itu. Dia tidak punya waktu, jadi dia mencoba mecopy semua rekaman cctv di rumah itu pada hari kejadian.
Setelah selesai, Adnan langsung mengirim pesan kepada Yoon-gi lalu pergi meninggalkan ruangan itu dengan cepat.
*******
"Tuan! Ada yang ingin bertemu dengan Anda." Seorang wanita cantik menatap bosnya yang sedang duduk sambil memeriksa tumpukan berkas di atas meja kerjanya.
Tatapannya begitu datar, sehingga membuat sekertarisnya itu hanya bisa menunduk. Beberapa hari ini mood bosnya itu sedang tidak baik-baik saja, jadi dia tidak mau jadi sasaran pelampiasan amarah oleh atasannya itu.
"Katakan saja jika aku sedang sibuk," ucap Diandre datar tanpa menoleh sedikitpun.
"Tapi dia mengatakan jika dia adalah putra, Tuan."
Diandre langsung menatap sekertarisnya itu. Dia mencoba berpikir sejenak, lalu menutup berkas yang ada di tangannya.
"Suruh dia masuk." Diandre merasakan getaran yang berbeda di dalam dadanya.
Matanya seolah memancarkan kerinduan yang tidak bisa di ungkapkan. Raut wajahnya yang awalnya datar, tiba-tiba memancarkan aura yang tidak dapat di artikan.
Dia mencoba untuk membuang napasnya kasar, lalu mencoba mengatur detak jantungnya yang tidak karuan.
Sekertaris itu hanya bisa menunduk hormat, lalu melangkahkan kakinya keluar. Tidak berselang lama, sosok pria yang begitu familiar muncul dari pintu.
Diandre menatap pria itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. Jantung yang sejak tadi berdetak tidak karuan, kini berdetak semakin kencang. Dia mencoba mengalihkan pandangan, lalu membuang napasnya kasar.
"Apa yang membuatmu datang kesini?" Tanya Diandre datar tanpa menatap Yoon-gi yang kini duduk di hadapannya.
"Tidak ada. Apa salah seorang putra mengunjungi Daddy sendiri?" Tanya Yoon-gi santai sambil menatap ruangan sang daddy yang belum pernah di lihat selama ini.
"Ruangan ini sangat bagus." Yoon-gi menatap foto wanita yang dia rindukan selama ini terpajang di meja sang Daddy.
Bukan hanya di rumah, tetapi daddy_nya itu juga masih memajang foto sang mommy di ruangannya. Yoon-gi menatap lekat wajah pria yang ada di hadapannya itu, dia mencoba membaca raut wajahnya. Namun, dia tidak menemukan sesuatu yang dia cari dari sana.
"Aku dengar daddy sudah menyerahkan perusahaan ini untuk Yoga."
Diandre langsung terdiam mendengar ucapan putranya itu. Dia mencoba membuang napasnya kasar, lalu menatap Yoon-gi dengan lekat.
"Maaf! Tapi daddy bisa memberikan dua puluh lima persen dari perusahaan ini untukmu. Tapi, daddy mohon. Kembali ke rumah."
Yoon-gi terkekeh kecil mendengar permohonan sang daddy. Kembali ke rumah? Tentu dia tidak akan pernah melakukan itu. Sudah cukup dia melewati hal-hal yang buruk di rumah itu. Jadi, dia tidak akan mau kembali ke lobang yang sama lagi.
"Maaf! Aku tidak tertarik dengan perusahaan ini sedikitpun. Jika aku mau, aku bisa mendirikan perusahaanku sendiri." Yoon-gi bangkit dari duduknya lalu melangkah keluar.
"Kamu mau kemana?" Tanya Diandre.
"Mau pulang. Maaf menganggu," ucap Yoon-gi santai lalu melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.
Sedangkan Diandre, dia hanya bisa menatap punggung putranya itu dengan tatapan penuh kerinduan. Ingin sekali dia memeluknya untuk melepaskan semua kerinduan yang dia pendam selama ini. Namun, dia sama sekali tidak mampu untuk melakukannya.
Setelah rencananya selesai, Yoon-gi langsung pergi ke mobil. Dia melihat Chelsea dan Adnan sedang sibuk memainkan ponsel mereka masing-masing. Sepertinya ke-dua orang itu adalah orang asing yang tidak saling kenal.
Tanpa banyak bicara, Yoon-gi langsung duduk di kursi belakang, lalu membuka leptopnya. Dia mengambil flashdisk yang di berikan Adnan tadi, lalu menyambungkannya ke leptop itu.
Yoon-gi menatap layar leptopnya dengan serius. Dia mencoba memeriksa rekaman cctv di halaman depan rumahnya, untuk mencari tahu dalang di balik kecelakaan sang mommy.
Tidak menunggu lama, akhirnya dia melihat seorang pria memakai masker dan topi mendekati mobil sang mommy. Melihat itu, Adnan dan Chelsea mendekat lalu memperhatikan pria itu dengan terkejut.
"Benar dugaanku, pasti dia suruhan nenek lampir itu,'' ucap Chelsea dengan nada kesal.
"Bukannya nenek lampir itu pemeran film tahun 1989 ya?" tanya Adnan dengan wajah polosnya.
"Itu titisan nenek lampir," ucap Yoon-gi dengan nada ketus.
"Beda ya!" Adnan hanya bisa terkekeh kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Kembali ke mode serius. Yoon-gi dengan cepat memotong rekaman itu lalu menyalin ke ponselnya.
"Apa kakak yakin?" Tanya Chelsea dengan serius.
Mendengar ucapan Chelsea, Yoon-gi langsung membuang napasnya pelan. Dia menatap Chelsea dan Adnan secara bergantian.
"Aku juga tidak yakin. Karena itu aku mengirimnya dengan nomor lain."
Yoon-gi mengirim potongan vidio itu kepada seseorang, lalu mematahkan dan membuang kartu simnya ke tempat sampah. Dia memilih untuk tidak mempercayai siapapun dalam masalah ini. Walaupun hati kecilnya berkata, jika orang yang dia curigai tidak mungkin melakukan itu. Namun, dia lebih memilih untuk tidak gegabah untuk saat ini.
Bersambung....
kyaknya ini rencana Diandre dia pura2 bangkrut kayaknya biar si lampir sengsara
baru eling yah ???? punya anak namanya Yoon gi