Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjual..
"Hutang kalian lunas, tapi berikan wanita ini sebagai gantinya.."
"Aku akan menjadikannya istriku yang ketiga.." Ucapnya dengan senyum penuh nafsu melihat Asha yang kaget mendengar perkataannya.
Terutama kakek, dia langsung berdiri hendak mendekati Asha, namun salah seorang pengawal menahannya.
"Bagaimana..?" Tanya lelaki itu melihat kakek dan Dewi bergantian.
"Aku sangat menyukai gadis cantik ini, bagaimana kalau dia dijadikan penebus semua hutang kalian.."
Asha ketakutan.
"Apa maksudmu..!?" Kakek terlihat sangat marah.
"Jangan pernah berpikir demikian, aku tidak akan pernah menjual cucuku kepadamu.."
Rentenir itu kembali tertawa bersama dengan pengawalnya.
"Kalau begitu, sekarang juga, saya minta kalian untuk membayar semua hutang hutang kalian.."
"Sekarang juga..saya tunggu.."
"3 hari..beri kami waktu tiga hari saja, saya akan melunasi semuanya.." Jawab Kakek membuat Dewi dan Asha kaget.
Rentenir itu terlihat diam, namun tiba-tiba terlihat seringai kecil di bibirnya.
"Baiklah..tiga hari lagi saya akan kesini, kalian harus sudah menyiapkan semua uangnya..600 juta.."
"Baiklah..kami akan menyiapkan uangnya.."
"Kalau sampai uang 600 juta itu tidak ada, saya akan membawa gadis cantik ini.." Matanya kembali melihat Asha dengan penuh nafsu.
"Kalian tenang saja, kami akan membayar lunas semua hutang kami kepada kalian.." Jawab Kakek dengan yakin.
"Jangan berpikir untuk kabur, saya akan dengan mudah menemukan kalian.." Ucap lelaki itu sebelum pergi meninggalkan toko dengan diikuti oleh para pengawalnya.
Asha menghampiri kakek dan segera memeluknya.
"Ayah..darimana kita mendapatkan uang 600 juta dalam waktu 3 hari..?" Tanya Dewi penasaran.
Asha melepaskan pelukannya.
"Iya kakek..darimana kita mendapatkan uang sebanyak itu..?" Tanya Asha dengan linangan air mata di pipinya.
Kakek duduk di kursi.
Melihat Dewi, juga keduanya cucunya bergantian.
"Tidak ada jalan lain, kita akan menjual ruko ini.."
"Apa..?" Dewi seolah tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Aku tidak setuju..kalau ruko ini dijual, dimana kita akan tinggal, dan bagaimana dengan toko kue ini, hanya toko ini sumber penghasilan kita selama ini, dari sini kita makan dan menyekolahkan Asha dan Aisha sepeninggal Mas Surya.."
"Tapi tidak ada jalan lain..hanya ini satu-satunya cara agar kita terbebas dari mereka.."
"Tapi aku tetap tidak setuju.." Dewi terlihat marah.
Asha mendekati Aisha, adik kecilnya yang sepertinya masih ketakutan kemudian memeluknya.
"Ruko ini bisa terjual lebih dari satu milyar, sisa membayar hutang, kita akan membeli rumah kecil dan juga membuat usaha kecil-kecilan.." Kakek berusaha meyakinkan Dewi.
"Ayah tahu, tidak semudah itu, kita hidup di kota besar, harga rumah sangat mahal sekarang, lagi pula usaha apa yang bisa dimulai dengan modal kecil dan paspasan..?"
"Ibu..aku sekarang bekerja, aku bisa menyekolahkan Aisha dengan gajiku.."
"Memangnya berapa gajimu hah..? Kalian tahu kenapa sampai 3 bulan aku tidak bisa membayar hutang kepada mereka..? itu karena biaya hidup kita semakin meningkat, biaya sekolah Aisha juga semakin mahal.."
Kakek berdiri.
"Kamu setuju tidak setuju, ayah akan tetap menjual ruko ini, ayah tidak bisa membiarkan Asha dinikahi oleh rentenir busuk itu.."
Kakek pergi keluar toko.
Dewi melihat Asha.
"Padahal..menikah dengan rentenir itu juga bukan ide yang buruk.."
"Jika kamu menikah dengannya, semua masalah akan selesai, hutang lunas dan kita tidak perlu menjual ruko ini.."Ucap Dewi sembari melihat Asha tajam penuh kekesalan kemudian berlalu pergi.
Asha kaget mendengar ucapan ibu tirinya, tak terasa air matanya keluar dengan sendirinya
"Kakak tidak apa-apa..?" Aisha melihat Asha yang sedari tadi memeluknya.
Asha mengangguk pelan sembari menghapus air matanya.
"Begitu bencinya kah ibu kepadaku, hingga merelakan aku menikah dengan rentenir tua itu.." Gumam Asha sedih.
***
"Kakek serius dengan ucapan kakek akan menjual ruko ini..?"
Kakek mengangguk pelan.
"Besok pembelinya akan kesini.."
Asha terdiam.
Mencoba menahan air matanya.
"Tapi ibu.."
Kakek melihat Asha.
"Kakek tetap akan menjualnya meski ibumu tak setuju.."
Asha kembali terdiam, kata kata ibunya kembali terngiang di telinganya.
"Kakek tidak akan membiarkan kamu dinikahi oleh rentenir itu.." Lanjut kakek seolah dia mengerti isi pikiran Asha.
"Sekarang kamu masuk dan istirahat..besok kamu harus bekerja.." Kakek beranjak dari duduknya.
Asha berdiri melihat kepergian kakek yang menuruni tangga dengan perlahan.
***
Dua hari berlalu.
Menurut kakek, hari ini akan dilakukan transaksi jual beli ruko di salah satu kantor notaris, sehingga besok mereka bisa membayar semua hutang kepada rentenir dan sisa uangnya akan digunakan untuk mencari tempat tinggal yang baru.
Hari ini, Asha bekerja dengan perasaannya yang tidak menentu, raut kesedihan selalu menghiasi wajahnya, mengingat hari ini ruko itu telah berpindah tangan menjadi milik orang lain, kesedihannya terlihat jelas sehingga membuat beberapa orang temannya di kantor merasa ada sesuatu yang terjadi pada Asha.
Diah, Della dan Riri beberapa kali mencoba menanyakannya, namun Asha sepertinya tidak mau berbagi kesedihan kepada para sahabatnya, dia memilih untuk menyimpan sendiri dan tidak menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Begitu juga dengan Devan, tidak seperti biasanya, sudah dua hari ini wajah cantik Asha yang selalu tersenyum dan ceria kini meredup seketika.
"Fotocopy ini dan ini.." Devan memberikan beberapa lembar kertas kepada Asha.
Asha tidak menjawab, dia hanya menganggukkan kepalanya sambil mengambil kertas.
Devan melihat wajah Asha yang sendu.
"Ada apa..?" Tanya Devan spontan.
"Ya..?" Tanya Asha kaget.
"Kamu sepertinya sedang ada masalah.."
Asha merasa tidak enak hati, rupanya dia terlalu terbawa perasaan sehingga secara tidak sadar terlah menunjukkan kesedihannya.
"Tidak ada apa apa pak.." Jawab Asha berusaha untuk tersenyum.
"Kalau sakit, sebaiknya kamu izin pulang saja, biar Nando yang mengerjakan semua tugas tugas kamu.."
"Saya tidak apa-apa pak.." jawab Asha lagi sembari pergi meninggalkan ruangan Devan.
Devan mendesah.
Dia tahu Asha berbohong.
Dan dia sedikit khawatir.
***
Asha sampai dirumahnya, atau tepatnya sekarang sudah menjadi rumah milik orang lain.
Dia melihat toko kue ibunya dengan tatapan nanar, sudah 3 hari, toko itu tutup, dan akan tutup untuk selamanya karena mungkin beberapa hari lagi mereka harus segera meninggalkan tempat ini.
Asha menaiki tangga, setelah sampai di lantai dua, dia memasuki pintu, menuju kediaman ibu dan kakeknya.
Asha masuk perlahan, dia langsung disambut oleh Aisha yang berlari memeluknya.
Di meja makan yang tak jauh dari sana, dia melihat kakek dan ibunya sedang duduk.
Asha menghampiri keduanya.
Kakek berdiri menyambut kedatangan Asha.
"Pemilik baru tempat ini memberi kita waktu seminggu untuk meninggalkan rumah ini.." Dewi berbicara dengan nada kesal.
Asha mengerti keadaan ibunya yang mungkin masih belum menerima kenyataan bahwa rumah yang mereka tinggali sekian lama kini telah menjadi milik orang lain.
"Besok kakek akan mulai mencari tempat tinggal baru untuk kita.." kakek melihat Asha.
"Pastikan mendapat tempat tinggal yang dekat dengan sekolah Aisha.." Ucap Dewi lagi sembari pergi memasuki kamarnya.
Kakek terdiam tidak menjawab.
"Jauh sedikit tidak apa-apa kek.." Aisha memeluk kakeknya erat.
Diikuti oleh Asha, mereka saling berpelukan untuk saling menguatkan.
pikir tdi bnran jetua gangster ...