Xaviera marcella, Remaja usia 17 tahun harus menerima nasib yang buruk. di mana dia tinggal di panti asuhan, selalu dibully dan dijauhi. ia tumbuh menjadi gadis yang pendiam. suatu hari, ia bermimpi bertemu dengan gadis cantik yang meminta pertolongan padanya. itu berlangsung sampai beberapa hari. di saat ia sedang mencari tahu, tiba-tiba kalung permata biru peninggalan ibunya menyala dan membawanya masuk ke sebuah dimensi dan ia pun terhempas di jaman peradaban. hari demi hari ia lalui, hingga ia bertemu dengan gadis yang ada di mimpinya. ternyata gadis tersebut merupakan seorang putri dari negeri duyung. ia pun dijadikan pengawal utama untuk melindungi putri duyung itu.
gimana kisah selanjutnya? akankah Xaviera mampu menjaga putri duyung itu? ikuti kisah selanjutnya hanya di sini🥰
NO PLAGIAT!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu dengan pemilik asal kalung permata
Kabar kematian dari weskail dan para monster itu telah sampai ke telinga John yang sedang menjalani pertapaan. Ia pun menggeram marah saat diceritakan oleh murid-murid yang lain. Ternyata saat memeriksa ke lokasi hanya tubuh weskail saja yang tidak ditemukan dan itu menambah kemarahan John. Ia pun memukul batu besar sekuat tenaga sampai hancur untuk melampiaskan amarahnya.
"Guru izinkan aku untuk menyerangnya segera, aku ingin membalasnya secepat mungkin." ucap John dengan menahan amarahnya.
"Tidak, kau masih belum mengasai ilmu tingkat tinggi untuk melawan gadis itu. Tenang saja, aku sudah mengirim murid yang lain untuk menghancurkan mereka kembali. Kau fokuslah pada latihanmu."
"Cisss..." John mendecih karena kesal tidak diizinkan turun langsung. Lalu ia pun terpaksa harus kembali ke dalam goa untuk melanjutkan bertapanya. Di sela bertapa, ia menangis mengenang kebaikan Weskail yang mengajarinya pertama kali. Perasaan marah terus memuncak hingga ia berteriak kencang melampiaskan emosinya.
"Haaaaaaaaaaaaaaa!!! Akan kuhabisi kau segera!!!" teriak John sekuat tenaga.
***
Di tengah istana yang sudah cukup hancur, Debbara masih menunggu Xaviera siuman dari pingsannya. Ia masih memeriksa keadaan gadis itu. Lukanya yang cukup parah membuat Xaviera belum tersadarkan kembali. Ia sudah menggunakan teknik penyembuhannya untuk menyelamatkan gadis itu namun tidaklah cukup. Ia pun hanya bisa menghela nafas sembari terduduk di samping Xaviera yang sedang tertidur.
"Xaviera, kuharap kau baik-baik saja... sadarlah, aku mohon..."
Debbara memegangi tangan mungil gadis itu dan segera mengobatinya kembali dengan sihirnya. Lalu beberapa menit kemudian, ia merasakan tubuh Xaviera menegang. Entah apa yang terjadi padanya. Ia pun masih tetap memberikan pengobatannya untuk menyelamatkan Xaviera.
Di dunia mimpi,
Xaviera sedang berjalan di dunia yang aneh, di mana semua yang ada di sana berwarna biru. Ia seperti ada di dasar goa yang sangat gelap lalu ia melihat cahaya biru yang sangat terang. "Ada apa ini? Kenapa aku ada di sini?" batinnya bermonolog. Saat hendak berjalan, ia merasakan tubuhnya begitu sakit sehingga ia menggeram kesakitan tak bisa bergerak.
"Euu.. eeuuuhhh... pasti ini akibat diriku terlalu banyak mengeluarkan energi, eeuuuu..."
Di tengah dirinya sedang berusaha untuk mendirikan tubuhnya, ia melihat ada sebuah tangan yang mengulur di depan matanya. Tangan itu begitu besar dan berurat. Ia pun terdiam sejenak, lalu matanya mengikuti arah tangan tersebut dan sampailah ia melihat sebuah sosok pria besar bersisik ikan di sisi wajahnya. Ia pun syok melihatnya ada di hadapannya.
"Siapa kau?! Apa kau ingin melawanku?" ucapnya dengan penuh kepanikan.
Lengan pria itu kembali pada posisi awalnya, Xaviera hanya terduduk dikarenakan tubuhnya masih merasakan sakit yang luar biasa. Ia masih menunggu pria besar itu bicara. Ada apa ia menemuinya, dan siapa sosok pria ini? Lalu wajahnya yang memandangnya dingin, terlihat secarik senyum tipis yang ditampilkan oleh pria besar itu untuk Xaviera.
"Xaviera, akhirnya aku bisa bertemu denganmu." Xaviera bertambah terkejut sebab pria besar itu mengetahui namanya. Merasakan tubuhnya lumayan tidak sakit, ia pun secara perlahan berdiri sejajar dengan pria besar itu. "Bagaimana kau tahu namaku? Siapa kau sebenarnya? Tujuanmu menemuiku untuk apa?"
Pria itu terdiam sejenak, lalu tangannya menunjuk ke arah kalung permata yang dipakai di leher gadis itu. Seketika Xaviera pun memegangi permata tersebut dengan raut wajah yang bertanya-tanya. "Kau adalah anak yang ditakdirkan untuk memiliki kalung itu. Dan aku adalah pemilik asal dari permata yang ada dikalungmu tersebut." Xaviera membulatkan matanya setelah mendengar ternyata pria itu adalah pemilik awal dari permata tersebut.
Dengan tubuh yang gemetar dan lidah yang sedikit kaku membuat Xaviera terbata-bata saat berhadapan dengan pria itu. Ia pun mengingat kembali kisah luar biasa yang ia ketahui dari Debbara. Apakah kedatangannya kembali untuk mengambil kalung itu semula? Raut wajahnya berubah menjadi sedih sebab kalung ini akan kembali pada pemiliknya.
"Eum... apakah kau ingin mengambil permata ini kembali?"
"Apa maksudmu?"
"Ya, kau menemuiku untuk memintaku menyerahkan permata ini kan?" Terlihat pria itu masih memandanginya dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu kemudian, ia merasakan tangannya yang besar ada di kepalanya. "Hm?"
"Kau gadis kecil yang polos, aku tidak akan meminta permata itu kembali. Aku hanya ingin menemuimu sebab kau menguasai kekuatanku. Saat ini tubuhmu pasti mengalami luka parah akibat energi yang kau keluarkan itu berlebihankan? Aku akan membantumu sembuh dan mengaupgrade permata milikmu itu."
Xaviera lagi-lagi membulatkan matanya terkejut, "Ap-apaa?" lirihnya. Kemudian pria tersebut mulai menutup matanya lalu mengeluarkan sihirnya mengarah pada permata dikalungnya. Awalnya ia mengira pria itu akan menyerangnya, akan tetapi tidak merasakan apapun yang menyakiti dirinya. Xaviera pun terdiam di tempat seraya memperhatikan pria besar itu tengah serius memberikan upgrade pada permata di kalungnya.
Tak lama kemudian, cahaya sihir biru itu pun hilang artian pria itu sudah selesai mengupgrade. Lalu Xaviera kembali dikejutkan dengan wujud permatanya yang sedikit berbeda. Ada tambahan aksen cantik di sana. Lalu ia menatap pria itu dengan tatapan herannya.
"Kalung itu sudah kuperbaiki. Kau bisa menggunakan kekuatan tingkat tinggi tanpa harus menyakiti dirimu sendiri. Berlatihlah sampai kau bisa menguasai teknik tertinggi kekuatan rahasia kalung itu. Sekarang, aku akan membantumu menyembuhkan organ tubuhmu yang rusak akibat efek samping sinar biru. Bersiaplah..."
Pria itu mengeluarkan kekuatan yang jauh lebih besar dari sebelumnya, kali ini bukan mengarah pada kalungnya melainkan mengarah pada dirinya sendiri. Terlihat cahaya biru itu memenuhi tubuhnya. Awalnya tidak ada rasa sakit yang terasa, tiba-tiba ia merasakan ada hal aneh yang terjadi di dalam tubuhnya. Seperti ada yang bergerak dan itu membuat dirinya kesakitan yang amat besar. Ia pun langsung menjatuhkan dirinya ke tanah dan menahan kesakitan dari area perutnya. Ia pun berteriak akibat tidak bisa menahan rasa sakit itu.
"HAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!"
Di dunia asli, Debbara dikejutkan dengan munculnya cahaya biru di seluruh tubuh Xaviera. Ia mundur seketika untuk menjaga dirinya sebab ia merasa ada hal yang buruk terjadi. Lalu, tiba-tiba saja cahaya biru keluar dengan kuat dan menyebabkan tubuh Xaviera naik ke atas dan berteriak sekuat tenaga.
"HAAAAAAAAAA!!!!!!"
Debbara terkejut melihat fenomena tersebut, ia berusaha mendekati gadis itu namun tidak bisa. Matanya juga ikut silau akibat cahaya biru itu yang memenuhi seluruh ruangan kamarnya. "Xaviera!!!" teriaknya khawatir. Xabiera seperti itu berselang hanya beberapa menit saja. Lalu perlahan teriakannya pun mulai hilang dan cahaya biru itu mulai menyusut. Dan tubuh Xaviera sudah berada di atas kasur kembali. Debbara menghela nafasnya berulang kali sebab syok melihat kejadian tersebut. Karena khawatir dengan keadaan Xaviera, ia pun bergegas mendekatinya kembali lalu mengecek keadaan tubuhnya.
Ia pun membulatkan matanya setelah memeriksa kembali keadaan gadis itu. Ia merasakan organ dalam Xaviera yang cukup rusak sekarang sudah hilang bak ditelan bumi. Alias organ-organ dalamnya sudah sembuh kembali. Ia pun tersenyum mengetahui Xaviera sudah akan sembuh. Debbara masih setia menemani Xaviera yang sudah berada di tahap pemulihan.
Sementara di dunia mimpi, Xaviera menghela nafasnya berulang kali sebab terkena sihir tersebut. Tubuhnya bergetar hebat namun ia merasakan organ dalamnya dirasa sudah tidak sakit lagi. Bahkan kini ia bisa berdiri tanpa harus merasakan sakit. Ia pun memandangi pria besar itu dengan tatapan terkejutnya.
"Tubuhmu sebentar lagi akan pulih kembali, dan kau akan siuman dan kembali pada Debbara. Ini adalah terakhir dariku untukmu, jagalah kalung itu. Banyak kekuatan jahat diluar sana yang akan menjadi penghalangmu. Berlatihlah jadi kuat, maka kau akan bisa melenyapkan mereka semua dalam sekejap. Kau sudah menjadi kesatria sejati, akan kuanugerahi kalung itu menjadi milikmu seutuhnya."
Bibir Xaviera perlahan membentuk senyuman lebar yang mengarah pada pria tersebut. Ia pun memegangi kalung pertama itu dengan genggamannya. "Iya, aku akan menjaganya... terima kasih, senang bertemu denganmu." Pria besar itu pun tersenyum tipis, "aku juga senang bisa dipertemukan denganmu. Jagalah dirimu baik-baik. Aku segera pergi."
"Baiklah." Langkah terakhir, pria itu pun kembali menaruh tangannya ke atas kepalanya. Lalu ia melihat tubuh pria itu berubah menjadi cahaya biru dan masuk bersemayam dikalungnya. Seketika ia memegangi kalung ini kembali, ia senang bisa bertemu dengan pemilik asal kalung ini. Apalagi ia sudah diberikan hak penuh atas permata ini. Ia pun tersenyum mengarah pada langit-langit goa tersebut.
"Terima kasih."