Aku yang menyimpan setiap cerita dalam diamku. menuangkan setiap rasa pada pena didalam kertas putihku. Aku yang takut kamu tahu, meski aku ingin kamu melihat aku yang menyimpan rasa kepadamu. Sampai kapan aku harus menunggu atau menyimpannya dalam diamku dan merelakanmu bahagia atas rasa dihatimu.
setiap hari dipinggir danau ini aku menunggunya.. ditemani gitar tua peninggalan ayah, yang selalu mengiringi suaraku dan dia saat bernyanyi..
ibarat kaca hatiku telah pecah berkeping-keping .. seperti petir yang menyambar disiang hari .. saat mendengar ceritanya .. dia yang mencintai sseorang dan itu bukan aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Uswatun Khasanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Kisah dibawah Langit Malam
Malam api unggun akan dimulai, aku menantikan berbagai macam penampilan dari adik-adik kelas. Aku bisa sedikit melupakan tentang Reska meski dia masih terlintas di hadapanku. Risky yang selalu berjaga disampingnya menunjukkan wajah yang begitu bahagia.
Aku berdiri disamping Bu Vira dan teman-teman yang lainnya. Beberapa OSIS berpencar di belakang lingkaran yang dibentuk peserta LDK, hanya para OSIS dan kelompok yang akan tampil yang berdiri, semua peserta dalam keadaan duduk membuat lingkaran api unggun.
"Malam ini, kita akan mulai penampilan dari masing-masing kelompok. Kalian juga boleh menampilkan keterampilan atau bakat kalian pribadi atau boleh juga yang mau promosi-promosi. Kita tunjukin semua dimalam api unggun ini." Teriak Arfan menggunakan clip on mic yang terpasang di bajunya.
"wuuu..." sorak gembira para peserta sambil bertepuk tangan.
Penampilan dari kelompok ranting, breakdance, bernyanyi dan beatbox. Penampilannya mendapat sorakan yang meriah dan kegembiraan dari para peserta juga para osis.
"tuh kamu sama yang ngedance ajah itu. Cakep, ganteng tinggi." Ucap Bu Vira.
"jangan dong, bu. Ibu dukung saya dong, bu biar dia mau sama saya." Ucap Arfan yang tiba-tiba muncul.
"ih, kamu. Kaya jelangkung datang tak dijemput. Sana- sana tuh mulai lagi." Ucap Bu Vira yang memicu tawa.
Arfan berlalu, masuk kedalam lingkaran memanggilkan kelompok selanjutnya. Beringin, yang akan menampilkan nyanyian akustik. Nyanyian yang dinyanyikan seperti menggambarkan perasaan ku saat ini pada Reska. Lagi- lagi aku harus hanyut dalam senandung lagu, Bukan denganku.
Aku mengarahkan pandanganku kepadanya. Tak kusangka, aku bertatapan dengannya. Entah harus menunjukkan ekspresi seperti apa kepadanya, aku tak menyiapkan jika harus bertatapan dengannya. Aku hanya ingin memandanginya sekali saja, tanpa harus ketahuan.
"hey.." Arfan memecah lamunanku dengan suaranya yang halus.
Aku menoleh kearahnya.
"senyum dong." Pintanya.
Aku terdiam sejenak dan memukulnya sambil tersenyum.
"apan sih.."
"nah gitu dong, cantik." Ucap Arfan.
Aku menutup matanya dengan satu tanganku.
"aku tak perlu mata untuk melihat, hanya perlu hati untuk merasakan dan mulut untuk menyampaikan." Ucap Arfan.
Tiba- tiba semua terdiam sejenak dan bersorak lalu bertepuk tangan.
Aku melihat sekeliling dan menatap Arfan.
"lupa gue matiin." Ucap Arfan menggenggam clip on dibajunya.
"terima .. Terima .." Sorak para peserta dan osis lainnya.
"sorry .. Sorry .. Boleh dilanjut penampilannya." Ucap Arfan tersenyum malu.
"wuuuu.." Arfan mendapat sorakan kecewa dari para peserta.
Aku menatapnya dan terbesit dalam fikiranku untuk menyanyikan sebuah lagu untuknya. Aku meninggalkan Arfan dan masuk dalam lingkaran untuk bergabung bersama kelompok beringin. Aku meminta mereka untuk mengiringi lagu yang akan kunyanyikan. Berawal Dari Tatap.
"berawal dari tatap.. Indah senyummu memikat.. Memikat hatiku yang hampa lara.. Kau membuatku bahagia, disaat hati ini terluka.. Kau membuatku tertawa, disaat hati ini terbawa.. Terbawa oleh cintamu untukku.. Untuk kita." Nyanyiku pada malam itu.
Afran memberiku tepuk tangan dan diikuti oleh peserta lainnya.
"Laury Manggesa Rahma.. Aku suka kamu." Ungkapnya dengan tegas.
"Nado." Balasku dengan bahasa korea yang artinya "aku juga"
"saranghae, oppaaa.." Teriak para peserta sambil memberikan bentuk hati dari jari mereka.
"Nado saraghae." Balas Arfan.
Arfan berlari pelan mendekatiku dan memelukku.
"terima kasih, laury." Bisiknya.
Aku tak membalasnya, aku hanya merasakan kebahagiaan yang aku rasa pada malam itu. Aku rasa , arfan juga merasakan hal yang sama bahkan mungkin dia lebih bahagia daripada bahagia yang aku rasa.
Arfan, aku akan mencoba memulainya denganmu. Dengan hatiku yang masih berantakan. Dengan hatiku yang akan ku susun dengan kepingan puzzle tentangmu. Aku berharap kepingan- kepingan itu akan utuh dan takkan runtuh, hingga akhir bersamamu.
Penampilan dilanjutkan setelah kehebohan yang aku dan arfan buat. Aku semakin menikmati malam ini. Malam yang tak ku duga akan mempunyai kisah indah dibawah langitnya. Aku tak tahu apakah keputusan yang kuambil, benar atau salah. Aku bergerak sesuai keinginanku saat itu. Aku berharap hatiku takkan mempermainkan Arfan dengan kekecewaan.
"kayanya aku ngga bisa tidur malam ini." Bisik Arfan sambil menikmati penampilan dari kelompok Ayam jago.
"Itu udah di matiin kan?" Tanyaku.
"udah. Mau dicoba lagi ?" Ledeknya.
Seperti biasa aku menepuk lengannya.
"malu." Ucapku pelan.
"apa .. Apa .. apa ? Coba ulangin ? Malu ?"
"masa sih ? Tadi nyanyi di depan ngga malu." Ledeknya lagi.
"gue tarik lagi nih ya nyanyiannya."
"emang bisa ?" Tanyanya.
"bisa ! Yaudah kita ngga jadi jadian !"
"emang kita jadian ? Beneran ?" Tanyanya.
"Ga !" Jawabku yang langsung meninggalkan.
Aku mendengar langkah Arfan yang mengikutiku, aku mendengarnya yang terburu- buru menitipkan clip on kepada panitia lain. Aku melanjutkan langkahku sambil tersenyum. Aku duduk didepan tendaku.
"hey.." Sapanya sambil terengah.
Kita saling bertatapan sebelum dia mengeluarkan kata-kata lainnya lagi.
"beneran ?" Tanya Arfan sambil menggenggam kedua tanganku.
Aku dibuat salah tingkah olehnya. Dengan tatapan matanya yang indah.
"hey.." ucapnya dengan suaranya yang lembut yang membuatku semakin tak karuan.
"laury.. lo beneran siap membuka hati buat gue? lo beneran mau menjalani hubungan ini sama gue ?"
Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku sambil tersenyum malu. Ada rasa bahagia yang membuatku lupa tentang luka dan juga tentang Reska. Aku juga ingin sepertinya yang memamerkan kemesraannya dengan pasangannya.
Aku punya Arfan disisiku saat ini.
Semua peserta beristirahat didalam tenda masing- masing. Hanya ada beberapa OSIS yang masih berada di sekitar api unggun. Termasuk, aku dan juga Arfan. Tiba - tiba saja Reska datang dan menarik tanganku yang sedang duduk disamping Arfan.
"bangun .."
Saat aku hendak bangun, Arfan menahan tanganku yang satunya.
"bangun ! Ikut gue !." Pintanya.
"Res.." Ucap Seorang perempuan yang datang menggenggam tangan Reska.
Sejenak aku tersadar, bahwa Reska sudah ada yang punya. Dan aku baru saja akan memulai memberikan hatiku pada Arfan.
"res.." Ucapku sambil melepas genggamannya.
"gue masih ada urusan disini sama temen- temen." Ucapku lembut agar tidak menjadi perdebatan dengan Reska.
Reska menatapku dengan amarahnya. Dia meninggalkanku dan Risky mengikutinya tanpa melepas genggamannya.
"kalian tuh beneran temenan ?" Tanya seorang siswi yang berada bersamaku.
Aku hanya menganggukan kepalaku sebagai jawaban.
"lo ngga ngerasa kalo dia tuh sebenernya suka tau sama lo." Ucapnya lagi.
"kalo pun itu bener, berarti dia udah menyiakan kesempatan yang ada. Waktu gue bersama dia itu ngga sebentar loh." Jelasku.
"gue rasa dia penuh pertimbangan untuk bisa ngungkapin perasaannya ke lo. Karena persahabatan kalian yang cukup lama."
"yaudah, udah bukan masanya kali untuk gue sama dia. Dia udah memilih untuk bersama orang lain. Dan gue juga akan memulainya dengan arfan." Jelasku.
"jadi tolong juga hargai perasaan arfan." Ucapku pada yang lain.
"jadi , serius nih jadian?" Ucap yang lainnya.
"mohon dukungannya yaa teman- teman." Ucap Arfan sambil tersenyum.
Aku senang Arfan menyampaikannya kepada teman- teman. Aku juga ingin mereka menjaga perasaan Arfan tanpa membahas kebersamaan ku dengan Reska dihadapannya.
.
.
.