Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Our Home
Drake menepuk pundak Cherry yang diam mematung di sisi jalan. "Anak manja, apa ayah palsu mu itu belum datang menjemput?" Ia melihat ke depan dan dirinya pun langsung mematung saat melihat orang tuanya.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Drake, dingin.
Diana tersenyum. "Apa kalian akrab?" Jari telunjuknya menunjuk Cherry dan Drake silih berganti.
Cherry langsung menepis tangan Drake dari bahunya. "Kita tidak akrab," jawabnya dingin.
Drake melirik Cherry. "Benar, kita adalah musuh. Aku tidak mau akrab dengan anak manja sepertinya." Saat itu juga ia mendapat tatapan menghunus dari Cherry.
"Kalian belum menjawab pertanyaan ku. Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya ulang Drake.
"Kami datang ke sini untuk Cherry," jawab Charles, menatap Cherry dengan senyum yang melengkung indah. Senyum yang biasa ia tampilkan di layar kamera untuk memikat hati banyak orang.
Mendengar itu Cherry langsung menarik ujung seragam Drake. Untuk sekarang hanya Drake yang bisa diandalkan. Drake menunduk melihat tangan Cherry di bajunya. Laki-laki itu mengerti kenapa Cherry menarik pakaiannya, dia pasti meminta bantuan untuk menghindari orang tuanya.
"Cherry, ikutlah bersama kami. Kami berjanji akan memanjakan mu dan membuat mu bahagia."
Cherry menggelengkan kepalanya bahkan sebelum Diana selesai bicara.
"Cherry, kami ingin meminta maaf dengan tulus. Kami mengakui kesalahan kami dan kami ingin menembus dosa kami padamu. Kami berjanji akan menembus semua waktu yang kamu lalui tanpa kasih sayang orang tua dan kami berjanji akan berusaha menjadi orang tua terbaik untukmu."
"Lalu bagaimana denganku?" celetuk Drake, menyela ibunya yang berbicara penuh drama.
"Drake, tentu saja kami juga menyayangi mu. Tapi..., mengertilah, Drake."
Drake tersenyum smirk. "Karena inilah aku membenci Cherry. Setelah kalian tahu dia anak kalian, kalian semakin melupakan aku seakan-akan selama ini kalian sudah cukup menyayangiku. Padahal selama ini aku pun diabaikan oleh kalian. Aku hanya diberi tempat tinggal dan uang untuk bertahan hidup, tapi tidak dengan kasih sayang. Jadi, seharusnya kalian juga merasa bersalah padaku dan berjanji juga kalian akan menjadi orang tua yang baik untukku."
"Drake!" tegur Charles.
Cherry menoleh pada Drake. Ia tahu, saat ini Drake sedang berusaha mengalihkan perhatian orang tuanya untuk membantunya. Tanpa sadar ia tersenyum tipis.
Diana memijat di antara dua alisnya. "Baiklah, ayo kita perbaiki kelurga kita bersama-sama."
"Terlambat," sahut Drake cepat. "Aku juga tidak mau Cherry bersama kita. Pergilah!" Ia mendorong Cherry menjauh darinya.
Meski sempat terkejut tapi Cherry tersenyum sekilas pada Drake.
"Drake!" Diana dan Charles fokus pada Drake, saat itulah Cherry berlari mencari tempat persembunyian sembari menunggu Morgan menjemputnya.
Drake tersenyum tipis setelah Cherry benar-benar pergi cukup jauh.
"Drake, kau harus bersikap dewasa. Mengertilah!" tegur Diana.
Drake menatap ke dua orang tuanya silih berganti. "Ya, lain kali aku akan bersikap dewasa. Mungkin," tukasnya kemudian berlalu dari mereka.
Sekali lagi, Drake tidak tahu mana yang terbaik untuknya maupun untuk Cherry. Akan tetapi, selama bersama pria bernama Morgan itu Cherry bahagia maka ia akan selalu mendukungnya. Bukankah itu arti sebuah keluarga? saling mendukung dan menyayangi meskipun dengan cara yang berbeda.
Keesokan harinya....
"Drake!" Cherry melemparkan botol minuman pada Drake.
"Hap!" Drake menangkap dengan sempurna. "Apa ini?" tanyanya, mengangkat botol minumannya.
"Terima kasih," ungkap Cherry, dirinya memilih mengucapkannya sambil menatap ke arah lain karena merasa sedikit malu. Ia juga tak menyangka akan berterima kasih pada laki-laki yang selalu ia benci. Tapi karena rentetan kebaikan Drake, itu mengubah sedikit pandangannya terhadap laki-laki itu. Meski jahil mungkin Drake tidak seburuk itu.
"Begitu, kah cara berterima kasih anak manja?" Drake tersenyum.
"Apa hanya minuman saja rasa terima kasih mu setelah aku membantumu dalam banyak hal?"
"Kembalikan!" ketus Cherry, melangkah besar untuk mengambil lagi botol minumannya. Drake tetaplah Drake.
Drake mengangkat botolnya setinggi mungkin. "Kau tidak bisa mengambil lagi apa yang sudah kau berikan, Anak Manja."
"Tapi kau sangat cerewet. Kalau tidak mau biar aku minum saja," ketus Cherry, menatap Drake dengan kerutan alis yang ketara, menahan kesalnya.
Drake terkekeh, tangannya refleks mengacak-acak rambut Cherry.
"Drake!" pekik Cherry, berusaha merapikan kembali rambutnya. "Aku pikir kau akan berubah dan berhenti mengganggu."
"Anggap saja gangguan ku adalah bayaran selama ini karena aku telah melindungi dan membantu mu dalam banyak hal." Drake dengan gemas mencubit kedua pipi Cherry.
"Drake, orang lain akan salah paham pada hubungan kita." Cherry berusaha melepaskan tangan Drake dari pipinya, tapi Drake malah semakin menariknya.
"Memangnya apa peduliku? Salahmu sendiri tidak mengizinkan ku memberitahu orang lain tentang hubungan kita yang sebenarnya."
"Aku tidak mau," tegas Cherry.
"Kenapa kau terus mengganggu ku, Drake? Saudara tidak akan mengganggu terus menerus."
"Itu karena kau sangat menggemaskan." Drake menggigit lidahnya, sial, ia malah mengungkapkan yang sebenarnya.
"Maksud ku, kau anak manja yang merepotkan. Aku suka mengganggu wanita lemah seperti mu."
Cherry menepis tangan Drake. "Kau gila, Drake. Kalau kau terus begitu tidak akan ada wanita yang mau bersama mu."
"Aku hanya mengganggu mu karena kau kakak ku." Drake mengikuti langkah Cherry.
"Kau aneh, Drake. Benar-benar aneh, makanya aku tidak bisa mengerti dirimu. Kadang kau begitu baik, tapi terkadang juga bertingkah menyebalkan. Aku jadi bingung, aku harus menyayangi mu atau membenci mu. Di saat aku berusaha untuk berbuat baik juga kau malah bertingkah menyebalkan lagi." Cherry menggaruk rambutnya frustrasi.
Drake mengulurkan tangan, menepuk rambut Cherry yang baru saja digaruk frustrasi. "Kau tidak harus memilih antara menyayangi atau membenciku, Cherry. Mungkin biarkan saja keduanya berdampingan. Seperti siang dan malam. Aneh memang, tapi begitulah adanya aku. Dan aku akan selalu ada untukmu, dalam bentuk hujan maupun pelangi."
Cherry pun terdiam.
......................
Setelah hari itu Cherry mengubah cara pandangnya pada Drake. Setidaknya sekarang ia tidak begitu membenci Drake meskipun dia masih sering mengganggunya.
Meski sering mengganggu tapi jika bukan karena Drake ia tidak akan pernah berhasil kabur dari kejaran Diana dan Charles selama beberapa hari ini. Benar, sejak hari itu hingga hari-hari terus berlalu Diana dan Charles selalu datang ke sekolah dan membujuknya untuk ikut bersama mereka.
Masalah ini, Cherry tak memberitahu Morgan karena akhir-akhir ini Morgan terlihat sangat lelah. Mungkin pria itu memiliki banyak pekerjaan dan Cherry tak mau membebani Morgan dengan masalahnya.
Cherry berlari mengejar Drake yang berjalan tak jauh darinya. "Drake, apa hari ini orang tua mu tidak akan datang ke sini?" tanyanya, genggaman tangannya pada strap tas semakin kencang.
"Itu mereka!" Drake menunjuk mobil kedua orang tuanya. Cherry menghela napas berat.
"Aku pikir sebanyak apapun kita menghindar mereka tidak akan menyerah. Sebaiknya kau luangkan saja waktu untuk berbicara bersama mereka. Kau mungkin bisa menegaskan pada mereka bahwa kau tidak butuh mereka ataupun uang mereka."
Cherry mendengus. Ia pun memiliki pemikiran yang sama dengan Drake.
"Tetaplah bersamaku selama aku bicara dengan mereka."
"Tapi tunggu,-" Cherry menatap selidik Drake. "Kau sepertinya mendukung penuh keinginan ku. Kenapa? Apa kau sungguh takut semuanya terbagi dua?"
Drake menoyor kepala Cherry tanpa ragu. "Selain manja dan bodoh, kau juga pelupa, Cherry. Tsk. Kenapa aku harus punya saudara seperti mu?" Ia melipat tangan di dada.
Cherry menginjak kaki Drake cukup kuat. "Apa maksud mu? Tidak bisakah kau menjelaskan tanpa harus menghinaku?"
"Saat itu aku berkata padamu, aku mendukungmu karena kau tampak bahagia dengan kehidupan mu saat ini. Pertahankan lah apa yang membuat mu bahagia karena hidup bersama dua orang itu tidak sebahagia yang orang lain pikirkan. Aku merasakan kesepian sepanjang hidup ku, aku tidak ingin kau merasakan hal yang sama. Dua orang itu hanya manis kata-katanya saja, tapi tidak dengan tindakannya. Wajar lah, mereka selebriti, mereka pintar membuat drama."
"Lalu kenapa kau menginginkan kebahagiaan ku?" tanya Cherry.
"Sungguh? Kau masih bertanya hal seperti itu?" Drake menghela napasnya. "Karena kau saudara ku dan aku..., mungkin aku sedikit menyayangimu."
"Apa?" Cherry menatap Drake tak percaya. Drake menutup wajah Cherry dengan telapak tangannya yang lebar supaya Cherry tak melihat dirinya yang sedang merasa malu setelah jujur.
"Aku tidak tahu," ketus Drake. "Aku hanya berusaha melakukan kebaikan saja. Kau terlalu banyak bertanya, Anak Manja."
Cherry sedikit terkekeh. Mungkin benar. Sebenarnya Drake memiliki hati yang lembut dan baik hati, hanya tertutupi oleh sikap nakalnya saja.
"Kita tidak boleh akur dan harus saling membenci di hadapan mereka supaya mereka tidak bisa memaksa kau tinggal bersama mereka," tutur Drake.
"Yaudah lah. Ayo, kita bicara bersama mereka!"
"Kita? Kau saja! Meski aku sedikit membenci mereka aku tidak berencana pergi, bagaimana pun aku masih butuh uang mereka." Drake mendorong Cherry maju.
"Cherry, beri kami waktu untuk bicara," pinta Diana, memelas. Ia sudah putus asa dan bingung harus dengan cara apa lagi agar bisa membuat Cherry mau memberikan kesempatan padanya.
"Oke," sahut Cherry.
Jawaban singkat itu dijawab dengan antusiasme yang tinggi oleh Charles dan Diana. Keduanya langsung saja mengajak Cherry masuk ke dalam mobil. Saat hendak menutup pintunya, Drake menahannya lalu ia masuk begitu saja. Setelah itu keluarga itu pun pergi dari halaman sekolah.
"Cherry, bagaimana sekolah mu?" tanya Diana berbasa-basi dengan semangat.
"Anakmu selalu menggangguku," jawab Cherry.
"Drake, kau harus bersikap lebih baik pada saudara mu."
"Tidak mau," tolak Drake mentah-mentah. "Dia gadis manja yang bodoh. Aku tidak mau punya saudara seperti dia." Ia menyilangkan tangan di dada.
"Oh? Kau pikir aku mau punya saudara pengganggu seperti mu? Aku juga tidak mau. Aku tidak pernah berpikir hidup bersama kalian," ucap Cherry tak kalah ketus.
Diana dan Charles saling menatap satu sama lain. "Bagaimana ini?" bisik Diana pada sang suami. "Kita menemukan kesulitan baru."
"Jika Drake dan Cherry tidak mau akur maka bagaimana kita bisa membangun keluarga lengkap seperti yang kita rencanakan? Mereka pasti akan bertengkar setiap hari dan,-"
"Diana, tenanglah! Semuanya akan baik-baik saja seiring berjalannya waktu."
"Hei, kalian mau membawa ku ke mana?" tanya Cherry setelah mobil pergi cukup jauh.
"Ke rumah kita, Cherry," jawab Diana.
"Apa?" pekik Cherry. "Aku pikir kita akan bicara di restoran atau mungkin di tempat lain. Kenapa harus ke rumah?"
"Tolong turunkan aku. Aku tidak mau pergi ke rumah kalian!" Cherry bergerak gelisah, ketakutan menguasainya dengan begitu cepat.
"Percayalah Cherry, rumah kita lebih bagus dari yang kamu tempati saat ini. Kami akan membuat mu merasa nyaman dan betah di sana. Cobalah sekali ini saja, ya!" ucap Charles.
"Drake!" bisik Cherry. Drake mengangkat dua bahunya.
"Aku tidak tahu rencana ini," balas Drake.
"MORGAN!!!" teriak Cherry. Ia tidak ingin pasrah tapi juga tak punya jalan untuk keluar dari situasi ini.
egois kamu suka suka have sex
moga aja tuh Otong masti suri dulu
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲