Nafisa Azzahra adalah seorang anak SMA yang pintar dalam biang bela diri, dia juga seorang wanita Jenius dalam segala hal apapun satu kata untuk Nafisa yaitu sempurna.
Devano Sbastian seorang Badboy yang bersikap dingin, kejam, dan irit bicara dia sering di julukan kulkas 22 pintu oleh orang-orang termasuk teman dekatnya.
Devano dan Nafissa di pertemukan dalam satu ikatan yaitu pernikahan karena perjodohan orang tuanya. Apakah Nafissa bisa melukuhkan hati Devano, sedangkan kehidupan Devano terbanding terbalik dengan Nafissa pergaulannya begitu bebas apalagi dia adalah ketua geng motor yang begitu banyak musuh, lantas apakah Devano akan luluh oleh Nafisa atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rs_31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan
Di pagi hari nya Nafisha pulang ke apartement bersama Devano untuk siap-siap berangkat sekolah, mereka pulang pagi sekali sebelum semua anak gengnya bangun.
Sesampainya di apartemen waktu menunjukan pukul setengah enam pagi, Nafisha langsung saja bersiap menyiapkan keperluan mereka berdua.
"Dev," panggil Nafisha.
"Iya Fisha," jawabnya Devano menatap ke arah Nafisha.
"Kamu yakin mau sekolah dengan keadaan seperti ini, kamu istirahat aja Dev jangan sekolah," gumam Nafisha dengan pelan. Nafisha tidak tega melihat Devano yang babak belur seperti itu, banyak lebam biru di sudut bibir dan juga Area wajahnya.
"Nggak papa aku baik-baik saja kok," jawab Devano mencoba untuk menenangkan Nafisha.
"Hmmm baiklah." Nafisha mengjela nafas kasar swmbati menganggukan kepala. Dia tahu kalau Devano saat ini sedang tidak baik-baik saja. Tapi, ego Devano terlalu tingga sehingga mau tak mau Nafisha harus mengalah kali ini.
Devano yang sudah siap berangkat sekolah langsung mendekat kearah Nafisha yang sedang menghidangkan makanannya di meja makan.
"Nafisha," bisik Devano tepat di samping telinga Nafisha. Tangannya dengan sengaja dia lingkarkan di perut ramping Nafisha.
"Iya Dev," jawab Nafisha dengan gugup. Raut wajahnya saat ini sudah sangat memerah bahkan sampai ke belakang telinga.
"Makasih," lanjut Devano dengan suara yang semakin memberat.
Mendengar ucapan terima kasih dari Devano,Nafisha langsung saja membalikan tubuhnya menatap kearah Devano mata Devano dengan tatapan dalam dan sulit di artikan.
"Untuk apa?" tanya Nafisha dengan Nada yang lembut.
"Semuanya Fisha,"
"Ini udah sepantasnya Dev, kamu itu suami aku maka bagaimana pun keadaan nya aku akan tetap berada di samping kamu dan menjadi garde terdepan yang akan melindungi kamu Dev," jawab Nafisha sambil tersenyum Manis.
Deg
Hati Devano bergetar saat medengar perkataan Nafisha, padahal selama ini Devano tidak pernah menganggap Nafisha itu adalah istrinya bahkan dia dengan terang-terangan berpacaran dengan Vania. Hati Devano begitu sakit, merasakan rasa menyesal dan rasa bersalah yang perlahan menggerogoti hati dan jiwanya.
"Kenapa aku begitu bodoh baru menyadari ternyata Nafisha iu sangat begitu Istimewa," Bathin Devano.
"Maafkan aku Fisha, aku memang laki-laki bodoh yang tidak bisa melihat kamu sama sekali," gumamnya dengan sendu menatap Nafisha dengan tatapan yang penuh rasa bersalah dan menyesal.
Nafisha hanya tersenyum kepada Devano." Sudahlah Dev biatkan semuanya berlalu,"
Nafisha melepaskan tangan Devano dari pinggangnya dia langsung saja meraih tangan itu membawanya menuju tuang tamu."Dev sini duduk kita ganti perban dulu,"
Nafisha mengobati wajah Devano dengan telaten dan penuh kehati-hatian, Nafisha sangat serius mengobati wajah Devano hingga tanpa sadar jarak di antara wajah mereka begitu sangatlah dekat. Bahkan Nafisha dan Devano sama-sama bisa merasakan hembusan nafas mereka masing-masing.
Devano memandang wajah Nafisha dengan lembut dan dalam, Perlahan tapi pasti tangan Devano mulai menyentuh bagian belakang kepala Nafisha membuka tali cadar yang menutupi wajah cantik istrinya, Nafisha, Tali cadar itu terlepas memperlihatkan wajah Nafisha yang begitu sangat cantik bak seorang bidadari.Mata Devano menggelap menatap bibit ranum Nafisha, yang membuat Devano menelan ludah berkali-kali.
" Ternyata kamu lebih cantik Nafisha apalagi jika di lihat dari dekat," ucapnya dalam hati.
Nafisha terkejut dengan tindakan Devano yang tiba-tiba itu. Dia mengangkat wajahnya menatap Devano.
"Dev," lirih Nafisha dengan pelan.
Pelahan Devano memiringkan wajahnya menatap kearah bibir Nafisha lalu menciumnya.
Cup
Nafisha melototkan matanya meski itu bukan yang pertama kali tapi tetap saja Nafisha terkejut. Matanya melotot sempurna saat Devano menyentuhnya. Namun, beberapa detik kemudian matanya mulai menggelap dan saya mengikuti permainan yanh Devano ciptakan.
Ciuman itu berlangsung lama hingga Nafisha kehabisan nafasnya, dia memukul dada Devano berkali-kali.
Devano yang tahu kalau Nafisha sudah kehabisan Nafas pun segera menjauhkan wajahnya dari wajah Nafisha, tangannya menyentuh bibir Nafisha mengelap bibi Nafisha yang basah karena ulahnya.
"Manis," gumamnya sambil tersenyum.
Sedangkan Nafisha yang di perlakukan seperti itu malah menunduk malu, membenamkan wajahnya didalam dada bidang Devano.
"Dev, " Rengek Nafisha.
Devano tersenyum saat mendengar ucapan Nafisha yang terdengar sangat manja itu.
" Kenapa Hmm? Malu? Padahal ini bukan yang pertama kali loh," goda Devano.
Nafisha yang mendengar godaan Devano dia malah semakin membenamkan wajahnya di dalam sana.
"Fisha, semakin kamu bergerak di dalam dada ku maka jangan salahkan aku kalah aku tidak bisa menahannya lagi,"
Nafisha yang mendengar peringatan bahaya dari suaminya langsung saja mengangkat wajahnya menatap wajah Devano sembari melototkan matanya dengan lebar.
"Devano, kamu sudah mulai nakal ya,"
Cup
Melihat tingkah Nafisha yang menggemaskan membuat Devano tidak kuat menahan mulutnya tidak mencium bibir Nafisha.
"Makasih," gumamnya.
Nafisha mengangkat pandangannya menatap Devano," Kembali kasih." jawabnya.
Setelah mengatakan itu Nafisha mengajak suaminya untuk satapan pagi."Ayo kita sarapan." Ajak Nafisha yang di angguki Devano.
15 Menit kemudian.
"Aku sudah selesai, Aku berangkat duluan Fisha," pamit Devano sembari bangkit dari duduknya.
"Iya,"
Nafisha mendekat kearah Devano meraih tangannya lalu menciumnya dengan lembut.
"Hati-hati di jalan Dev,"
"Hmmm." Dengan cepat Devano pergi keninggalkan Nafisha di Apartemen. Sungguh sedari tadi Devano menahan malu bahkan saking malunya wajahnya terlihat begitu merah.
Beberapa menit setelah kepergian Devano,Nafisha juga berangat ke sekolah. Sesampainya di sana Nafisha di sambut oleh Hazel.
"Nafisha," panggil Hazel kepada Nafisha.
"Iya Zel kenapa?" tanya Nafisha.
"Gue boleh ngomong berdua nggak sama lo?" tanya Hazel dengan hati-hati.
"Boleh," jawab Nafisha.
"Yaudah nanti jam istirahat kita berbicara." kata Hazel yang hanya di jawab anggukan kepala oleh Nafisha.
Bel masuk sekolah pun berbunyi...
Seperti biasanya mereka belajar dengan biasanya hingga tak terasa sudah 4 jam mereka belajar hingga
Kringg
Bel Istirahat pun berbunyi.
Semua orang berhamburan keluar menuju kantin, ada juga yang ke perpustakaan dan juga tempat lainnya.
"Nafisha," panggil Hazel.
"Ayo," ajak Nafisha kepada Hazel.
Hazel membawa Nafisha ke taman belakang mereka duduk di sana berdua dengan saling bersisian.
"Ada apa?" tanya Nafisha menatap Hazel dengan heran.
" Kamu udah ada jawaban tentang ucapan mama Arini?" tanya Hazel tiba-tiba.
"Entahlah aku juga bingung Zel," jawab Nafisha dengan lesu.
"Aku juga pasti bingung jika di posisi kamu Fisha," kata Hazel sembari menghela nafas kasar
"Tapi aku sepertinya akan menerima usulan mama Dekh untuk loncat kelas," ucap Nafisha tiba-tiba.
"Hah, kamu serius Fisha? " tanya Hazel. Matanya melotot dengan sempurna menatap Nafisha tidak percaya.
"Iya,"
"Berarti kamu sudah siap memberikan keturunan yang mereka inginkan?" tanya Hazel yang hanya di angguki oleh Nafisha.
"Akan tetapi aku tidak berharap lebih biarlah semuanya mengalir seperti air, toh sekarang Devano juga masih berpacaran Dengan Vania," jawab Nafisha yang diitingi dengan senyum getir.
" Kamu yang sabar ya Fisha,"
"Tenang lah Aku nggak papa Hazel,"
"Kapan kamu akan mulai meloncat kelas?" tanya Hazel
"Secepatnya," jawab Nafisha dengan yakin.
Saat mereka sesang berbincang tiba-tiba saja Handphone Nafisha bergetar, Nafisha dan Hazel melirik kearah ponsel Nafisha yang berada di genggaman tangannya.Dia tanpa pikir panjang langsung mengangkat sambungan telepon itu. Raut wajah Nafisha berubah menjadi tegang saat melihat nama orang tersebut yang tertera diponsel itu.
"Siapa?" tanya Hazel kepada Nafisha dengan penasaran.
"Mama Arini," jawabnya.
Hazel yang mendengar nama mertuanya begitu sangat syok.
Nafisha langsung saja menekan tombol hijau di layar ponselnya
"Hallo ma,"
"Hallo Fisha, gimana kabar kamu Nak?" tanya mama Arini basa-basi
"Baik ma,"
"Sukurlah, kalau begitu,"
"Ada apa ma tumben-tumbenan mama menghubungi Fisha di saat jam sekolah?" tanya Nafisha penasaran.
"Emm mama hanya mau menanyakan tawaran mama kemarin Fisha, jadi gimana kamu udah ngambil keputusan?" tanya mama Arini dengan hati-hati.
Sedangkan Nafisha yang di tanya seperti itu mukanya langsung pucat pasi bahkan Nafisha berapa kali melirik kearah Hazel tanda minta persetujuan,Sedangkan Hazel hanya tersenyum sambil menganggukan kepala saja.
"Fisha,"
"Ekh iya ma, Fisha setuju untuk loncat kelas, tapi meskipun begitu Fisha juga mau mengikuti kegiatan di sekolah jika Fisha sudah lulus,"
"Baiklah ,tenang saja itu bisa di atur," jawab Mama Arini dengan santai.
"Kalau begitu kamu Nanti pulang sekolah langsung ke ruangan kepala sekolah, ya untuk melakukan tes,"
"Baik ma, tapi mama harus sembunyikan keputusan Fisha dari Devano ya mah,"
"Kenapa??"
"Biar ini bisa jadi suprice untuknya,"
"Baiklah."
"Kalau begitu mama tutup dulu ya Fisha??"
"Iya ma,"
"Awas lupa pulang sekolah,"
"Iya ma baik,"
tuttt tuttt tuttt
Panggilan berakhir.
"Huffffhhh," Nafisha menarik napas dalam dalam.
"Gila Naf baru juga kita omongin udah di ulti aja kamu," ucap Hazel tak kalah gugup saat mendengar suara mama Arini.
"Iya aku juga deg-degan banget tadi," Ujarnya dengan jujur.
"Apa katanya tadi?"
"Aku di suruh ke perpustakaan untuk melakukan tes loncat kelas, tapi kamu jangan bocor sama siapa pun oke termasuk Devano,"
"Sipp,"
"Kalau gitu Nanti pulang sekolah kamu temani aku ya." Pinta Nafisha dengan memohon kepada Hazel.
"Oke dengan senang hati."
biar tau rasa devan
nafisa harus pisah ,dpt penganti yg jaya ..
tulus setia mencintaix ..
di madu .semoga nti x suami nya menyesal gk berujung..