Di dunia di mana Spirit Master harus membunuh Spirit Beast untuk mendapatkan Spirit Ring, Yin Lian lahir dengan kekuatan yang berbeda: Kontrak Dewa. Ia tidak perlu membunuh, melainkan menjalin ikatan dengan Spirit Beast, memungkinkan mereka berkembang bersamanya. Namun, sistem ini dianggap tabu, dan banyak pihak yang ingin melenyapkannya sebelum ia menjadi ancaman.
Saat bergabung dengan Infernal Fiends Academy, akademi kecil yang selalu diremehkan, Yin Lian bertemu rekan-rekan yang sama keras kepala dan berbakatnya. Bersama mereka, ia menantang batas dunia Spirit Master, menghadapi persaingan sengit, konspirasi dari akademi besar, serta ancaman dari kekuatan yang mengendalikan dunia di balik bayangan.
Di tengah semua itu, sebuah rahasia besar terungkap - Netherworld Spirit Realm, dimensi tersembunyi yang menyimpan kekuatan tak terbayangkan. Kunci menuju puncak bukan hanya soal kekuatan, tetapi juga keberanian untuk menghadapi kegelapan yang mengintai.
⚠️pict : pinterest ⚠️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Setelah pertarungan berakhir, Yin Lian melangkah masuk ke dalam asrama tanpa banyak bicara. Keempat anak laki-laki yang tadi menyerangnya mengikuti dari belakang, langkah mereka sedikit ragu-ragu.
Asrama itu tidak terlalu luas, tetapi cukup untuk menampung lebih dari sepuluh orang. Dinding-dinding kayunya tampak tua namun masih kokoh, dengan beberapa lilin yang menyala di sudut-sudut ruangan, memberikan cahaya redup yang menenangkan. Udara di dalam terasa lebih hangat dibandingkan lorong luar yang dingin.
Begitu mereka masuk, beberapa penghuni asrama lain mulai keluar dari kamar masing-masing, tertarik dengan kehebohan yang baru saja terjadi.
Di antara mereka, seorang anak laki-laki berambut pendek dengan tubuh kekar melangkah maju. Dialah orang yang pertama menyerang Yin Lian tadi. Tatapannya sedikit canggung, tetapi ia berusaha terlihat percaya diri.
"Hei... Aku Qian Liang, ketua asrama ini," katanya akhirnya.
Yin Lian menatapnya sebentar sebelum mengangguk pelan. "Yin Lian."
Qian Liang menghela napas dan menunjuk ketiga anak yang tadi ikut bertarung.
"Lei Guang," ujarnya, mengarahkan tangannya ke anak berambut panjang yang tadi mencoba menendang Yin Lian.
"Han Zhu," lanjutnya, menunjuk anak bertubuh kecil dengan gerakan lincah seperti kelinci.
"Dan Wu Shen," katanya lagi, menunjuk anak yang lebih banyak diam tetapi memiliki tatapan tajam.
Dari dalam, beberapa anak lain mulai bermunculan. Ada lima anak laki-laki lain yang ikut berdiri di sekitar mereka, sementara dua anak perempuan hanya duduk di ranjang masing-masing, melirik sekilas ke arah Yin Lian dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.
"Sekarang kau sudah mengenal semuanya," kata Qian Liang, menatap Yin Lian dengan serius. "Dan aku harus mengakui satu hal."
Yin Lian menaikkan alisnya, menunggu kelanjutannya.
Qian Liang menghela napas panjang sebelum melanjutkan. "Kau lebih kuat dariku."
Ruangan langsung dipenuhi gumaman kecil dari para penghuni asrama. Beberapa anak tampak terkejut, sementara yang lain menatap Yin Lian dengan lebih serius, seolah baru menyadari siapa yang mereka hadapi.
Qian Liang menyilangkan tangannya di dada dan melanjutkan dengan suara lebih mantap. "Menurut aturan kami, jika seseorang berhasil mengalahkan ketua asrama dalam pertarungan, maka dia secara otomatis akan menjadi ketua yang baru."
Menolak Tawaran
Yin Lian mengerutkan kening. "Apa?"
"Itu tradisi," Qian Liang menjelaskan. "Ketua asrama bukan hanya orang yang paling lama tinggal di sini, tetapi juga yang paling kuat. Kau telah mengalahkanku, jadi hak kepemimpinan jatuh padamu."
Yin Lian menatap Qian Liang dengan datar sebelum menjawab santai, "Aku tidak tertarik."
Jawaban itu membuat ruangan seketika sunyi. Beberapa anak tampak bingung, sementara yang lain terlihat kecewa.
"Apa? Kenapa?" Qian Liang bertanya, jelas tidak menyangka jawabannya.
"Aku tidak punya waktu untuk mengurus asrama," Yin Lian menjawab dengan nada datar. "Aku datang ke akademi ini untuk tujuan lain, bukan untuk menjadi pemimpin di sini."
Qian Liang terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. "Hah, kupikir kau akan langsung menerima. Tapi baiklah, aku tidak akan memaksamu."
Ia menepuk pundaknya sendiri dan menoleh ke arah penghuni lain. "Kalau begitu, aku tetap jadi ketua asrama."
Beberapa anak bersorak kecil, tampaknya senang karena posisi Qian Liang tetap aman.
Sementara itu, Yin Lian hanya menghela napas dan berjalan ke arah tempat tidur kosong di salah satu sudut ruangan. Ia duduk di tepi ranjang, menatap langit-langit sejenak, pikirannya masih sibuk memproses apa yang baru saja terjadi.
Hari pertamanya di asrama sudah cukup melelahkan, dan sepertinya, kehidupannya di Akademi Tianlong tidak akan pernah berjalan dengan tenang.
*****
Malam mulai menyelimuti Akademi Tianlong. Langit yang tadinya berwarna biru cerah kini berubah menjadi gelap, dihiasi bintang-bintang yang berkelip redup. Angin berembus lembut, membawa hawa dingin yang perlahan menyusup ke sela-sela jendela asrama.
Yin Lian duduk di tepi ranjangnya, mengamati suasana di dalam ruangan yang kini lebih tenang dibandingkan sebelumnya. Beberapa anak masih sibuk berbincang, sementara yang lain sudah merebahkan diri, mengistirahatkan tubuh setelah latihan seharian.
Di seberang ruangan, seorang anak laki-laki yang tadi memperkenalkan diri sebagai ketua asrama—Qian Liang—sedang berbicara dengan teman-temannya. Tatapannya sesekali mengarah pada Yin Lian, seolah masih merasa heran dengan kehadiran penghuni baru ini.
Tiba-tiba, suara dentangan lonceng menggema di seluruh akademi. Suara itu menandakan satu hal—waktunya makan malam.
Anak-anak di dalam asrama segera beranjak dari tempat mereka, saling berbisik dan bersiap untuk menuju ke tempat makan. Yin Lian yang masih duduk diam, akhirnya berdiri ketika Qian Liang berjalan mendekatinya.
"Ayo," katanya singkat.
Tanpa banyak bicara, Yin Lian mengikuti langkah mereka keluar dari asrama.
Bangunan tempat makan terletak di tengah akademi, sebuah aula besar dengan dua lantai yang memiliki perbedaan mencolok. Dari luar, arsitekturnya tampak megah, dengan pilar-pilar tinggi yang menopang atapnya. Namun, begitu memasuki ruangan itu, Yin Lian langsung merasakan ketimpangan yang begitu nyata.
Lantai bawah diperuntukkan bagi murid dari Asrama Kelas 1—mereka yang berasal dari desa atau keluarga biasa. Meja-meja di sini sederhana, makanannya pun terlihat biasa saja. Roti kukus, sup sayur, dan beberapa potongan daging tipis menjadi santapan mereka setiap hari.
Sementara itu, lantai atas diperuntukkan bagi murid dari Asrama Kelas 2—anak-anak dari keluarga bangsawan atau kaya. Dari balkon terbuka, Yin Lian bisa melihat meja-meja mereka dipenuhi hidangan mewah. Daging panggang yang menguarkan aroma sedap, roti dengan lapisan mentega tebal, serta sup berempah yang tampak jauh lebih kaya rasa dibandingkan makanan di lantai bawah.
Ketimpangan itu membuat alisnya sedikit berkerut.
Saat Yin Lian dan teman-teman asramanya mulai mengambil makanan, beberapa anak dari lantai atas bersandar di pagar balkon, menatap ke bawah dengan ekspresi mengejek.
"Lihat siapa yang datang! Ketua Asrama Kelas 1 kita yang hebat, Qian Liang!" salah satu anak bangsawan berkata dengan nada meremehkan.
Gelak tawa terdengar dari lantai atas.
"Bagaimana rasanya makan makanan rakyat jelata setiap hari? Mungkin kalau kau cukup beruntung, kau bisa mencium aroma makanan kami dari sini!"
Tawa semakin keras. Beberapa murid dari lantai bawah menundukkan kepala, terbiasa dengan hinaan seperti itu. Namun, Yin Lian tetap diam, matanya menatap tajam ke arah mereka.
Qian Liang yang berdiri di sampingnya hanya menghela napas. "Biarkan saja. Mereka memang selalu begitu."
Namun, bagi Yin Lian, ini bukan sesuatu yang bisa dibiarkan begitu saja.
Akademi Tianlong. Tempat ini seharusnya menjadi ladang untuk berkembang bagi semua orang, tetapi nyatanya? Sama seperti dunia luar. Kasta tetap menentukan segalanya.
Yin Lian mengepalkan tangannya, matanya tak lepas dari para murid bangsawan yang masih tertawa.
Suatu hari nanti, aku akan membuat mereka melihat bahwa mereka tidak lebih baik dari kami.