Hari itu Jeri tak sengaja melihat Ryuna yang sedang menari sendirian di lapangan basket. Ia yang memang dasarnya iseng malah memvideokan gadis itu. Padahal kenal dengan Ryuna saja tidak.
"Lo harus jadi babu gue sampai kita lulus SMA."
"Hah?!" Ryuna kaget.
"Pasti seru." Jeri tersenyum misterius membuat Ryuna menduga lelaki itu akan menyiapkan seribu rencana untuk membuatnya sengsara.
"Seru apanya?! Fix sih, lo yang nggak waras di sini!" gadis itu menatap Jeri dengan pandangan menghujat.
Sejak hari itu, Ryuna harus selalu berurusan dengan Jeri yang senang sekali bukan hanya mengganggu namun juga menjadikannya babu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Jeri sedang berada di rumah temannya, ia menginap di rumah Raifal, Azki juga ikut, ada juga Bimo dan Danang yang sedang main PS di kamar Raifal, mereka semua satu kelas. Jeri dan Raifal merokok, sementara Azki tidak. Ketiganya sedang ada di balkon.
Kemudian, terdengar umpatan dari dalam kamar karena Danang kalah. Ia tak mau main lagi dan bergerak ke arah balkon.
Lelaki itu mengambil tempat di samping Raifal, tepat di hadapan Jeri.
"Jer, si Maura nanya hubungan lo sama si Ryuna apa," kata Danang, lalu ia mengambil rokok dari bungkusnya yang berada di atas meja.
"Nggak ada."
Kali ini Danang mengambil korek, menyalakannya lalu membakar bagian ujung rokok yang ia pegang.
"Katanya belakangan ini lo dekat sama cewek." Danang mulai menyesap rokoknya.
Azki berdiri, memilih masuk ke kamar tanpa berbicara sepatah kata pun.
"Bukan urusan dia," ucap Jeri.
"Iya sih, adek gue masih suka lo. Tapi gue nggak terima masa saudara gue suka sama modelan beruk kayak lo. Gue suruh si Maura sama cowok lain. Btw, lo benar-benar nargetin anak IPA itu?"
"Siapa?" Jeri belagak tak tahu.
"Buset dah, si Ryuna!"
Lelaki itu mengangkat bahu tanda tak mau menjawab.
"Bukannya anak IPA benci sama kita ya?" Bimo tahu-tahu nimbrung, ia ikut di balkon. Sementara Azki jadi sendirian bermain game di dalam kamar.
"Kita? Lo aja kali, gue nggak." Jeri menghembuskan asap rokoknya.
Danang melempar bantal ke arah Jeri, yang langsung ditangkap lelaki itu.
"Jer, ck sok cool lo. Jijik," cibir Bimo yang juga hendak merokok.
"Gue lagi mikir."
"Lo bisa mikir Jer?" Raifal yang sedari tadi mendengarkan mulai membuka suara.
"Sembarangan ente. Gini-gini juga gue lebih pinter dari lo semua."
"Iyain umur nggak ada yang tahu," ucap Raifal yang membuat Jeri teringat akan seseorang yang pernah mengatakan itu padanya.
Lelaki itu diam selama beberapa saat.
"Lo semua mau ngapain habis lulus SMA?" tanya Jeri tiba-tiba.
"Wah jam berapa ni? Emang udah masuk sesi sharing?" celetuk Bimo.
"Gue sih kuliah," jawab Raifal.
"Gue pengen kawin." Danang menjawab asal.
"Kalau gitu gue serah bokap, panutan gue." Bima menyahut.
"Huh beban," sorak Raifal.
"Lah lo kuliah kayak bakal diterima aja," balas Bima.
"Anak sialan," kata Raifal.
Mereka semua tertawa.
"Lo, gimana Jer?" tanya Danang.
"Gue kuliah."
"Eh, buset! Itu si Ryuna?" Danang berseru sambil menunjuk asal.
Jeri dan teman-temannya langsung menoleh ke arah yang ditunjuk Danang.
"Ciaaa, langsung noleh. Kiw kayaknya emang ada yang lagi pdkt," goda Danang pada lelaki itu.
Pembahasan mereka jadi berbeda lagi, padahal sebelumnya nyaris serius.
Jeri mendelik, "Kayaknya bukan cuma gue yang noleh," katanya membela diri.
"Ngelak aja lo. Jeri udah suka cewek!"
Lelaki itu memutar kedua bola matanya. Sementara mereka mulai menggoda Jeri.
"Aduh anak ayah udah suka cewek, kirain suka cowok."
Jeri mengumpat.
"Kapan lagi kita godain dia kayak gini, biasanya dia yang suka bikin naik darah," ucap Bimo.
Jeri menendang kaki lelaki di sampingnya itu, tapi Bimo sudah lebih dulu kabur duluan untuk menghindar dan lanjut mengoloknya seperti anak SD.
"Jeri suka cewek!"
"Jeri suka Ryuna!"
Lama-lama Jeri jengah sendiri.
