Jatuh cinta sejak masih remaja. Sayangnya, pria yang ia cintai malah tidak membalas perasaannya hingga menikah dengan wanita lain. Namun takdir, memang sangat suka mempermainkan hati. Saat sang pria sudah menduda, dia dipersatukan kembali dengan pria tersebut. Sayang, takdir masih belum memihak. Ia menikah, namun tetap tidak dianggap ada oleh pria yang ia cintai. Hingga akhirnya, rasa lelah itu datang. Ditambah, sebuah fitnah menghampiri. Dia pada akhirnya memilih menyerah, lalu menutup hati rapat-rapat. Membunuh rasa cinta yang ada dalam hatinya dengan sedemikian rupa.
Lalu, apa yang akan terjadi setelah dia menutup hati? Takdir memang tidak bisa ditebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*Part 23
Penjelasan panjang lebar yang Lusi berikan, bukannya membuat si papa mertua jadi memaklumi anaknya. Tapi malah merasa kesal pada anaknya itu. Dia memang tidak membantah apa yang Lusi katakan secara terang-teranga. Melainkan, langsung mendatangi si anak untuk memberikan peringatan.
Jam makan siang, papa Saga langsung datang ke rumah sakit. Dia kirim pesan singkat pada anaknya untuk datang menemui dirinya di depan rumah sakit.
Tidak butuh waktu lama, Saga turun untuk bertemu papanya. Sebelum bertemu, mental sudah ia siapkan. Karena dia sangat yakin, kalau pertemuan itu pasti akan menyangkut kehidupan pribadi atau rumah tangganya dengan Lusi.
"Pa."
"Aku ingin bicara. Masuklah!"
"Baik, Pa."
Masuk ke mobil, Saga langsung di hadang dengan tatapan kesal dari papanya. Sebisa mungkin Saga tetap bersikap tenang. Karena dia tahu, melawan papanya dengan emosi tidak akan pernah bisa menang. Lagipula, kesehatan sang papa tidak sebaik dulu.
"Ada apa, Pa?"
"Kau selalu tidak punya waktu untuk keluarga ya, Ga? Sungguh luar biasa profesi mu itu. Haruskah aku tutup rumah sakit ini agar kamu bisa punya waktu untuk keluarga?"
"Pa. Apa yang ingin papa katakan? Apa sebenarnya maksud papa datang ke sini hari ini?"
Puk! Papa Saga memukul tempat duduk mobil.
"Aku ingin kamu datang ke acara makan malam kantor nanti malam bersama Lusi. Jangan ada penolakan, Saga. Aku tidak suka."
Mata Saga membulat.
"Papa ingin aku datang ke acara formal bersama, Lusi?"
"Ya! Jika kamu masih beralasan sibuk seperti yang Lusi katakan, kau akan tahu sendiri apa akibatnya, Ga. Kali ini aku tidak main-main."
"Tunggu, Pa. Papa bilang apa barusan? Lusi bilang aku sibuk?"
"Ya. Lusi sudah berusaha menutupi penolakan mu dengan kata sibuk atas profesi yang kamu sandang. Sayangnya, aku sangat kenal siapa kamu, Sagara. Dia mungkin berusaha untuk melindungi kamu, tapi aku sama sekali tidak perduli akan alasan itu. Karena bagiku, sekalipun kamu benar-benar sibuk, aku tetap akan memaksa kamu datang bersama Lusi untuk menghadiri makan malam kantor kali ini."
Saga terdiam. Kali ini bukan perasaan marah akan pemaksaan papanya. Melainkan sibuk memikirkan satu hal. Lusi tidak pernah mengatakan padanya tentang makan malam kantor ini. Dia juga tidak berniat untuk menolak jika Lusi mengajaknya. Tapi kenapa malah terlihat kalau di sini Lusi yang tidak ingin dirinya hadir.
'Lusi, kamu benar-benar ingin lepas dari aku?' Hati Saga berkata dengan perasaan yang tiba-tiba tidak nyaman.
Sebaliknya, saat Saga sibuk dengan pikirannya sendiri, si papa malah terlihat semakin kesal karena ditinggal oleh anaknya melamun.
"Sagara!"
"Iy-- iya, Pa."
"Keluar dari mobilku sekarang juga! Dan jangan lupa untuk datang bersama Lusi nanti malam. Awas saja jika kamu tidak datang. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan padamu, Saga."
"Aku datang, Pa. Tenang saja. Aku pasti akan datang."
Setelah pertemuan dengan papanya itu berakhir, Saga langsung kembali ke ruangannya. Beruntung, pekerjaannya kali ini tidak terlalu banyak. Jadinya, dia bisa memusatkan pikiran pada acara makan malam yang akan dia hadiri bersama seseorang.
Saga berharap, dengan momen ini, hubungannya dengan Lusi bisa dia perbaiki secara perlahan. Akan dia buktikan kalau dia bisa berdampingan dengan Lusi. Kali ini, dia tidak memikirkan lagi akan status hubungannya dengan Lusi yang tidak banyak diketahui oleh orang lain.
Dadanya mendadak bergemuruh. Dia sudah lama tidak menghadiri acara formal sejak dirinya kehilangan istri tercinta. Karena itu, dia harus mempersiapkan diri.
Belajar dari pengalaman, tiba-tiba pikiran Saga bekerja keras. Dia memikirkan untuk menyiapkan gaun sendiri untuk Lusi kenakan nanti malam.
Gegas tangannya mengutak-atik ponsel untuk menghubungi seseorang. Siapa lagi kalau bukan pemilik butik langganan yang dulunya sering dia datangi untuk memesan gaun buat istri tercinta. Tempat favorit istrinya yang tidak pernah lagi dia kenang setelah sang istri pergi untuk selama-lamanya.
"Halo ... pak Saga?"
"Ini beneran pak Saga, kan?"
Terdengar suara yang tidak asing lagi di kuping Saga. Suara yang langsung membangkitkan kenagan akan orang yang paling dia cintai. Tapi kali ini, anehnya dia tidak terlalu merasa sedih. Tidak seperti yang dia alami beberapa waktu dulu ketika tak sengaja bicara dengan si pemilik suara.
"Pak Saga. Apakah ini beneran anda?"
Untuk yang kedua kalinya orang itu bertanya. Saga pun tersadar dari apa yang dia pikirkan sebelumnya. Gegas pula dia menjawab dengan suara tenang.
"Iya. Ini saya."
"Ya Tuhan. Pak Saga. Saya pikir ... ah, katakan! Apa yang bisa saya bantu sekarang, Pak?"
"Siapkan aku gaun dengan ukuran yang sama seperti sebelumnya. Apakah bisa?"
"Tentu saja, Pak." Suara itu menjawab dengan penuh semangat. "Saya akan kirimkan beberapa model gaun terbaru ke ponsel bapak. Nanti, bapak bisa pilih yang mana yang bapak sukai."
"Baiklah. Saya tunggu."
"Oke, pak. Saya kirim sekarang."
Benar saja. Setelah panggilan itu diakhiri, beberapa foto gaun masuk ke ponsel Saga. Sedikitnya, lima foto gaun dengan model yang berbeda.
Saga pun fokus memilih di antara lima gaun yang ada di ponselnya saat ini. Kali ini, saat dia memilih gaun tersebut, pikirannya terus tertuju pada Lusi. Dia sendiri tidak menyangka kalau dirinya bisa melakukan hal tersebut.
"Model ini cocok untuknya. Sedikit glamour, sangat manis jika dia kenakan. Sangat pas dengan karakter dirinya yang menarik dari segi penampilan wanita anggun kelas atas," ucap Saga sambil terus memperhatikan satu gaun indah dengan blink-blink bak gliter yang bertebaran di seluruh gaun.
Sayangnya Saga tidak tahu warna apa yang Lusi sukai. Awalnya, dia ingin memilih warna hitam. Tapi pada akhirnya, dia malah memilih gaun berwarna biru.
Setelah gaun tersebut Saga pilih, gaun itupun langsung di kemas dengan sangat indah sebelum di antar ke alamat Saga. Alamat yang dulunya sering mereka datangi hanya untuk mengirim pakaian pesanan Saga buat sang istri.
...
Lusi kembali lebih awal karena akan mengadakan acara makan malam kantor untuk merayakan keberhasilan proyek yang mereka kerjakan. Ketika dia pulang, si bibi langsung menyambutnya dengan bahagia.
"Non, sudah pulang?"
"Iya, Bi. Pulang sedikit lebih awal karena ada acara nanti malam."
"Oh, pantas saja den Saga mengirim gaun tadi ke rumah. Ternyata itu untuk makan malam kantor ya." Si bibi berucap dengan nada polosnya.
Sementara itu, Lusi malah dibuat kebingungan plus sangat tidak percaya akan apa yang baru saja kupingnya dengar.
"Maksud bibi apa?"
"Ya lho, Non. Den Saga tadi mengirim gaun ke rumah. Nah, tunggu sebentar, bibi ambilkan dulu."
Si bibi malah langsung melesat pergi dengan wajah sangat bahagianya itu. Sedangkan Lusi semakin tak mengerti, tapi dia coba untuk tetap bertahan dengan merebahkan diri di sofa ruang tamu.
"Kali ini apalagi ya Tuhan?" Lusi berucap lirih.
Tapi thank's ya thor buat tulisannya. tetep semangat menulis
. q tunggu cerita br nya🥰
sebenernya masih kurang sih... he he..
tpi kalau emang kk author lelah, y udh berhenti aja jngn dipaksakan...🥰🥰🥰
ditunggu karya barunya..🥰😍
pdahal blm puas... he he... effort saga buat deketin lusi masoh kurang...😢
dan satu... kmu menghukum saga aja bsa knp kmu gak bsa mnghukung org yg telah mmfitnah menantu mu itu... ayooookkk begerak cepat papa... jgn mw kalah ma cewek2 ular itu