Emelia Azzahra merupakan seorang perawat sekaligus muslimah taat. Sementara Kenzo Alianso merupakan korban investasi bodong yang memilih menjadi seorang mafia keji, demi melunasi hutang sekaligus membalas sakit hatinya. Selain itu, Kenzo juga pernah menjadi kakak ipar Emelia, sebelum Bella kakak Emelia yang Kenzo nikahi, meninggal dunia.
Setelah sekian lama tak bertemu, Emelia dan Kenzo dipertemukan dalam situasi tak terduga. Emelia yang biasa berhijab, tampil seksi di acara pelelangan wanita yang Kenzo pimpin. Emelia dijual oleh sang suami yang kalah judi. Kenzo yang langsung mengenali Emelia tak segan mempertaruhkan nyawanya demi menyelamatkan Emelia. Sejak itu juga Emelia dan Kenzo terjerat dalam hubungan simbiosis mutualisme. Gambaran malaikat dan sang kriminal, melekat dalam hubungan keduanya.
“Berani kamu mencampuri urusan pribadiku, ... aku tak segan untuk membunuhmu! Tak peduli meski aku pernah menolongmu bahkan sekarang aku sudah menjadi suamimu!” ucap Kenzo di setiap Emeli
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Rasanya Baru Kemarin
Rasanya baru kemarin, Kenzo berdalih akan menikahi Emelia. Rasanya baru kemarin, kisah mereka yang penuh drama terukir. Juga, rasanya baru kemarin, tenda dan semua persiapan pernikahan dilakukan. Termasuk jemari tangan Emelia yang dirias menggunakan hena dan jadi tampak sangat cantik layaknya pengantin muslimah pada kebanyakan. Namun kini, semuanya tengah memanjatkan doa terbaik setelah kata SAH, Kenzo dapatkan sebagai hasil dari ijab kabulnya.
Kenzo dan Emelia benar-benar sudah menjadi suami istri. Semuanya merestui, apalagi Alesha yang notabene anak semata wayang Kenzo. Pesenin dedek bayi di sopi, terus menjadi permintaan gadis cantik itu hingga papa dan bundanya jadi kikuk. Karena akibat permintaannya juga, semua yang di sana jadi menyoraki Kenzo dan Emelia untuk segera memberi Alesha adik tanpa harus memesan di sopi.
“Jadi, ternyata bisa punya dedek bayi tanpa pesan di sopi, yah, Bun?” bisik Alesha yang duduk di sebelah Emelia. Ia menemani Emelia dan Kenzo duduk di pelaminan.
“Hah ...?” refleks Emelia kebingungan. Namun, ia dengan segera meminta Alesha untuk bertanya kepada sang papa.
“Tanyanya ke Bunda. Bunda kan perawat dan lebih paham tentang kesehatan,” balas Kenzo tak mau ambil pusing.
Sampai saat ini Kenzo masih membatasi pandangannya kepada Emelia. Sebab selain pakaian pernikahan bernuansa putih dan seperangkatnya membuat Emelia tampak sangat cantik. Kenzo juga takut khilaf karena Emelia sudah menjadi istrinya dan otomatis, wanita itu sangat halal untuknya. Namun baru saja, Emelia meliriknya sebal dan Kenzo sadar, itu terjadi karena ia melemparkan balik pertanyaan Alesha mengenai dedek bayi.
Sejujurnya, Kenzo ingin menertawakan tampang putus asa sang istri dan baginya sangat menggemaskan jika sedang ngambek sebal seperti itu. Namun Kenzo tak mungkin melakukannya karena itu benar-benar bukan gayanya.
Semua tamu undangan tampak bahagia. Begitu juga dengan orang tua sekaligus saudara Kenzo.
“Halo ... ini siapa?” hangat Emelia ketika Keina adik perempuan Kenzo, memboyong keluarga kecilnya. Keina sudah memiliki seorang putra yang begitu tampan sekaligus menggemaskan.
“Alo Ante ... aku pacalnya El—la. Namaku, Bi—an!” ucap putra Keina dan kiranya baru berusia dua tahunan.
Sempat dibuat melongo dengan tanggapan cekatan Bian, Emelia berakhir tertawa kemudian mengemban Bian.
“Didikan papanya ... benar-benar mirip papanya!” dalih Keina antara malu sekaligus geli sendiri.
Namun, Bian juga yang membuat kebersamaan di sana pecah. Emelia sengaja membuat Kenzo yang tampak tertarik kepada Bian untuk mengembannya.
“Kak Emelia, ... mau foto bareng-bareng lagi dong,” lembut Keina dan langsung disanggupi.
Semuanya tersenyum bahagia dan silih berganti kembali foto bersama. Mereka mengabadikan momen bahagia Kenzo dan Emelia yang sudah memiliki Alesha sebagai bonusnya. Hadirnya Emelia yang sangat menyayangi Alesha juga disambut hangat oleh keluarga mamanya Alesha. Terlebih, Alesha begitu dekat dengan Emelia.
Menjelang waktu ashar, acara yang penuh kehangatan keluarga di sana pun usai. Ibu Linda selaku mamanya Kenzo yang memang pembawaannya cuek, mengajak Emelia untuk berbicara empat mata. Dua karton besar warna merah maroon, ibu Linda berikan kepada Emelia. Kenzo yang sempat memergoki kebersamaan di dalam kamar Emelia itu sengaja bersembunyi. Termasuk ketika sang mama keluar sambil menghapus air mata menggunakan tisu kering. Namun sebelum ibu Linda pergi meninggalkan Emelia, Kenzo memergoki keduanya sampai berpelukan bahkan bertukar air mata.
Menghela napas dalam, Emelia berusaha menenangkan diri. Dadanya terasa sesak, selain ia yang masih menyeka air mata di sekitar matanya menggunakan tisu kering. Akan tetapi, hadirnya Kenzo yang sudah ada di hadapannya membuatnya syok.
Tak ada salam atau sekadar ketukan pintu. Kedatangan Kenzo terlalu tiba-tiba, sementara langkah Kenzo juga sangat cepat. Memang, Kenzo berhak melakukannya karena mereka sudah menikah. Namun, Emelia benar-benar belum terbiasa.
Emelia berangsur berdiri sementara Kenzo buru-buru melepas beskap putihnya.
“Kau melihatku seperti melihat hantu. Kenapa sampai ketakutan begitu?” tegur Kenzo tanpa sedikit pun melirik Emelia.
“Bahkan di beberapa kesempatan aku memang merasa, Kakak lebih menakutkan dari hantu,” lirih Emelia jujur, tapi langsung mendapat tatapan tajam dari Kenzo.
Balasan bengis dari Kenzo kini, Emelia balas dengan senyum tak berdosa. “Kakak lepas beskap, mau siap-siap ajak aku shalat asar, ya?”
Di hadapan Emelia, Kenzo jadi merenung.
“Dari subuh hari ini, Kakak beneran rajin. Ayo dilanjut karena itu merupakan prestasi,” lanjut Emelia sambil memasang senyum terbaiknya.
“Kita langsung siap-siap pulang karena nanti malam, aku harus pergi,” sergah Kenzo sambil melepas sepatunya.
“Lah ... beneran enggak bisa ditunda?” refleks Emelia tak segan mengungkapkan kekecewaan sekaligus kesedihannya.
Tak lama kemudian, Emelia yang sekadar menghapus rias pengantin saja belum, sengaja memeluk Kenzo lebih dulu. “Sekarang aku berhak melakukannya ...,” lirihnya makin mengeratkan dekapan kedua tangannya.
Begitu banyak kesedihan yang Kenzo dengar dari rengekan sang istri. Alasan yang juga membuatnya merasa berat. Ia refleks menghela napas kemudian balas memeluk Emelia. Detik itu juga dunia seorang Emelia terasa hening. Emelia mendapatkan kenyamanan yang luar biasa atas balasan pelukan yang Kenzo lakukan.
“Kalau malam ini juga Kakak harus pergi, pulangnya kapan? Belum bisa ditentukan? Terus, kenapa Kakak enggak biarin aku tinggal di sini saja? Apalagi selain bisa dekat dengan orang tuaku, dari sini juga lebih dekat dengan rumahnya mbak Khalisa. Kau bisa menemui Alesha lebih cepat,” lirih Emelia lagi masih bertahan membenamkan tubuh sekaligus wajahnya di dada bidang sang suami.
Kenzo yang sekarang memang berbeda dari Kenzo sebelum Emelia mengetahuinya menjadi seorang mafia. Tubuh Kenzo yang sekarang jauh lebih berisi bahkan keras. Kenzo yang sekarang tampak jauh lebih sehat, selain Kenzo yang seolah kebal dari luka. Padahal sebelumnya, tubuh Kenzo terbilang kurus—kering. Selain itu, Emelia juga tahu, bersama Bella, Kenzo sempat memiliki kebiasaan buruk khususnya mengenai judi dan mengonsumsi alkohol. Bahkan tadi, alasan ibu Linda menangis karena wanita itu wanti-wanti, agar Emelia tidak mengikuti jejak Bella. Ibu Linda berharap, Emelia mampu membuat Kenzo menjadi manusia lebih baik lagi.
“Sejauh ini Mama lihat, selain sangat dekat dengan Alesha, ketimbang Bella, ... kamu juga jauh lebih paham agama. Jadi, mulai sekarang, Mama beneran minta tolong. Tolong arahkan suamimu buat jadi manusia yang lebih baik lagi. Dekatkan dia kepada agama, pasti semuanya lebih mudah.” Emelia teringat ucapan ibu Linda, selain wanita itu yang kemudian berkata, “Kenzo itu kurang kasih sayang. Sementara kamu wanita yang penuh kasih sayang.”
Karena itu juga, Emelia sengaja memperlakukan Kenzo penuh kasih sayang. Setelah kedua tangannya mengusap punggung Kenzo penuh sayang, Emelia menggunakan kedua tangannya untuk membingkai wajah Kenzo. Ia menatap Kenzo penuh cinta. Awalnya Kenzo terus berusaha menghindari tatapannya. Emelia tidak bisa untuk tidak tersenyum lepas karenanya. Meski semua itu tak berlangsung lama. Karena pada akhirnya, Kenzo balas menatap saksama Emelia kemudian menaut bibir berisi milik istrinya itu menggunakan bibirnya.
ditunnngguuuu...
❤❤❤❤❤