Fianasya sari juga ingin merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Papa Fia sangat sibuk dengan pekerjaannya, sampai tidak ada waktu untuk anaknya. Sedangkan mamanya sama sekali tidak perduli dengan Fia, bagi Sarah Fia hanya beban dan tidak bisa apa-apa. Tidak ada yang bisa di bangakan dari Fia. Beda dengan abangnya, di usia muda sudah memiliki usaha.
Mampukah Fia bertahan dengan keluarga yang seperti itu ?
Apakah orang tua Fia akan menyayangi Fia suatu saat nanti ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fianaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32
Samuel mendapatkan informasi dari anak buahnya bahwa Raisya masuk ke rumah sakit dan juga tentang Atika yang terkena copet dan di kejar oleh anjing serta orang yang meminta tebusan agar Atika bebas.
“Saya yakin bos, pasti ada orang di balik kejadian ini bos.” Ucap anak buah Samuel.
“Ya saya juga berpikir seperti itu.” Ucap Samuel.
“Apa ini semua ulah bos Toni atau tuan muda Andre dan tuan muda Dilon ya bos.” Ucap tangan Kanan Samuel.
“Inilah akibat menyakiti putri dari keluarga Samuel.” Ucap Samuel yakin bahwa salah satu dari anggota keluarganya lah yang melakukan semuanya.
Meskipun Samuel belum tahu siapa di antara mereka bertiga tapi Samuel tahu pasti ini semua dilakukan oleh salah satu anggota keluarganya.
“Dimana Toni dan juga Andre?” tanya Samuel.
“Tuan muda Andre pergi tadi bos dan bos Toni berada di kamarnya.” Ucap anak buah Samuel.
“Apa ini ulah Andre ya.” Ucap Samuel dalam hati.
“Bagaimana dengan kedua cucuku yang pergi liburan?” tanya Samuel.
“Mereka sudah sampai dengan selamat dan sekarang mereka sedang menikmati liburan, teman Nona muda bisa mengalahkan perhatian Nona muda sehingga nona muda tidak memikirkan masalah yang terjadi saat ini.” Ucap anak buah Samuel.
Anak buah Samuel menunjukkan video dimana Fia yang sedang liburan bersama teman-temannya.
“Baguslah setidaknya Fia bisa melupakan sejenak masalah yang terjadi pada keluarga saat ini.” Ucap Samuel sedikit tenang melihat cucu perempuan satu-satunya senang.
. . .
Atika bertanya apa penyebab utama Raisya kecelakaan. Lalita pun memberitahukan kejadian yang terjadi terhadap Raisya.
“Raisya sendiri, tapi kan Raisya tidak bawa mobil.” Ucap Atika.
“Ya tante juga merasa janggal, tante merasa ini sudah di rencanakan.” Ucap Lalita.
“Kita harus cari tahu siapa pelakunya.” Ucap Atika.
“Kita laporkan saja kasus ini ke kantor polisi, apalagi ada saksi yang melihat Raisya kecelakaan.” Ucap Sarah.
“Ya sudah kita ke kantor polisi saja sekarang ma.” Ajak Atika.
“Kalian hati-hati ya.” Ucap Anjani.
Atika dan Sarah sekarang menuju ke kantor polisi untuk melaporkan kejadian Raisya yang kecelakaan.
Anak buah Andre yang mendengar itu pun langsung melaporkan ke bosnya Andre.
Andre yang mendengar itu bukanya panik tapi malah tersenyum remeh.
“Tidak akan ada bukti yang kalian dapatkan.” Ucap Andre.
Andre telah mengatur segalanya. Sekarang anak buahnya juga masuk ke rumah sakit. Anak buah Andre yang membawa mobil tadi sudah di buat terluka parah dan sudah siap sedia untuk memberikan keterangan jika polisi menemukan dirinya nanti.
Sungguh rencana yang sudah tersusun rapi dan sudah memikirkan semua yang akan terjadi dan sudah menyiapkan semuanya.
Anak buah Andre terus mengikuti sampai ke kantor polisi sampai Sarah dan Atika melaporkan semua kejadian yang terjadi dengan Raisya.
Polisi akan menyelidiki dan secepatnya akan memberikan kabar kepada keluarga Sarah.
“Terima kasih pak, tolong secepatnya kabari kami perkembangannya ya pak.” Ucap Sarah kepada polisi di hadapannya.
“Baik buk.” Ucap polisi itu.
Setelah melaporkan ke kantor polisi mereka kembali ke rumah sakit. Anak buah Andre kembali melaporkan apa yang barusan dia dengar di kantor polisi.
“Ok, kita lihat apakah kalian akan mendapatkan pelaku sebenarnya.” Ucap Andre.
Setelah sampai di ruangan Raisya, Lalita langsung bertanya kepada Sarah.
“Gimana mbak?” tanya Lalita.
“Polisi akan segera usut masalah ini.” Ucap Sarah.
“Bagus lah, pokoknya orang itu harus membiayai rumah sakit Raisya, dia harus bertanggung jawab karena sudah membuat Raisya celaka.” Ucap Lalita.
. . .
Tiga hari berlalu tapi Raisya masih belum juga sadar. Lalita sangat khawatir akan kondisi anaknya yang sampai saat ini belum ada perubahan.
Hari ini polisi juga akan meminta keterangan dari supir taksi dan keluarga Sarah juga sudah ada di ruang rawat supir taksi itu.
Mereka mendengarkan semua penjelasan dari supir taksi itu. Polisi percaya dengan keterangan yang di berikan oleh supir taksi itu dan menganggap ini hanyalah kecelakaan bukan kejadian yang di rencanakan untuk mencelakai Raisya.
Polisi percaya ini hanya lah kecelakaan bukan pembunuhan berencana. Seperti yang Lalita katakan.
“Anda pasti bohong kan, anda pasti di suruh orang untuk mencelakai anak saya.” Ucap Lalita marah.
“Benar buk, saya tidak di suruh oleh siapapun, saya juga tidak menyangka mobil yang saya bawa remnya blong.” Ucap supir taksi.
“Alah tidak usah mengelak, bilang siap yang suruh kamu.” Ucap Lalita penuh emosi.
“Benar buk ini murni kecelakaan, saya juga tidak mau ini terjadi, bayar biaya perbaikan taksi yang saya bawa saja saya sudah pusing memikirkannya. Saya ini hanya orang miskin yang tidak beruntung.” Ucap supir taksi itu terlihat sendu.
“Kalau saya di suruh untuk mencelakai anak ibu mana mungkin saya suruh dia ikut loncat, saya juga pastinya akan mencari tempat yang aman untuk saya loncat bukan asal-asalan sehingga saya loncat di dekat banyak batu yang membuat saya terluka parah seperti ini.” Ucap supir taksi itu.
Sungguh akting yang sangat bagus, bahkan polisi saja percaya dengan keterangan yang ia berikan, hanya Lalita saja yang masih tidak percaya.
“Saya yakin pak ini semua pasti ulah dari Toni yang ingin menghancurkan keluarga saya.” Ucap Lalita masih kekeh bahwa semuanya itu adalah rencana Toni untuk mencelakai keluarganya.
“Sudah Lalita sudah, jika kamu terus seperti ini, polisi tidak akan percaya sama kamu. Sudah kita cari bukti dulu baru kita laporkan Toni ke kantor polisi.” Ucap Anjani berbicara pelan kepada Lalita namun dapat di dengar oleh anak buah Andre.
“Pokoknya saya tidak mau tahu, anda harus tanggung jawab untuk membayar biaya rumah sakit anak saya.” Ucap Lalita yang tidak jauh pikirannya dari uang.
“Dapat uang dari mana saya buk, untuk bayar rumah sakit saya saja, saya sudah pusing memikirkannya, di tambah lagi ibu yang minta dibayarin rumah sakit anaknya. Buk saya ini orang miskin bukan orang kaya, kalau saya orang kaya tanpa ibu minta saya akan bayar biaya rumah sakit anak ibuk.” Ucap supir taksi itu.
“Lagian anak ibu sendiri susah dibilangin, saya suruh loncat ya loncat tapi anak ibu malah diam saja di dalam mobil.” Ucap supir taksi itu yang tidak mau selalu di salahkan.
Akhirnya polisi menengahi mereka dan meminta untuk keluarga Sarah keluarga. Lalita keluar membawa kekecewaan sudah tidak mendapatkan uang dan sekarang anaknya sampai sekarang belum juga sadar.
“Gimana dong mbak, kita tidak dapat apa-apa dari orang itu, terus kasusnya juga sudah di tutup.” Ucap Lalita yang masih kesal.
“Ya mau gimana lagi, tidak ada bukti kalau kecelakaan ini di rencanakan, polisi sudah menyelidiki dan terbukti ini murni kecelakaan.” Ucap Anjani.
“Pokoknya aku harus samperin mas Toni, aku sangat yakin mas Toni dalang di balik semua ini.” Ucap Lalita tetap pada apa yang dia anggap benar.
“Ya sudah kita akan coba cari tahu, sekarang ini kamu fokus urus anak kamu dulu dan Sarah fokus dengan perceraiannya.” Ucap Anjani.
