NovelToon NovelToon
Istri Tak Ternilai

Istri Tak Ternilai

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:13.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Terbangun dari koma akibat kecelakaan yang menimpanya, Lengkara dibuat terkejut dengan statusnya sebagai istri Yudha. Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja bahagia.

Namun, Lengkara merasa asing dengan suaminya yang benar-benar berbeda. Tidak ada kehangatan dalam diri pria itu, yang ada hanya sosok pria kaku yang memandangnya saja tidak selekat itu.

Susah payah dia merayu, menggoda dan mencoba mengembalikan sosok Yudha yang dia rindukan. Tanpa dia ketahui bahwa tersimpan rahasia besar di balik pernikahan mereka.

******

"Dia berubah ... amnesia atau memang tidak suka wanita?" - Lengkara Alexandria

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 17 - Hancur

"Maaf ... aku mungkin jahat, tapi kalian yang memulai ini semua."

Begitulah permintaan maaf yang luar biasa tulus Lengkara utarakan sebelum merampas benda pribadi milik sang suami. Seumur hidup dia tidak pernah sekalipun memiliki rencana sepicik ini, walau batin Lengkara seakan terkoyak begitu sadar tengah dibohongi, Lengkara tetap gusar juga sebelum memasukkan obat ke minumannya.

Dada Lengkara berdebar tak karu-karuan, khawatir jika Bima mendengarnya Lengkara memilih kamar mandi. Hanya ini jalan tengah yang bisa dia ambil. Sudah lelah dia memohon, tapi semuanya masih terasa abu-abu hingga Lengkara muak untuk sekadar bertanya.

Entah apa yang akan dia dapatkan nanti, hati Lengkara sudah siap kalaupun memang akan terasa sakit. Sejak kemarin, dunia Lengkara seakan berbalut embun hitam. Semua terasa gelap dan jantungnya tertusuk sembilu tanpa siapapun yang tahu.

Berpura-pura tidak ada yang salah bukan hal mudah, terkhusus batinnya. Memang jika secara praktik, jelas saja mudah. Bersandiwara adalah bakat Lengkara sejak kecil, tentu dia bisa mengimbangi apa yang kini tengah terjadi padanya.

Sejak awal yang menjadi tujuan utama Lengkara adalah riwayat pesan suaminya, dia tidak memikirkan hal lain untuk saat ini. Tidak begitu banyak kontak yang dia simpan, hanya ada beberapa orang yang Lengkara kenal dan sisanya sedikit asing.

"Yudha?"

Jantung Lengkara terhenyak begitu menatap nama itu tertera jelas di sana. Air mata yang sejak tadi dia tahan pada akhirnya tumpah jua, baru berhenti di nama dan Lengkara sudah kacau balau.

Semakin kacau lagi kala dia membuka isi percakapannya. Dewi fortuna tengah berpihak malam ini, Bima sepertinya lupa menghapus riwayat pesan mereka dalam beberapa hari terakhir.

"Hati-hati saja, Bima ... jangan terlalu gegabah, Lengkara tidak akan marah."

Deg

Suara itu, mata Lengkara yang sejak tadi membasah kini membulat sempurna. Berulang kali Lengkara dengar, dia merasa tengah bermimpi hingga menggenggam erat benda pipih itu.

Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja sakit tidak terkira. Tanpa perlu melihat wajahnya, dia yakin betul siapa yang bersuara di balik itu. Dia Yudha, sosok pria yang dia harapkan sebagai suami sejak lama.

Susah payah Lengkara menggigit bibir, ketakutannya andai Yudha menghilang kini terbantahkan. Seketika dia jatuh lemas, terduduk di lantai sembari menahan anak panah yang bertubi-tubi menghunus jantungnya.

"Kamu masih hidup, Badjingan?"

Andai tidak khawatir tertangkap basah, mungkin saat ini Lengkara akan meraung sejadi-jadinya. Tadi siang dia menduga-duga, andai benar pria di sisinya bukan Yudha, maka kemungkinan terbesar yang harus dia hadapi adalah kehilangan untuk selamanya.

"Bim, kotak bekalnya ketinggalan ... siapkan alasan kalau tidak mau tidur di luar."

Tadinya dia sudah menangis, mendengar pesan suara selanjutnya Lengkara kembali menggila. Bisa-bisanya Yudha lebih peduli dan khawatir Bima tidur di luar dari pada hatinya, seketika Lengkara merasa tak berharga dan dianggap sebodoh itu.

Puas Lengkara menggulir percakapan di ponsel Bima, meski cukup banyak yang telah Bima hapus bukan berarti Lengkara tidak dapat mengetahuinya. Yudha sendiri yang memberikan banyak ilmu sewaktu mereka pacaran, jelas saja semua itu dia gunakan.

Menangis dalam diam adalah hal paling sakit untuknya, Lengkara merasakan sesak bertubi-tubi begitu membaca pesan Yudha sejak tiga bulan terakhir. Pesan yang selalu berusaha memastikan dirinya baik-baik saja, dimana hati Yudha yang dahulu selalu mengatakan aku akan menjagamu hingga nanti, Lengkara.

Selesai dengan pesan singkat yang berakhir membuat hatinya bengkak, Lengkara beralih pada galeri foto sang suami. Sama seperti sebelumnya, di sana hanya ada beberapa foto saja. Entah karena bukan alat komunikasi satu-satunya, atau memang Bima yang tidak begitu peduli tentang kenangan.

Tidak lebih lima foto yang tersimpan di sana, dua foto Lengkara, satu ibunya sementara dua yang lain adalah foto Bima bersama Yudha di dua tempat yang berbeda.

Selain foto, Lengkara juga menemukan satu video singkat yang memperlihatkan dirinya tengah terbaring di rumah sakit. Awalnya dia menduga video biasa, tapi harapan Lengkara pupus di menit kedua. Video berdurasi sekitar lima menit itu adalah video yang menunjukkan seorang pria bernama Bimantara Aksa secara tegas meloloskan sighat qabul dalam satu tarikan napas.

Jelas sudah, yang selama ini berada di sisinya memang bukan Yudha yang dia rindukan selama berbulan-bulan tidak membuka mata. Hati Lengkara tidak hanya sakit, melainkan hancur tak berbentuk.

"Tega kamu, Mas," lirih Lengkara dengan air mata yang masih terus membasah sembari memandangi senyum hangat Yudha, senyum yang tidak pernah dia lihat di wajah sang suami sejak pertama kali melihatnya.

Dia merindukannya, merindukan suaranya dan juga senyum hangatnya. Lengkara hampir hilang akal, hampir saja dia hendak menghubungi nomor telepon Yudha detik ini juga. Namun, andai dia melakukan hal itu maka langkah yang dia ambil akan percuma.

Cukup sudah untuk malam ini, dia ingin mengakhiri tangisnya lebih dulu sebelum keluar. Khawatir semakin sembab dan justru ketahuan suaminya. Suami, dan dia bukan Yudha. Fakta tersakit, tapi saat ini memang begitu nyatanya.

Wanita itu keluar dengan wajah sembabnya, kepala Lengkara terasa sakit akibat beberapa kali dia benturkan ke tembok tanpa sadar. Masih dengan langkah pelannya, Lengkara menatap sendu pria yang kini begitu lelap akibat ulah Lengkara, detik ini dia paham alasan kenapa sang suami selalu pulang malam.

"Jakarta - Semarang, siapa yang berusaha kamu bahagiakan, Bimantara Aksa," batin Lengkara menghela napas pelan seraya menatap wajah lelah Bima.

.

.

- To Be Continued -

1
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
😂😂😂😂😂
Rika Anggraini
kenapa byk bawang....?
bikin pedih mata...
ada luka yg tak terlihat tp bs dirasa.
kl diposisi lengkara apa jadinya
syfh.BungaZahra
inget si Fadil ngendorse ngajak pak muh pakaian wanita. lucunya bikin sakit perut! 😂😂🤣🤣
syfh.BungaZahra
ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄
Rika Anggraini
perempuan dibohongi sama mengali kuburan sendiri
Faris Fahmi
silahkan mas🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
Amiiiiiin
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!