🌹Alan Praja Diwangsa & Inanti Faradiya🌹
Ini hanya sepenggal cerita tentang gadis miskin yang diperkosa seorang pengusaha kaya, menjadi istrinya namun tidak dianggap. Bahkan, anaknya yang ada dalam kandungannya tidak diinginkan.
Inanti tersiksa dengan sikap Alan, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan selain berdoa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red Lily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pada Pendirian
🌹VOTE🌹
Inanti terdiam lama melihat Nadia yang terlelap, bayi kecil itu tersenyum dalam tidurnya, membuat Inanti ikut tersenyum dan merasakan kebahagiaan apa yang ada alam mimpi putrinya itu.
Nadia Praja Diwangsa, nama Alan yang diberikan pada bayinya. Marga Praja Diwangsa benar benar melekat pada Nadia, membuat Inanti semakin merasakan bagaimana Alan menyukai bayi ini terlepas apa yang pernah dia katakan padanya.
Apa yang dilakukan Alan mendapat balasannya, dan itu berimbas pada putranya.
Inanti menarik napasnya dalam menahan tangisan, dia melihat uang di dompet yang tersisa dua puluh empat ribu saja. Inanti tau dirinya harus bekerja.
Dan kesulitan memilih kembali dia rasakan tatkala sebuah mobil berhenti di depan rumahnya.
Itu Judi.
Kening Inanti berkerut saat melihat Judi menurunkan sembako dari dalam mobil.
"Kamu pikir di sini tempat penampungan?" Tanya Inanti tanpa segan, dia menyilangkan tangannya di dada.
"Jutek amat sih lu, nanti cantiknya luntur loh, Nan."
"Gak cantik juga."
"Cie yang jelek."
"Ngapain sih ini? Buat apa?"
"Sembako yang buat dimakan, masa iya dibakar, dasar katro," ucap Judi sambil terus menurunkan sembako itu dari dalam mobil.
"Iya, buat siapa?"
"Buat elu."
"Emang aku minta sumbangan?"
"Serah deh mau nganggep apa, gue cuma kagak mau my baby kelaparan di sini. Nih makanan, stok buat sebulan, kalau ada apa apa hubungi gue."
"Aku gak butuh."
"Basi," ucap Judi membuat Inanti semakin marah. "Udah sih, Nan. Kalau ada yang ngasih ya terima aja, gak usah gengsi apalagi sama babang tampan kayak gue."
"Ihh," ucap Inanti kesal. "Yaudah makasih."
Dan Judi tertawa seketika. Dia tahu perubahan Inanti dikarenakan rasa sakit hatinya di masa lalu, dan Judi tidak keberatan jika dia mendapatkan lemparan batunya. Dia ingin Inanti kuat, tidak lagi diinjak orang sampai dia harus menangis di ujung ruangan.
Lebih baik untuk Judi, Inanti menguatkan diri seperti ini hingga tidak ada lagi yang bisa merendahkannya.
Yang dibawakan Judi ada beras, minyak, bahan makanan seperti terigu, gula, telur, sayuran dalam kemasan, dan juga daging yang diawetkan. Judi tau, jika dia memberi Inanti uang, maka dia akan menolak keras.
"Jangan salah paham, ini buat my baby, bukan buat lu."
"Yakali dimakan sama aku juga."
"Ya itu, my baby butuh asi berkualitas, makannya terpaksa gue bawain ini buat lu. Sebenernya rada nggak ikhlas sih, tapi ya gimana lagi."
"Bawa lagi kalau gak ikhlas."
"Ngegas terus ih, kaya tukang sayur aja kalau nggak dibeli."
"Apasih?"
Dan setelah selesai mengangkut, Judi menatap Inanti lama yang berdiri di teras.
"Nan, gua mau pergi."
"Sana."
"Ya Allah, gak ada suasana sedih banget."
"Kenapa harus sedih, kan kamu ke sana mau nengokin Oma kamu kan."
"Nan…."
"Apa?"
"Yakin gak mau ikut?"
"Enggak."
"Lu mau nunggu apa di sini? Alan?"
Inanti diam.
"Nan, lu mau balikan lagi sama dia?"
"Terus aku mesti gimana? Kalau dia berubah menjadi lebih baik, aku gak masalah."
"Harusnya, lu ikut gue ke Belanda, terus sukses di sana. Terus balik lagi ke Indonesia sambil nyombongin diri lu udah sukses, balas dendam dengan elegant."
"Kamu sering nonton film azab ya?"
"Nah tau, he he he."
"Klise," ucap Inanti.
"Yaudah gue pergi ya."
Dan ketika Judi hendak masuk ke mobil. "Tunggu!'
Judi berbalik seketika. "Iya? Lu mau ikut?"
"Ini….," Tunjuk Inanti pada sembako. "Tolong angkutin ke dalem, berat soalnya."
"Astagfirulloh, gue kira langit runtuh."
🌹🌹🌹
Alan melempar tesis yang dia buat, ini yang membuatnya terhambat untuk menemui Inanti di Bekasi.
"Bodo amat," ucap Alan pada gelar S2 nya, toh dia sudah punya tiga gelar mengikuti namanya.
Dia segera bergegas naik mobil, dan berkendara kencang menuju ke Bekasi tempat Inanti dan Nadia.
Hal yang mengejutkan bagi Alan, Rizki memberinya informasi kalau ayah dari Inanti kembali mencuri untuk menghidupi Inanti.
Alan berpikir, kini Inanti kedinginan, kelaparan bersama anaknya. Tidak ada rasa marah sedikitpun karena Inanti meninggalkannya, yang ada Alan merasa khawatir dan gelisah.
Dan baru beberapa menit perjalanan, Alan merasakan ban mobilnya bocor.
Dia segera menepi dan turun.
"Sial," umpatnya saat melihat dua ban depannya bocor.
Dia buru buru menghubungi supirnya.
"Sep, bawa mobil hitam saya."
"Ke mana, Tuan?"
Alan mengirim lokasinya saat ini.
"Oh, Baik, Tuan."
"Cek dahulu mobilnya, saya tidak ingin ada kendala."
"Baik, Tuan."
Dan Alan harus menunggu di pinggir jalan yang sepi, tidak ada rumah ataupun manusia sejauh mata memandang. Hanya ada mobil yang lewat dengan kecepatan tinggi.
Dan tidak berselang lama, supirnya datang dengan mobil yang diharapkannya.
"Tuan.."
"Kamu hubungi bengkel, saya harus pergi sekarang," ucap Alan mengambil alih mobil dan pergi dengan kecepatan tinggi.
Tidak berselang lama, ponselnya kembali berbunyi. Alan mematikanya sebelum dia membaca siapa yang menelponnya.
Dan telpon itu terus berdering, membuat Alan kesal dan segera menggunakan earpiece miliknya.
"Hallo?"
"Assalamualaikum, Abang dimana?"
Ternyata ini Madelle.
"Mau ke Bekasi, Ma."
"Abang ke sini, Papa lagi sakit."
Alan terdiam, jika mamanya mengatakan kalimat itu, maka papanya sedang dalam keadaan kritis. Riganta punya penyakit serius yang membuat Alan harus bersiap mengambil alih perusahaan.
"Bang, ke sini, mau ngapain ke Bekasi?"
"Mau jemput Inanti, Ma."
"Dia ketemu?"
"Iya, temen Alan nemuin alamat Inanti, Alan mau ke sana."
"Emm… ke sini dulu ya, Bang. Kasihan Papa kamu, dia sakit keras. Dia mau ketemu kamu, Bang."
Alan terdiam seiring dengan mobil yang memelan.
"Bang."
Alan menarik napasnya dalam, dia memejamkan matanya. "Ma, saat aku menikah, berarti tanggung jawab utamaku berganti pada istriku. Inanti dan anakku mungkin sedang kedinginan di luar sana, mungkin mereka menunggu untuk ditemukan. Papa punya mama, punya si kembar, dan punya Alden di sana. Sementara gak ada siapapun di sisi Inanti yang bisa dia andalkan. Maaf, Ma, Alan harus pergi menemui istri Alan."
🌹🌹🌹
Tbc