NovelToon NovelToon
Cupu Jadi Ratu

Cupu Jadi Ratu

Status: tamat
Genre:Tamat / Mafia / Reinkarnasi
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Nurul Senggrong

Nadia merupakan cewek cupu yang sering menjadi korban bullying. Hingga akhirnya ia harus meregang nyawa di toilet sekolah.

Namun tiba-tiba matanya kembali terbuka dengan jiwa yang berbeda.

Aurora merupakan seorang ketua mafia yang terkenal sadis dan kejam. Namun dia harus meregang nyawa ditangan anak buahnya sendiri.

Betapa kagetnya Aurora saat menyadari jika jiwanya telah berpindah pada sosok gadis lemah dan cupu.

Sebuah ingatan masuk kedalam memorinya. Tangannya terkepal begitu melihat penderitaan tubuh yang ia tempati.

Dia berjanji akan membalas semua penderitaan yang dialami oleh pemilik tubuh.

Siapakah sebenarnya Nadia?

Bagaimana Aurora membalas semua perbuatan orang-orang yang sudah membuat Nadia menderita?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyerangan

Nadia melihat Naresha yang bersandar di body mobil saat berjalan keluar. Dia pun melangkahkan kakinya pada sang kakak.

Meski hubungan mereka tidak bisa dibilang dekat, namun komunikasi keduanya tetap terjalin. Sejak Naresha meminta maaf, dia sering menghubungi sang adik via telepon.

Tak jarang Naresha membujuk Nadia untuk mau tinggal di tempatnya. Naresha memang sengaja membeli apartemen baru khusus Nadia. Namun Nadia menolaknya dengan lembut.

"Kak..." sapa Nadia datar.

Mendengar sapaan sang adik, Naresha pun menyimpan ponsel yang tadi ia mainkan. Ia menatap adiknya sambil tersenyum.

"Kamu sudah pulang kan?" tanya Naresha yang sebenarnya sudah jelas jawabannya.

"He e. Kakak kenapa ada disini, memangnya tidak kerja?"

"Ada yang harus kakak bicarakan sama kamu Dek. Ayo ikut kakak sekarang," ucap Naresha dengan serius.

Nadia menurut. Dia juga akan meminta sang kakak untuk berhati-hati. Tidak tahu kapan bahaya akan mengancam nyawa mereka.

Keduanya pun akhirnya masuk kedalam mobil. Nadia dan Naresha duduk di kursi belakang. Setelah memastikan keduanya nyaman, Pak Arman melajukan mobilnya ke rumah sakit.

"Kak Rendra kecelakaan," ucap Resha setelah lama terdiam.

Nadia pun terkejut. Dia menatap Resha yang juga tengah menatapnya. Tidak ada kebohongan dalam mata sang kakak.

Ada yang nyeri dalam hatinya. Apalagi setelah mengetahui jika Naresha dan Narendra merupakan saudara kandungnya.

"Bagaimana keadaannya?"

"Entahlah..." jawab Resha dengan lirih.

"..."

Sebenarnya Naresha ingin menceritakan tentang ancaman yang di berikan Laura namun dia bingung untuk memulainya. Padahal tadi ia sudah berniat untuk menceritakannya.

Tiba-tiba pak Arman menghentikan mobilnya mendadak. Sehingga keduanya terpental dari kursinya.

"Pak Arman bisa nyetir tidak sih," keluh Resha sambil mengusap kepalanya yang terbentur kursi depannya.

"Maaf Non. Tapi ada mobil yang tiba-tiba berhenti di depan," jawab pak Arman tak enak.

Apa yang dikatakan Pak Arman memang benar. Saat ini pengendara mobil itu keluar dari mobil.

Empat orang bertubuh kekar keluar dari mobil itu. Wajah mereka nampak sangar. Nadia sudah bisa menebak identitas mereka.

"Waduh...ngapain tuh orang turun semua. Mana tubuhnya kekar-kekar lagi ,"celetuk Resha begitu melihat keempatnya menghampiri mobil mereka.

"Nona jangan keluar. Biar saya saja yang keluar," ucap Pak Arman sebelum ia keluar dari mobil.

Nadia juga hendak turun mengikuti pak Arman. Namun Resha memegang tangannya.

"Mau kemana kamu?" tanya Naresha sambil melotot.

"Mau keluar lah kak. Emang gak kasian apa sama pak Arman?"

"Jangan gegabah. Bisa-bisa _"

"Keburu pak Arman mati," ucap Nadia sambil melepas pegangan Resha dengan kasar. Setelah itu ia langsung keluar dari mobil.

"Kunci mobil dari dalam. Kakak nggak usah keluar," ucap Nadia penuh penekanan.

Entah kenapa Naresha merasa takut dengan tatapan Nadia. Seperti ada kekuatan yang menekan tubuhnya.

Nadia segera menolong pak Arman yang sudah kena pukulan. Meskipun Pak Arman pandai berkelahi namun Kekuatannya tidak sebanding dengan mereka.

Nadia menendang orang yang menyerang pak Arman. Sehingga orang itu terjungkal.

"Brengsek!" pekik orang itu dengan bahasa asing. Tentu saja Nadia tahu benar artinya. Karena bahasa itu merupakan bahasa Aurora sejak kecil.

Nadia membantu pak Arman yang tersungkur. Dia meminta pak Arman untuk masuk kedalam mobil. Pak Arman menolak. Dia tidak mungkin membiarkan nonanya dalam bahaya.

"Rara!" pekik salah satu dari mereka.

"Bodoh! Rara sudah meninggal. Jadi jangan membual," jawab sang teman.

Namun Nadia tidak menjawab. Dia menatap mereka dengan tajam.

Tanpa banyak kata Nadia menyerang mereka. Nadia mengerahkan semua kekuatannya untuk menyerang.

Plak!

Plak!

Dug!

Dug!

Suasana jalan nampak sepi. Kebetulan pak Arman tadi memang menggunakan jalan alternatif agar terhindar dari kemacetan yang memang sudah menjadi makanan sehari hari.

Tubuh Nadia berkali-kali terkena tendangan. Mau bagaimana lagi keempatnya menyerang Nadia bersama-sama.

Meski begitu pihak musuh pun kondisinya tidak lebih baik dari Nadia. Bahkan yang satu sudah terkapar diatas aspal.

Tiba-tiba salah satu dari mereka mengambil pistol dibalik bajunya. Kemudian menembak tubuh Nadia.

Dor!

Tembakan itu mengenai lengan Nadia. Namun bukan Nadia yang kesakitan. Melainkan Naresha.

Melihat tubuh adiknya tertembak dan mengeluarkan darah, tubuh Resha menegang.

Keringat dingin keluar begitu saja dari tubuhnya. Pandangannya perlahan buram. Tak lama kemudian tubuhnya ambruk kedepan.

Pak Arman menghadang peluru yang kembali diarahkan pada tubuh Nadia. Untungnya Nadia tidak membiarkan pak Arman tertembak.

Dia mendorong tubuh pak Arman kesamping. Sehingga tembakan itu mengenai titik kosong.

Nadia segera berlari kearah si penembak dan menendang pistol yang ia pegang sampai terlempar.

Nadia kembali menyerang mereka. Tidak menghiraukan lengannya yang tak henti mengeluarkan darah.

Namun makin lama tubuhnya makin lemah. Hingga akhirnya hilang kesadaran. Namun sebelum itu ia masih sempat mendengar seseorang yang berteriak memanggil namanya.

Entah berapa lama Nadia memejamkan matanya. Saat bangun tahu-tahu sudah berada di rumah sakit. Lengan yang tertembak pun sudah di perban.

"Akhirnya kamu bangun juga sayang," ucap wanita parubaya yang baru pertama kali ini ia lihat.

Bahkan dalam ingatan Nadia asli pun tak ada ingatan tentang wanita itu.

"Anda _"

"Hiks...maafkan ibumu ini sayang,"ucap Bella sambil memeluk tubuh Nadia yang tercengang mendengar penuturan ibunya.

Bagaimana tidak tercengang jika wajah ibunya tidak ada mirip-miripnya sama sekali dengan wajah yang ia lihat di rumahnya.

Bella masih terus saja menangis di pelukan Nadia. Sampai akhirnya lelaki yang sedari tadi duduk di kursi mengeluarkan suaranya.

"Jangan dipeluk terus kak. Kasihan Nadia tidak bisa nafas," ucap Lionel dengan bahasa khasnya.

Nadia menoleh kearahnya. Matanya berkaca-kaca begitu melihat wajah sang papa yang sudah lama tidak ia temui.

"Papa..."ucap Nadia dengan lirih. Tidak ada yang mendengar ucapannya. Apalagi Bella menangis dengan keras.

Namun entah bagaimana Lionel tiba-tiba menitikkan air mata. Seperti Nadia yang rindu dengan papanya, begitupun dengan Lionel yang rindu dengan putrinya.

Apalagi wajah Nadia yang sama persis dengan wajah Aurora. Dia juga tidak menyangka jika Nadia mempunyai keahlian yang tidak pernah ia tebak sebelumnya.

Lionel lah yang menyelamatkan Nadia. Dia juga sudah membunuh keempat mafia yang menyerang Nadia.

Akhirnya Bella melepas pelukannya. Dia menghapus air mata yang mengalir diwajahnya.

"Maaf sayang."

"Apa ini istri Anda?" tanya Nadia pada Lionel. Dia menggunakan bahasa yang Lionel pahami.

"Bukan!" jawab Bella dan Lionel serempak. Namun tiba-tiba Lionel menatap Nadia dengan pandangan menyelidik.

"Bagaimana kamu bisa menggunakan bahasa ini?" tanya Lionel dengan dada bergetar. Karena yang ia tahu Nadia hanya mempelajari satu bahasa asing yang tak lain bahasa inggris.

Secara tak langsung Nadia mengungkap identitasnya sebagai Aurora.

"Tentu saja belajar," jawab Nadia dengan santai.

"Tapi_"

"Nanti aku akan jawab. Kalau dia bukan istri papa, kenapa dia bilang ibu aku?" tanya Nadia bingung.

Nadia sepertinya melupakan jatidirinya saat ini. Dia masih menganggap jika dirinya Aurora.

Bukan hanya Lionel saja yang tercengang mendengar penuturan Nadia. Namun Bella pun sampai terpaku ditempat.

"Aurora..." panggil Lionel dengan suara tercekat.

Deg!

Sepertinya Nadia mulai menyadari kesalahannya. Namun dia tidak berniat untuk menyembunyikannya.

"Papa masih mengingatku?"

"Kamu...bukankah... Bagaimana bisa?"

Lionel bingung dengan apa yang ingin is ucapkan. Bagaimana bisa putri yang ia ketahui sudah meninggal malah ada didepannya. Mungkinkah yang meninggal itu Nadia?

Bagaimana bisa?

Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak Lionel maupun Bella. Untung saja tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Didepan ruang rawatan pun ada dua orang yang berjaga.

"Kamu Nadia atau Aurora?" tanya Bella dengan suara bergetar.

"Jelaskan dulu siapa anda sebenarnya?"

Bella pun melepas topeng yang menyembunyikan wajah aslinya. Akhirnya Nadia pun bernafas lega. Ia kira wanita itu istri papanya. Padahal ia sudah berharap papanya menikah dengan Eun He.

"Kamu mengenalku, Sayang?" tanya Bella dengan lembut. Nadia mengangguk.

"Kenapa Anda bisa ada disini?"

"Ceritanya panjang Sayang."

"Anda tidak perlu khawatir. Saya punya banyak waktu untuk mendengar semua cerita Anda," Jawa Nadia datar.

"Baiklah. Sebenarnya...."

1
Yanuaria Hoar
Biasa
Yanuaria Hoar
Kecewa
Yulidar Yuli
Luar biasa
Marzuki
jw
Marzuki
7
Syifa
aku suka ceritanya keren pokonya the best
Marzuki
7
Marzuki
01
Charles Bawengan
Luar biasa
Marzuki
s
Marzuki
6
gibrow mamahe
Wahyu...bukan Ferguso.... auto ngakak.... /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Marzuki
r
siti Hasanah
Luar biasa
Marzuki
4
Nurul Aini
Luar biasa
Halimatussa'diyah 04
banyk bgt typo nya
hitijahubessyjeane 01
Luar biasa
FloraS
👍
flora stephanus
👍❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!