Casey Valencia, seorang gadis biasa yang terjebak cinta masa lalunya. Gagal move on dengan segala pesona Bian yang di atas rata-rata. Masih menggenggam cinta yang sama menjadikannya jomblo abadi dan selalu dibully teman-temannya. Mencoba berbagai cara untuk mencari pria yang dicintai, agar bisa bertemu kembali adalah hal mustahil yang selalu dia impikan.
Namun, tragedi di sebuah bar menjadikannya pengantin dadakan. Menikah dengan orang yang tidak dia kenali, bahkan teramat dia benci karena merenggut apa yang memang dijaganya. Dan Casey selalu merasa tidak asing dengan sosok pria itu.
Mungkinkah cinta sesaatnya akan menjadi selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rigum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BCS – Kesempatan Niken
“Kondisi paman Farrel memburuk!”
Bian bangkit dari posisinya, mengabaikan Casey yang terjatuh pada bantalan di bawahnya.
“Bagaimana bisa?” tanya Bian
“Paman Anton masih mencari penyebabnya, sekarang Paman dibawa ke rumah sakit. Cepatlah kemari sebelum bibi tua itu tiba lebih dulu!” ujar Alex
“Dimana kau?”
“Bandara, aku bahkan sudah membelikan tiket pulang untuk kalian. Tinggalkan saja bawaan kalian, biarkan Maya yang membereskan sisanya.” Ujar Alex menutup telepon secara sepihak.
“Sial!”
Casey menggosok kepalanya perlahan, beradu dengan bantalan ranjang membuat benjolan di belakang kepalanya terlihat.
“Sayang kau..” kalimat Bian terhenti mendapati wajah cemberut Casey
“Dasar Bodoh!” umpat Casey menuruni ranjang dan menarik kasar selimutnya.
“Sayang maafkan aku. Aku hanya terkejut sampai tidak sengaja menjatuhkan kepalamu.” Ujar Bian berusaha meraih kembali istrinya
“Sudahlah! Lupakan saja!” ujar Casey memutari ranjang untuk masuk ke dalam kamar mandi
Bian bergegas sampai melupakan sesuatu.
“Aaaaaaaaa…” teriak Casey berjongkok dan menutupi wajahnya dengan selimut.
“Kenapa.. “ Bian melongok ke bawah lalu tersenyum jahil.
“Bukankah kau sudah pernah melihatnya Casey, kenapa masih terkejut begitu?”
“Dasar Gila!” olok Casey berlari masuk ke dalam kamar mandi tanpa melepaskan selimutnya.
Bian tergelak, seolah lupa dengan kondisi sang papa yang tidak dalam keadaan baik. Bian memakai kembali celananya lalu menelepon Maya untuk membereskan barang-barangnya dan mempersiapkan Casey.
Ponselnya kembali berdering, saat nama Niken muncul di layarnya. Bian berniat mengabaikannya, namun panggilan itu terus saja berbunyi. Dengan sangat terpaksa, Bian mengangkatnya.
“Apa lagi sekarang?” tanya Bian
“Aku menunggumu di bawah. Mari pulang bersama dengan jet pribadi papamu.” Tukas Niken
“Tidak akan pernah!”
“Jika kau tidak datang, kau bisa terlambat Bian. Apapun bisa terjadi disaat terdesak seperti ini kan?” balas Niken
Bian terdiam, mengepalkan kedua tangannya dengan gigi bergemulutuk.
“Turuti saja mauku Bian, maka akan ku biarkan kau dan papa kesayanganmu hidup dengan tenang.”
Niken mematikan teleponnya.
“Arrrgh..” teriak Bian frustasi
Bel pintu berbunyi beberapa kali. Bian bergegas membukanya saat mendapati Maya lah yang datang.
“Masuklah Maya. Aku harus bersiap kembali bersama wanita sihir itu!” ujar Bian kembali masuk ke dalam kamarnya untuk berganti pakaian. Melupakan mandi dan membiarkan tubuhnya yang lengket membawanya pergi.
“Saya mendengar sesuatu tuan!” tukas Maya
Bian menoleh sesaat sambil membenahi posisi dasinya.
“Tuan Tommy tampak tengah menghubungi seseorang dengan terburu-buru. Saya khawatir ini menyangkut anda atau Nona.” Ujar Maya
“Apa yang dia katakan?”
“Kita harus cepat, jangan sampai terlambat. Ini kesempatan yang bagus. Hanya itu yang saya dengar Tuan.”
Bian menghela napasnya kasar. Baru saja menikmati moment pengantin baru, sudah ditimpa masalah sebanyak ini.
“Jaga Casey untukku. Sampaikan pada Dika dan Alex, antarkan istriku ke apartemen. Jangan biarkan dia sendirian sampai aku kembali. Oh iya, katakan juga pada Casey. Aku pulang bersama nenek lampir itu.”
Pesan terakhir Bian sebelum meninggalkan ruangan.
Casey terdiam di balik pintu kamar. Mendengarkan semuanya dengan seksama. Tubuhnya mendadak kaku. “Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa dia terus saja pergi tanpa alasan yang pasti? Apa ada masalah besar yang terjadi?” terka Casey
Sebentar kemudian tubuhnya gemetar, luruh ke lantai hingga menimbulkan suara BUG yang begitu keras. Maya tergopoh menghampiri nonanya. Dengan cepat mendorong pintu ke arah belakang.
“Aw!” keluh Casey ketika jidatnya terantuk pintu
“Maafkan saya nona. Mari saya bantu berdiri.” Ujar Maya mengangkat tubuh Casey untuk duduk kembali di ranjang.
“Nona tidak apa-apa?” tanya Maya
“Aku hanya… Maya apa yang terjadi?” tanya Casey
“Kondisi Tuan Farrel memburuk nona. Tuan Bian bersama dengan Nyonya Niken pulang lebih dulu. Saya diminta menemani anda.” Terang Maya
“Siapa Niken?” tanya Casey
“Ibu tiri Tuan, Nona.” Terang Maya
“Lalu, kenapa Bian memanggilnya dengan sebutan nenek lampir?” tanya Casey
“Ceritanya Panjang nona. Saya akan memberitahu pada anda saat di pesawat nanti. Sekarang, mari saya bantu bersiap. Waktu kita tidak banyak nona.” Terang Maya
Casey menghela napasnya, meski sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada suaminya. Casey memilih menuruti apa yang Maya katakan.
Aura kemarahan tampak di wajah Bian. Kaki jenjangnya melangkah melewati para pengawal Niken yang bertugas menjaga pintu. Niken menyambutnya dengan tangan terbuka. Tanpa banyak bicara, Bian masuk ke dalam limosin untuk menuju tempat jet pribadi papanya mendarat.
“Kau bahkan masuk tanpa menyapaku lebih dulu. Baiklah biarkan aku yang menyapamu. Mari pulang anakku!” tukas Niken mendudukkan diri di hadapan Bian.
Bian memalingkan wajahnya. Dalam hatinya merasa jengah dengan kepura-puraan yang selalu Niken suguhkan.
“Aku baru saja menjenguk papamu sebelum perjalanan kemari Bian, kondisinya baik- baik saja. Hanya dia belum bisa apapun. Masih sama dengan beberapa tahun lalu saat pertama mengalami kelumpuhan.” Niken memulai pembicaraan
Bian bergeming.
“Sejak itulah, F.H berada dalam kuasamu. Kau yang mengatur segalanya untuk papamu. Kau masih bersikeras mengobatinya sampai jutaan dollar kau keluarkan. Meskipun sebenarnya kau tahu kan, bahwa papamu nihil untuk disembuhkan.”
Bian masih mengabaikan ibunya.
“Sebenarnya aku kasihan padamu. Kau masih muda dan harus mengemban banyak tanggung jawab itu. Kau habiskan masa bersenang-senangmu hanya demi perusahaan. Apa kau tidak lelah?” tanya Niken dengan smirk di bibirnya
Bian terus melihat keluar jendela. Beranggapan tidak ada siapapun di hadapannya.
“Apalagi, kau sudah menikah. Dengan gadis liar tidak tahu malu itu! Ku dengar dia bahkan dibuang dari keluarganya sendiri!” ucapan Niken mulai memancing amarah Bian
Bian menatap tajam ibu tirinya.
“Namanya Casey Valencia kan? Dia juga dibesarkan oleh ibu dan saudara tirinya yang tinggal di Aarschot. Yang entah karena apa mereka membenci gadis malang itu. Apa mungkin karena sifat jal*ngnya itu?” sindir Niken
“Tutup mulutmu! Sekali lagi ku dengar kau mengatai istriku, maka aku akan…”
Pintu limosin terbuka, tampak Tommy membungkuk sebentar lalu mempersilahkan dua orang ini untuk keluar.
“Kita sudah sampai Tuan, Nyonya.” Ujar Tommy
Bian bergegas keluar, membenahi jasnya lalu berjalan lebih dulu memasuki jet pribadi ayahnya.
“Sudah ku duga. Anak muda ini sedang jatuh cinta, kau tahu harus berbuat apa kan?” bisik Niken
Tommy mengangguk.
“Bagus, pergilah!” titah Niken berjalan anggun memasuki jet.
Kalau up yang banyak dong kak jadi gak lama nunggunya /Grin/