Cinta Sang Berandal

“Al,” panggil Guntur.

Alya tidak menoleh, sengaja sibuk sendiri di ruang ganti lalu berpindah ke sofa dan menonton TV. Guntur mengikuti langkahnya, bahkan ikut menonton TV. Sambil mengusap kepala Alya yang masih merajuk, pria itu berusaha merayu istrinya.

“Al, jangan ngambek dong. Gue minta maaf.”

Alya bergeming.

“Sayang,” panggil Guntur lagi bahkan dia mengusap wajahnya karena kesal sendiri. “Ini sudah malam, ayo tidur,” ajak Guntur.

“Duluan aja, aku belum ngantuk.”

“Gue bisa buat lo ngantuk kok.”

“Nggak ada ya, aku masih halangan. Tidur aja dulu sama guling.”

“Kamu tega Al, masa gue tidur sama guling. Enaknya guling hidup, banyak yang bisa dipegang,” ujar Guntur lirih. Alya menoleh sambil memicingkan matanya, membuat nyali pria itu ciut. “Ya udah nggak apa, lo nonton lagi. Gue temenin.”

Awalnya Guntur duduk di samping Alya sambil merangkul pundak wanita itu. Karena tidak mendapat perhatian, akhirnya pangkuan Alya menjadi sandaran kepalanya.

“Ish, berat tahu,” keluh Alya.

“Masa sih, kepala doang berat? Biasa juga badan aku push up di atas kamu, nggak ada ngeluh.”

“Dasar mesum,” ujar Alya.

Guntur yang tadinya tidur terlentang bergeser menjadi berbaring miring dengan wajah dibenamkan pada perut Alya, bahkan sengaja menggesekkan hidungnya membuat wanita itu kegelian.

“Guntur,” pekik Alya.

“Apa sayang?”

“Ck, diam dong,” ujar Alya lalu menguap karena kantuknya datang.

Guntur beranjak duduk. “Nah itu udah ngantuk, tidur yuk,” ajak pria itu.

“Beneran tidur ya?"

“Nggak janji Al, berdua sama kamu suka terbersit ide yang aneh-aneh gitu.”

“Itu sih otak kamu aja yang aneh.”

Guntur merebut remote TV dari tangan Alya lalu mematikan TV dan menggendong tubuh wanita itu ala bridal style, membuat Alya memekik.

...***...

“Kok nggak berangkat?” tanya Alya karena Guntur tidak mengenakan seragam setelah membersihkan diri.

“Berangkat, tapi nggak pakai seragam. Dari sekolah mau ketemu Papi lagi,” jawab Guntur. “Kamu di rumah aja ya, kalau mau keluar kasih tahu aku dong dan ditemani bibi kek. Jangan sendirian, bikin khawatir aja,” keluh Guntur sambil memeluk Alya dari belakang.

“Lepas dong, aku mau ketemu Mami. Kemarin dia bilang mau ngobrol, paling bicarakan kamu,” ujar Alya.

Setelah sarapan, Guntur membiarkan Alya dengan Mami Anggi. Sedangkan dia sendiri pamit ke sekolah, seperti biasa untuk bertemu dengan sahabatnya. Namun, kali ini ada hal lain yang ingin dia lakukan. Mencari tahu siapa yang sudah membocorkan informasi dan memprovokasi istrinya.

“Wuih, udah ganteng aja,” puji Jati melihat kedatangan Guntur yang mengenakan pakaian casual di warung biasa mereka nongkrong. Letaknya berseberangan dengan sekolah.

“Lo lihat Refan?”

“Nggak,” jawab Kanta.

Guntur ikut duduk di salah satu kursi plastik.              

“Kenapa sih muka ditekuk begitu,” ejek Jati. “Nanti ganteng lo kalah sama gue.”

“Kemarin Alya ngambek, ada yang kasih tahu masalah tantangan dari Refan ke dia. Dia pikir gue masih dalam misi tantangan, pake nangis-nangis segala,” tutur Guntur pada Jati dan Kanta.

“Emang lo beneran pacaran sama Alya?” tanya Kanta.

“Bukan pacaran malah udah ….” Guntur menjeda kalimatnya.

“Udah apaan? Lo udah dapetin Alya?” tanya Jati lirih.

“Udahlah, Guntur gitu.”

“Eh dasar penjahat, Alya perempuan polos dikerjain juga,” tutur Jati.

“Sini lo berdua,” ujar Guntur membuat Jati dan Kanta mendekat. “Gue dan Alya sudah menikah.”

“Hahh,” pekik kedua sahabat Guntur. “Jangan bercanda lo?”

“Ck, dikasih taunya. Dasar aneh lo berdua.”

“Kok bisa lo berdua nikah?”

“Udahlah, itu mah udah lewat. Sekarang bantu gue, cari tahu siapa yang udah kasih tau Alya masalah tantangan dari Refan. Gue harus kasih perhitungan.”

“Refan nggak akan datang, semalam di arena balap dia berantem sama Mona terus pergi gitu,” tutur Kanta.

“Yang tahu masalah ini ‘kan Cuma, kita bertiga dan Refan. Paling bocor ke Mona dan ….”

“Mulut Mona nggak bisa dipercaya,” ujar Jati.

“Noh orangnya,” ucap Kanta melihat mobil berhenti di sisi jalan tepat di depan warung, lalu keluarlah Mona.

Ketiga pria itu hanya diam, ketika Mona sudah berdiri di dekat mereka.

“Kalian nggak lihat Refan?” tanya Mona.

“Nggak,” jawab Kanta.

“Guntur!” teriak salah satu teman Mona yang baru saja keluar dari mobil.

“Cabut yuk,” ajak Mona pada temannya.

“Nanti ah, gue mau sama Guntur dulu.”

“Ck, gue ke sini mau cari Refan,” ujar Mona.

“Eh Guntur, makin ganteng aja. Cocok deh kalau kita jadian.” Karena temannya sedang merayu Guntur, Mona membuka ponsel menghubungi Refan.

“Jadian jadi apa?” tanya Jati mewakili Guntur yang hanya diam.

“Jadi pacarlah masa jadi pesuruh lo. Kayak si cupu, disuruh-suruh mulu. Eh iya, cupu walaupun sudah berkamuflase jadi perempuan cantik, gue nggak kalah cantik ‘kan?”

Guntur menoleh, “Kok lo tahu Alya berubah jadi cantik? kapan ketemunya?”

“Kemarin di café.”

“Dasar beg0, ngapain bilang-bilang. Ayo pergi,” ajak Mona menarik tangan temannya.

“Keceplosan.”

“Tunggu! Jadi kalian yang Alya temui kemarin?” tanya Guntur dengan tatapan yang tidak biasa.

Mona dan temannya saling sikut, tahu kalau Guntur sedang marah. Jati dan Kanta hanya menggelengkan kepalanya.

“Urusannya apa dengan kalian, mau Alya jadi korban gue atau bukan? Mau Alya jadi cantik atau nggak?”

Kedua perempuan itu bahkan melangkah mundur karena Guntur merangsek maju sambil terus mencecar pertanyaan.

“Kalau kalian bukan perempuan atau lo bukan ceweknya Refan, udah gue minta Jati dan Kanta ngerjain kalian. Awas aja lo usik Alya lagi, lo berhadapan dengan Guntur Rakabuming,” ungkap Guntur sambil menepuk dadanya.

“Apa sih hebatnya Alya,” ujar Mona lirih.

“Jelas hebat, dia luar biasa nggak kayak kalian yang jauh dari biasa,” sahut Guntur. “Gue cabut, pastiin ini perempuan nggak berulah lagi,” titah Guntur pada Jati dan Kanta lalu menaiki motornya

“Hati-hati bro, biar Refan aja yang urus mereka.”

“Sekarang aja masih seneng, kalau udah bosan juga Alya dibuang,” ujar Mona.

“Lo salah, Guntur udah bucin sama Alya. jadi ucapan lo barusan nggak akan terjadi,” ujar Kanta.

Mona dan temannya saling tatap, tidak percaya kalau perempuan cupu yang biasa dia bully sudah berubah menjadi cinderella.