Menikah terlalu muda, dengan emosi yang belum stabil, Niken dan Raja akhirnya malah bercerai. Keduanya menikah saat kuliah, dan belum lulus sudah berpisah.
Waktu kemudian mempertemukan keduanya, di tempat dan situasi yang sangat jauh berbeda. Keduanya bekerja di satu perusahaan yang sama. Bagaimana kisah dan aksi kocak Raja dan Niken menyembunyikan fakta pada rekan kerja mereka, bahwa mereka pernah menikah? Saksikan keseruan kisah romantis komedi mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Honeymoon
Godaan Mantan, Bagian 32
Oleh Sept
"Sakit Rajaaaa!" Niken meringis. Raja terlalu bersemangat, sampai mendorong terlalu keras ke ranjang.
"Aduh ... Maaf, Sayang." Raja langsung melihat punggung Niken.
"Udah! Jangan pegang-pegang! Sakit!" omel Niken.
"Apa sesakit itu?" tanya Raja yang khawatir.
"Sakit lah. Masa aku bohong?" protes Niken. Dia merajuk, menatap kesal juga pada suaminya itu. Mengapa tidak sabaran sekali.
"Maaf ... Maaf. Aku gak sengaja. Aku terlalu bersemangat." Raja membela diri. Namun, alamat tidak dapat apapun siang ini. Karena wajah Niken sudah kesal.
"Sini! Aku pijit ya?" bujuk Raja.
"Gak usah!" jawab Niken sambil memegangi punggungnya.
Hufff...
Raja pun tidak mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan, itu berlangsung sampai menjelang malam.
Pukul 9, Niken sudah terlelap. Padahal ini malam pertama mereka. Kedua pundaknya ada koyo besar. Juga pinggang bagian atas. Sepertinya Niken tidak bercanda. Atau mungkin dia tadi terlalu keras mendorong Niken ke ranjang?
'Apa-apaan ini? Dia tidur duluan?' Raja bergumam sendiri. Terlihat stres karena burungnya minta masuk kandang.
"Sayang ... jangan tidur dong."
"Hemm, badanku sakit semuanya."
"Tapi ini malam pertama kita."
"Bukan, kita sudah melewatinya dulu."
"Itu lain cerita!" cetus Raja. Lama-lama dia gemas. Kemudian langsung menyentuh saja tubuh Niken. Eh, istrinya malah menepisnya.
"Sayang ... badan aku nyeri semuanya. Besok saja ya?"
Huff
Raja harus menunggu lagi dan lagi.
"Trus aku ngapain sekarang?"
"Tidur," jawab Niken lalu menarik selimut sampai menutupi wajahnya.
"Astaga!"
Tidak mau ditinggal tidur, Raja langsung menyelinap dalam selimut yang sama. Sampai selimut terlihat bergerak-gerak dari luar.
"Badan aku masih sakit," protes Niken.
"Iya, tidur saja. Kamu tidur saja, biar aku yang kerja."
"Sayang!!!!"
Suasana langsung hening. Hanya terdengar cecapan seperti balita yang sedang minum ASI.
Raja memang tidak mendapatkan tujuan utamanya, tapi masih ada hal lain yang bisa dia eksploitasi sesuka hati. Apapun yang ada dalam diri Niken, semuanya milik Raja.
Sampai akhirnya keduanya tertidur sambil berpelukan, dan pakaian Raja masih berserakan. Kamar pengantin memang berantakan, meskipun tidak ada perkelahian tadi malam. Raja tidur manis seperti bayi semalam. Dan bangun-bangun Niken sudah tidak ada dalam pelukannya.
"Ken ... Sayang," Raja mencari sang istri saat terbangun.
Sementara yang dicari sedang membantu mama Reni di dapur.
"Banyak sekali, Ma. Nanti malam kami kan berangkat," kata Niken. Ya, nanti malam mereka akan berangkat honeymoon. Rencananya mereka akan ke Paris, mengukir kisah di kota romantis.
"Sekalian kalian bawa."
"Ma ... ngapain bawa rendang, Mama?"
"Gak apa-apa, Raja suka kok."
"Ya ampun Mama. Kita mau honeymoon," kata Niken.
"Biar nanti dapat anak cowok. Banyak-banyak makan daging."
Niken hanya bisa pasrah. Honeymoon 10 hari sepertinya mereka akan makan rendang.
"Niken?" suara pria muncul.
Niken menoleh, suaminya sudah pakai kaos dan celana pendek.
"Ya."
"Pagi, Ma." Raja menyapa mama mertua.
"Paga, Raja. Sarapan sudah siap, ayo makan." Mama Reni sudah membawa beberapa piring untuk diletakkan di atas meja.
"Nanti, Ma. Masih kenyang."
"Iya, Ma. Nanti saja," tambah Niken.
"Ya sudah. Kalau mau makan, ambil saja. Anggap rumah sendiri. Rumah Niken ... Rumah kamu juga."
"Iya, Mama." Raja mengangguk paham.
Setelah itu, dia kedip-kedip pada Niken. Kode untuk Niken mendekat.
"Apa?" kata Niken.
"Ish." Raja mendesis. Niken tidak bisa diajak kerja sama.
Wanita itu malah sibuk di dapur, entah buat jus atau apa. Padahal, Raja maunya mesra-mesraan. Mungkin raja sedang puber lagi.
Ketika Niken masih sibuk di bawah sana, Raja pun kembali. Habis mandi, dia memilih menyalakan laptop. Daripada pusing mikirin malam pertama yang gak terlaksana terus, ia memilih memonitoring perusahaan lewat laptop di depannya.
Karena 10 hari ke depan, dia tidak akan di kantor. Sekalian nyicil untuk memeriksa beberapa berkas. Agar besok bisa full honeymoon tanpa ada sesuatu yang menganggu.
***
Tidak terasa, malam pun datang. Niken tidak diantar ke bandara oleh mama Reni. Hanya di rumah saja. Karena sudah malam. Niken kasihan kalau mamanya harus wara-wiri, nanti kecapekan.
Sedangkan Raja, dia harus bete sepanjang perjalanan. Niken malah ketiduran. Entah karena habis minum obat atau apa. Niken di waktu yang krusial seperti ini malah kelihatan loyo staminanya. Dan itu membuat Raja lesu.
Di dalam pesawat pun, sama seperti di mobil. Niken lebih banyak tidur daripada berbicara pada suaminya. Ia membiarkan Raja berbicara sendiri. Sedangkan dia ketiduran.
***
16 jam lebih, akhirnya pesawat mendarat sempurna. Mereka langsung ke hotel yang sudah dibooking sebelumnya.
Sambil menyindir dan mendorong koper, Raja menoleh. "Habis ini tidur lagi, ya."
Niken yang memang staminanya kurang oke, ia pun mengangguk polos. Hal itu membuat Raja tambah BT parah.
Tiba di kamar hotel, dengan view yang apik, menara Eiffel terlihat jelas dari balkon kamar hotel mereka. Niken excited, ia yang tadinya capek banget, seketika seperti mendapatkan energi entah dari mana.
"Aku suka tempat ini," kata Niken sambil menoleh melihat Raja yang mukanya masam.
"Sayang ... sini. Ini bagus banget."
"Hemmm." Raja kelihatan malas. Mungkin takut, ujung-ujungnya ditinggal tidur.
"Ya sudah, aku mandi dulu!" Niken bergegas ke kamar mandi.
Sedangkan Raja, wajahnya masih seperti cucian kusut yang menumpuk di pojokan laundry.
"Sayang! Gak ikut?" teriak Niken dari dalam kamar mandi.
Seketika, sinyal langsung terkoneksi. Raja tersenyum penuh arti, lalu masuk kamar mandi.
***
Pengantin baru itu kini duduk di satu kursi, Niken duduk di pangkuan suaminya, sambil menikmati keindahan kota Paris.
Keduanya masih pakai bathrobe, karena habis mandi bersama. Hanya mandi, karena Niken belum mau dimasukin. Mau dicoba, malah menjerit. Lagi-lagi Raja harus sabar.
Kini, Raja sedang mencoba berusaha lagi. Sambil memangku Niken, usaha jalan terus. Sesekali mengusap sesuatu yang bisa diusapnya.
"Sekarang ya ..."
"Sebentar, aku minum ini dulu."
"Jangan bohong ya."
"Ya ampun, siapa yang bohong. Lagian gak nyaman di kamar mandi tadi."
"Oke ... sekarang bagaimana?"
Niken terdiam, saat merasakan sesuatu yang keras naik ke permukaan.
"Sayang ..."
"Ya."
"Kamu apain sih. Aku rasa dulu tidak seperti ini," kata Niken yang agak takut.
Raja hanya tersenyum tipis, kemudian menurunkan lengan bathrobe yang dipakai Niken. Ia kecup bahu itu, kemudian mengusapnya lembut.
"Sudah tegang banget. Sekarang ya. Ayo masuk, tutup jendelanya."
Bisikkan Raja, mampu membuat Niken takluk. Sebab, pria itu berbisik sambil meniup tekuk lehernya. Ditambah jari Raja yang sudah berada di bawah sana.
Kali ini tidak ada adegan lempar melempar, Raja melakukannya dengan pelan, takut merusak momentum penting mereka. Dengan penuh kesabaran, dia bohong Niken, lalu dia sendiri duduk di tepi ranjang.
"Duduklah ...!" Raja langsung melepaskan bathrobe yang ia kenakan.
Dengan ragu, Niken melakukan hal yang sama. Membuang kain tang masih menutupi pemandangan yang indah tersebut. Pemandangan yang menyilaukan bagi Raja.
"Ayo sayang ... naik sini."
"Posisi seperti dulu saja," kata Niken yang keceplosan. Mengingat gaya apa saja yang pernah mereka lakukan dulu.
"Sudah biasa, sekarang yang lain." Raja tidak ada malu-malunya.
"Tapi."
Tidak sabar, pria itu langsung memegangi pinggang Niken.
Wanita itu jelas kaget, dia memegangi tangan Raja, tapi Raja malah bergerak dengan cepat.
"Sayang!"
Jleb
...
..
baru baca udah ngakak aja 😂😂