JUARA 3 EVENT LOMBA MENGUBAH TAKDIR S3.
Maghala terjebak dalam situasi tak menguntungkan akibat peristiwa yang dipicu olehnya. Dia terpaksa menyelamatkan banyak hal meski hatinya enggan.
Status sosial yang tinggi membuat sang mertua malu mempunyai menantu pedagang angkringan pinggir jalan sehingga memaksa Maghala berhenti berjualan. Fokus mengabdikan diri pada keluarga Cyra.
"Menantu benalu, pengangguran!" Kalimat cibiran keluarga Cyra, menjadi penghias keseharian Maghala.
Suatu siang, kala Maghala hendak membeli obat bagi sang istri, langkahnya dijegal seseorang, Hilmi sang tangan kanan Magenta grup, membawa misi dari Janu untuk meminta Ghala menjadi pewaris utama.
Banyak misi di emban Maghala, termasuk membantu Asha agar bangkit. Semua dikerjakan secara rahasia hingga membawa sang menantu babu, berada di pucuk pimpinan Magenta grup.
Siapakah sosok sang menantu? Bagaimana nasib rumah tangga mereka? Akankah Maghala membalas perlakuan terhina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Qiev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. JEBAKAN GHALA
Di tempat lainnya.
Hilmi dan team pengacara Maghala telah menunggu di sebuah ruang private lounge hotel ternama di Jakarta. Dia di temani Pierre yang menjadi asisten kepercayaan hari ini untuk menemui Adhisty.
Tak lama, wanita ayu itu tiba di lobby hotel dengan dua orang pria yang di duga sebagai kuasa hukum Cyra. Dia menghubungi Hilmi sehingga Pierre berdiri di luar ruangan agar Adhisty mengenalinya.
"Maaf lama. Tuan besar Hilmidar sudah siap?" tanya Adhisty saat mencapai ruangan, bola matanya bersinar kala Piere membuka pintu.
"Silakan, Nyonya," ujar Pierre, menundukkan kepala menyilakan Adhisty masuk.
Lelaki muda itu tak lantas membuka penyekat ruangan dimana Hilmi duduk. Sang asisten Janu yang berpura menjadi tuan besar kali ini dapat melihat Adhisty leluasa dari balik partisi.
Pierre membuka beberapa dokumen di atas meja untuk nyonya Cyra tanda tangani, pengacara pun saling memeriksa keabsahan semua berkas pengalihan aset pagi itu.
Adhisty mengangguk puas sebab team lawyer yang dia bawa memberi isyarat anggukan setelah sesi pemeriksaan. Salah satu pria itu lalu mundur ke belakang sang nyonya, memegang kamera untuk dokumentasi sedangkan lainnya, bersiap mengecek mutasi.
"Jangan takut tertipu, Nyonya Cyra. Semua sesuai prosedur dan di awasi OJK," kekeh Hilmi dari balik partisi.
Adhisty hanya tersenyum samar seraya melanjutkan proses pengalihan sumber daya yang dia punya.
"Silakan mulai cek mutasi," ujar Hilmi lagi, setelah Pierre memberi kode bahwa legalitas telah berlangsung 30% dan bertahap rampung.
Satu orang pengacara Adhisty mengecek mutasi hingga beberapa nominal berangsur mendekati sempurna.
"On proses, on proses," ucap pengacara yang masih membuka laptopnya.
Saat penandatanganan baru saja selesai, ketukan di pintu menjeda proses mereka meski Hilmi dan Adhisty tetap melanjutkan acara. Pierre membuka pintu ruangan.
Alka sangat terkejut manakala melihat sang mama tengah membungkuk di depan meja. Dia menarik bahu Adhisty paksa hingga tubuh wanita senja itu terhuyung.
"Ma!" sentak Alka, kasar menghempas agar Adhisty tak melanjutkan proses.
"Kau kalah!" balas Adhisty lagi, tatapannya tajam, menusuk sang putra sulung.
"Tuan Hilmi, apa maksudnya ini?" tanya Alka murka, dia meraih jas Pierre hingga pemuda itu sedikit sesak sebab lehernya tercekat oleh cekalan Alka.
Hilmi tetap tak keluar dari balik partisi. Alka pun menyergap paksa meski di halangi dua orang anak buahnya.
"Bisnis is bisnis, Tuan muda Alka. Penawaran yang Nyonya Adhisty berikan sungguh menggugah selera. Bukan hanya suguhan bonus ayam kota nan mulus, tapi selisih nominal pun lumayan untuk memelihara para gundik seperti milikmu itu," kekeh Hilmi, menyinggung sisi pribadi Alka di depan ibunya.
"Apa! gundik? kau main perempuan, Alka!" sentak sang mama, baru tahu kelakuan putranya.
"S-hii-ttt! omong kosong, Ma. Aku tidak punya wanita simpanan," bela Alka atas tuduhan Hilmi, matanya membola dengan rahang mengeras.
Plak. Adhisty melayangkan hadiah di pipi Alka.
"Ma!" Alka memandang nanar ibunya, sementara Adhisty memegang tangan yang terasa panas akibat benturan kulit tadi.
"Tuan Hilmidar, Anda menjebakku!" teriak Alka, gusar, dia memaksa menerobos ke balik partisi.
"Tidak ada jebak menjebak. Aku hanya mengikuti arus bisnis mana yang lebih menguntungkan, kau pun akan bersikap sama sepertiku bukan?" sindir Hilmi. Alka menawarkan harga lebih tinggi dari Adhisty.
Rencana Ghala menekan nyonya Cyra dengan imingan membeli saham serta kerjasama pengadaan material yang lebih murah, membuat Adhisty gamang.
Himi membeberkan keuntungan jika melepas saham pada Ghala di antaranya masih tetap memegang tampuk pimpinan dan menjamin kepercayaan para direksi akan tetap berpihak padanya. Dengan satu syarat, nominal lembar saham harus lebih rendah di bandingkan penawaran Alka.
Penggelontoran dana pinjaman Ghala beberkan melalui Hilmi untuk menarik minat Adhisty sehingga rencana mereka mulus hari ini. Wanita itu memilih menyerah sebab di desak waktu.
Namun, Adhisty tak tahu bahwa niatan Maghala mengenai pinjaman akan dilakukan kaji ulang apakah Cyra mampu membayar piutang dengan asset saat ini. Tujuan Ghala hanya menyelamatkan posisi Asha di masa depan, sebab jika Adhisty lengser, maka posisi pucuk pimpinan bisa di rebut orang lain dan Asha akan kehilangan kesempatan.
"Terima kasih kerjasama di antara kita, Nyonya. Silakan cek semua investasi kami," ucap Hilmi masih bertahan di balik partisi.
Alka kian gusar, berarti pengalihan saham miliknya baru saja selesai. Dia murka.
"Ma! aku gak terima. Mama tidak bisa seenaknya!" teriak Alka, putus asa. Dia meremat rambutnya hingga tatanan rapi itu kini berantakan.
"Kau lupa, perwalian masih ada padaku? surat wasiat papa menuliskan bahwa akan melimpahkan kekuasaan jika aku turun atau kau sudah cakap di usia tiga puluh tahun!" sergah Adhisty, tak kalah membola membalas tatapan tajam Alka. Dia lelah, ingin menyerah tapi belum sepenuhnya percaya pada Alka sehingga menangguhkan pemisahan harta warisan.
Alka menggeram. Rahangnya mengetat, dia tak mengira bahwa ibunya wanita licik penuh perhitungan.
Hilmi hanya menonton semua kisruh internal dari kursinya kini sembari merekam kejadian untuk sang tuan muda. Maghala memang cerdas, pengamatannya jeli. Jebakan keinginan sifat Adhisty berhasil dia pakai untuk menjerat pimpinan Cyra itu. Hilmi baru paham apa arti kalimat bertahan di dalam keluarga Cyra yaitu untuk mengenal karakter masing-masing penghuni. (clue di bab mengenali karakter Cyra)
Alka murka, dia membabi buta, mendorong Adhisty hingga ibunya membentur tembok lalu membanting vas bunga di sudut ruang. Dia di bodohi Hilmidar. Kini, Alka tanpa aset sedikitpun kecuali dana gelap yang dia gasak.
"Aargh! awas kau, Hilmidar!" geram Alka menunjuk ke arah Hilmi di balik tirai sebelum dia berlalu menendang pintu ruangan.
Setelah kepergian Alka, Adhisty di bantu oleh salah seorang pengacara untuk bangkit dan membetulkan busananya. Team lawyer yang dia bawa, mengangguk bahwa proses jual beli telah di rampungkan.
Adhisty lalu bertanya pada Hilmi. "Mengenai bantuan dana, bagaimana, Tuan Hilmidar? kapan akan dilakukan survey dan lainnya?" ucap Adhisty lagi. Kini, dia duduk di salah satu kursi.
"Ehm, nanti menunggu pimpinanku kembali, Nyonya."
"Maksudnya?" tanya Adhisty mulai curiga.
"Aku bekerja padanya. Dana tersebut adalah milik beliau. Tenang saja, pasti beres," balas Hilmidar, kekehan halus menyertai kalimatnya.
Seketika Adhisty lemas, dia pun seperti masuk dalam jebakan semu si pembeli saham. Hanya mendapat harapan kosong meski nama baik sebagai pimpinan terselamatkan berkatnya.
"Anda juga pasti akan berlaku demikian, mana ada orang investasi di perusahaan yang belum sepenuhnya aman dengan urusan cash flow. Menjual saham keluarga bukankah satu opsi akhir bagi keberlangsungan hirarki Anda? jika tak dalam situasi antara hidup dan mati, kurasa langkah ini tidak akan diambil bukan?" ungkap Hilmi, dengan nada santai, menohok Adhisty.
Ucapan Hilmi benar. Ini adalah langkah frontal sebab di desak waktu. Dia tak mungkin mengorbankan Asha sebab gadis itu sudah menderita. Naluri keibuan masih dia miliki meski secuil. Adhisty kini hanya duduk lemas, menghela nafas berat dengan kedua tangan menopang dagu.
Setidaknya nasib ribuan karyawan masih bisa di selamatkan untuk beberapa waktu ke depan. Entah kebijakan apa yang akan ditambahkan oleh pemegang saham baru nanti, mengingat bahwa Hilmidar mengisyaratkan semua ini bukan miliknya, sebab asset tersebut menduduki posisi kedua setelah Adhisty.
.
.
...____________________...
...Adhisty dan Alka...
magala itu aslinya orang arab ya...