NovelToon NovelToon
Takdir Kedua

Takdir Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Murid Genius / Teen School/College / Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / Putri asli/palsu
Popularitas:5.7k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Shinta Bagaskara terbangun kembali di masa lalu. Kali ini, ia tak lagi takut. Ia kembali untuk menuntut keadilan dan merebut semua yang pernah dirampas darinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Lagi Anak Desa

Pelayan rumah Bagaskara melempar begitu saja setumpuk pakaian dan perlengkapan mandi ke lantai, nadanya sinis.

“Ini baju dan perlengkapanmu. Nyonya suruh aku bawakan.”

Setelah bicara, ia bergumam sambil hendak pergi,

“Dasar sok jadi nona besar. Baru pulang sudah minta dilayani.”

Dari beberapa hari terakhir, jelas terlihat bahwa Laraswati dan Haryo Bagaskara memang tidak terlalu peduli pada Shinta. Apalagi Shinta berani menentang Haryo saat baru pulang tadi.

Pelayan kecil ini tipikal penakut pada yang kuat, arogan pada yang lemah. Tak heran ia berani melecehkan Shinta.

“Tunggu.”

Shinta berbalik, matanya menyipit, menatap tajam pelayan itu.

Hanya seorang pelayan kecil?

Di kehidupan sebelumnya, Shinta terbiasa menelan semua hinaan demi mendapat muka baik di hadapan Laraswati dan Haryo. Akibatnya, para pelayan pun tidak pernah menganggapnya sebagai putri Bagaskara. Apalagi, di balik semua ini jelas ada bisikan-bisikan Dira.

Tapi kali ini berbeda. Untuk orang-orang yang tidak penting seperti ini, Shinta tidak akan merendahkan diri.

Ia mendengus pelan.

“Kau siapa, berani bersikap begini pada majikan? Meski aku baru pulang dari desa, aku tetap darah Bagaskara. Masa kau, seorang pelayan rendahan, berani naik ke kepalaku? Katakan, kalau aku laporkan ke Haryo, kira-kira apa yang akan terjadi padamu?”

Aura dingin Shinta membuat udara seolah ikut membeku.

Pelayan itu langsung terpaku. Tatapan Shinta begitu menusuk, ucapannya berputar di kepalanya.

Ia memang benci Shinta—ah, paling juga cuma anak yang tidak dianggap. Apa haknya bisa sombong?

Namun saat pikiran itu muncul, wajahnya tiba-tiba menegang, darahnya serasa mengalir dingin. Bagaimanapun, Shinta tetaplah putri kandung tuan dan nyonya besar. Meskipun tak disayang, ia tetap jauh lebih tinggi kedudukannya dibanding seorang pelayan kecil seperti dirinya.

Kalau benar-benar sampai dilaporkan, ia bisa dipecat kapan saja.

Membayangkan itu, wajahnya pucat pasi. Ia buru-buru membungkuk, nadanya rendah penuh penyesalan.

“Nona, saya yang lancang. Maafkan saya, saya tidak akan berani lagi.”

Shinta melirik ke arah pintu. Isyaratnya jelas: keluar.

Pelayan itu langsung menghela napas lega, lalu kabur dengan tubuh gemetaran. Bahkan jalannya pun hampir tersandung-sandung.

Setelah ia pergi, Shinta tak sekalipun melihat baju dan barang-barang yang tadi dijatuhkan. Ia angkat dan langsung membuang semuanya ke tempat sampah.

Setelah membersihkan diri seadanya, Shinta naik ke ranjang.

Namun meski sudah berbaring, matanya tak juga terpejam. Ia kembali memikirkan semua kejadian hari ini. Rasanya seperti mimpi. Ia bukan tipe orang yang percaya hal gaib, tapi kesempatan hidup kedua yang benar-benar ia alami ini tak bisa dipungkiri.

Kali ini, ia bisa memperbaiki semua yang hilang.

Kakek Winarta…

Ia tidak akan lagi membiarkan siapa pun memutuskan hubungannya dengan keluarga Pramudya.

---

Keesokan paginya, Shinta sudah bangun lebih awal.

Dira berangkat sekolah lebih pagi, jadi ketika Shinta turun, hanya Haryo dan Laraswati yang sedang sarapan.

Shinta menarik kursi, duduk dengan tenang di meja.

“Shinta,” Haryo membuka mulut. “Besok aku akan urus kepindahanmu ke sekolah di sini. Kota Hastinapura berbeda dengan desa. Sistem pendidikannya lebih maju, anak-anak di sini pintar-pintar. Nilai terbaik di desa, sampai sini pun cuma jadi paling bawah. Apalagi nilaimu memang tidak bagus dari awal.”

Bagi Haryo, pada dasarnya ia tidak punya harapan apa pun pada Shinta. Anak yang tumbuh di desa bisa apa?

Untung saja mereka masih punya Dira. Sejak dulu selalu masuk sepuluh besar di sekolah, bahkan jadi murid Raden Wijaya dalam seni lukis. Itu cukup membuat Haryo bisa sedikit angkat kepala.

Shinta tidak menjawab. Dia hanya mengambil sepotong roti dan pelan-pelan mengunyahnya.

Laraswati juga tidak terlalu peduli.

“Aku sudah kenyang,” kata Shinta setelah makan beberapa potong roti, lalu berdiri dari kursinya.

Begitu melihat pakaian Shinta, Haryo langsung mengernyit. Ia menoleh pada Laraswati.

“Kau tidak menyiapkan pakaian untuk Shinta?”

Laraswati pun ikut mengerutkan dahi. “Aku sudah suruh pelayan mengantar, kok.”

Mata mereka berdua serentak mengarah ke Shinta.

Shinta menyipitkan mata, berpikir sebentar, lalu perlahan membuka mulut.

“Jelek.”

Semua pakaian itu dipilih oleh Dira. Ia sudah melihat foto Shinta sebelumnya, jadi sengaja memilih baju-baju yang kuno dan kebesaran.

Di kehidupan sebelumnya, Shinta terus-menerus diejek kampungan karena pakaian itu. Haryo dan Laraswati bahkan tidak berani mengakui Shinta sebagai anak mereka di depan orang lain.

Wajah Laraswati mengeras. Benar saja, Shinta sama sekali tidak seperti Dira yang manis dan pengertian.

“Shinta, kalau kau tidak suka, ya sudah. Pilih saja sendiri yang kau mau.”

Haryo mengeluarkan sebuah kartu bank dan menyodorkannya.

“Di dalam ada lima juta rupiah.”

Menurut Haryo, memberi Shinta lima juta sudah cukup sebagai bentuk tanggung jawab seorang ayah. Anak ini kan besar di desa, seumur hidupnya mana pernah pegang uang jajan sebanyak itu. Dia pasti akan sangat terharu.

Tapi Shinta tidak mengambilnya. Dia malah menatap ayahnya dengan senyum mengejek.

“Dira juga cuma dapat lima juta uang jajan?”

“Dua puluh juta,” jawab Haryo blak-blakan.

“Pak,” Shinta menekankan sebutan itu dengan nada berat. “Sebagai anak kandungmu sendiri, aku bahkan tidak sebanding dengan anak angkatmu?”

Itu pertama kalinya sejak dia kembali hidup lagi, Shinta memanggilnya “Ayah.”

Di kehidupan sebelumnya, dia sudah melunasi semua hutang darahnya pada mereka. Di kehidupan ini, dia tidak akan lagi menyerah atau berkompromi.

Apa yang seharusnya jadi miliknya, akan dia rebut kembali.

Belum sempat Haryo menjawab, Laraswati sudah melompat, “Shinta, bagaimana bisa kau membandingkan dirimu dengan Dira? Dia punya banyak teman, banyak kebutuhan. Kau baru pulang dari desa, memangnya butuh uang untuk apa?”

Shinta mengabaikan Laraswati. Tatapannya tetap tenang, tapi menusuk Haryo.

Senyum di wajah Haryo hampir pudar. Dipandangi seperti itu oleh Shinta membuatnya kikuk dan tidak nyaman.

Akhirnya ia mengalah. “Baik, aku yang salah. Mulai sekarang uang jajanmu sama seperti Dira.”

Tapi Shinta belum selesai.

“Selama delapan belas tahun terakhir, total berapa uang jajan yang sudah diterima Dira?”

“Shinta!” Wajah Laraswati langsung memerah padam. “Apa kau ingin merebut semua yang dimiliki Dira?”

Shinta terkekeh dingin.

“Kalau saja tidak ada salah tukar waktu itu, bukankah Dira yang akan jadi ‘anak desa’? Semua yang dia nikmati sekarang sebenarnya bukan miliknya. Jadi dari mana kata ‘merebut’ itu?”

1
Narina Chan
ayo lanjutkan kaka
Robiirta
ayo lanjut update yg banyak kaka
Robiirta
lanjutkan kaka
Na_dhyra
2 bab gak cukup beb...hihihi
Awkarina
update yang banyak kaka
Awkarina
mam to the pus🤣🤣🤣
Awkarina
jurusnya teh hijau nih👍👍👍
Awkarina
dia jijik woy😄😄😄
Awkarina
bisa gitu🤭
Awkarina
antagonis pro nih👍
Awkarina
ini dia yang marah🤣🤣🤣
Awkarina
mati aja lo😄😄😄
Awkarina
lah dia mupeng😄😄😄
Awkarina
ko saya pengen nabok y🤣🤣🤣
Awkarina
lanjutkan 👍👍👍👍
Awkarina
lanjutkan 😍😍😍😍
Awkarina
Mantap ceritanya lanjutkan sampai tamat ya thor, aku menunggu
Robiirta
👍👍👍👍👍 LAnjutkan💪💪💪💪
Robiirta
lanjutkan💪💪💪💪
Robiirta
😍😍😍😍😍😍😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!