Di kehidupannya dulu Arimbi Saraswati sungguh bodoh karena jatuh cinta pada Reza yang ternyata adalah kekasih Amanda dan Arimbi tidak mau menuruti permintaan orang tuanya untuk menikahi Emir dan dia memutuskan untuk tetap bersama Reza. Malangnya, mereka malah tertimpa musibah dan kemalangan berturut-turut. Reza berselingkuh dengan Amanda hingga hamil dan mereka membunuh anak perempuan Arimbi. Amanda juga membunuh kedua orangtua Arimbi dan merebut perusahaan beserta semua kekayaan mereka, membiarkan Arimbi mati.
Tapi Tuhan masih memberinya kesempatan untuk mengubah takdirnya. Setelah diberi kesempatan untuk hidup kembali, dia memulai hidupnya kembali ke masa-masa sebelum dia menikahi Reza, Arimbi merobek bajunya dan menggigit Emir dan mengatakan bahwa dia miliknya. Jadi sekarang mereka harus menikah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meta Janush, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32. MULAI MERASA WAS-WAS
Setelah dia melihat Amanda dengan seksama, dia bisa melihat pipinya yang merah dan memar, Reza merasa khawatir dan bertanya, “Amanda, apa yang terjado pada pipimu? Kenapa bengkak dan merah begitu? Apa kamu habis ditampar orang? Katakan padaku siapa yang menamparmu.”
Kebahagiaan yang dirasakan Amanda setelah mendapatkan buket bunga pun hilang seketika dan meletakkan buket bunga diatas meja. “Ini perbuatan dari calon tunanganmu itu!” keluhnya.
“Arimbi? Bagaimana bisa dia memukulmu sampai bengka begitu? Aku akan membalasnya untukmu!”
“Iya Reza! Kamu harus membalasnya lebih keras dari apa yang sudah dia lakukan padaku!”
“Baiklah, sayang. Akan kubalaskan. Tapi, kenapa kamu tidak menghindari?” tanya Reza dengan suara lembutnya dan menatap Amanda dengan tatapan penuh kasih sayang.
“Kalau aku mnghindar, ayah tidak akan melihatnya! Dan ayah tidak akan membelaku!”
Reza merasa kesal mendengar penuturan Amanda, “Kamu tidak perlu melukai dirimu sendiri untuk itu. Tuan Rafaldi selalu mencintaimu meskipun kamu bukanlah anak kandungnya. Sikapnya padamu tidak akan pernah berubah, percayalah!”
Kilat jahat dan licik muncul dimata Amanda, “Sebelum aku mendapatkan semua saham Rafaldi Group dan menguasai semua harta mereka, aku harus berjaga-jaga dan selalu bersikap baik dihadapan mereka! Aku tidak mau situasi berubah menyerangku!” ujarnya.
Meskipun Yadid Rafaldi mempercayai Amanda tapi Arimbi lah anak kandung mereka dan putri keluarga Rafaldi yang sebenarnya dan kenyataan ini sudah menjadi duri didalam daging yang melukai hati Amanda. Keluarga Rafaldi awalnya sudah menjadi miliknya seutuhnya namun semua usahanya selama ini ternyata hanya untuk membuat hidup Arimbi lebih baik. Kembalinya si putri kandung pun membuat peluang Amanda untuk menjadi pewaris, hilang!
“Aku sengaja memintamu datang menemuiku karena aku ingin kamu menyelidiki apa yang terjadi saat Arimbi pergi ke kediaman keluarga Serkan untuk menyayat pergelangan tangannya dan menolak pernikahan dengan Emir! Entah mengapa aku merasa ada yang janggal dengan sikapnya Arimbi!”
Setelah mendengar ucapan Amanda, pria itupun teringat saat bertemu dengan Arimbi di Monivong Boulevard dan ekspresinya seketika itu langsung berubah.
“Aku bertemu dengan Arimbi di Monivong Boulevard hari ini, dia membeli pakaian pria di butik baju pria. Awalnya kukira dia membelinya untukku tapi dia bilang dia membelinya untuk Tuan Emir!”
“Kenapa? Apa kamu cemburu karena dia tidak membelikan pakaian untukmu?” tanya Amanda merasa cemburu dan kesal saat mendengar ucapan kekasihnya itu.
“Apa maksudmu bicara begitu Amanda? Untuk apa aku cmeburu? Aku hanya tidak tahu kenapa dia membeli baju untuk Tuan Emir!” jawab Reza mengeryitkan dahinya. Reza meraih tangan Amanda dan dengan lembut berkata, “Kamu adalah satu-satunya wanita dihatiku! Aku sangat mencintaimu!”
“Bagaimana aku tahu kamu bicara jujur atau bohong?” ujar Amanda melepaskan tangannya.
“Bagaimana kalau aku membuka dadaku dan periksalah hatiku?” ujar Reza menggombal.
“Tidak perlu! Aku hanya becanda. Kita sudah mengenal satu sama lain sangat lama, aku mempercayaimu. Lagipula kita tidak bisa membiarkan Arimbi mendapatkan perlindungan dari Tuan Emir! Kamu paham kan Reza?”
Reza mengangguk dan berkata, “Tunggulah sampai aku menyelidikinya dan setelah itu baru kita bicarakan lagi nanti. Tenang saja, untuk apa orang tidak berguna seperti Arimbi mendapatkan perlindungan Tuan Emir? Kamu sendiri tahu kan kalau Tuan Emir itu seperti apa? Bahkan Michele saja tidak bisa mendapat perlindungannya? Bagaimana bisa Arimbi mengalahkan orang seperti Michele? Mungkin kita terlalu jauh berpikir!” kata Reza berusaha menenangkan Amanda.
Setelah Amanda memikirkan ucapan Reza, dia mengangguk setuju. Arimbi hidup di pedesaaan dan mana mungkin Emir akan melindungi wanita seperti Arimbi kecuali Emir buta! Apa yang dia lihat hari ini pasti khayalan saja, pasti Emir pura-pura baik pada Arimbi dihadapan mereka tadi saat dirumah.
Benar! Pasti semua itu hanyalah khayalan belaka! Mungkin Emir ingin bermain-main dengan Arimbi tapi dia tidak ingin ada seorangpun yang membantu Arimbi, Bisa saja Emir ingin agar Arimbi terisolasi, mungkin itu alasan kenapa dia bilang bahwa dia akan mengurus Arimbi.
...********...
Sementara itu dikediaman Emir, setelah Arimbi kembali ke kamar pembantu, dia melihat diatas meja ada empat jenis makanan, satu mangkuk sup dan dua bungkus es. Saat dia mendekati meja itu, dia melihat selembar kertas dengan pesan singkat, ‘Makan semua makanan itu dan pakai es untuk mengompres wajahmu.’
Ini sudah pasti pesan dari Emir. Bagaimana bisa dia mengira Emir adalah orang yang dingin dan tidak berperasaan? Jika pria itu selalu memberi perhatian kecil padanya? Arimbi duduk dikursi dan sambil mengomeli suaminya didalam hati, dia mulai menyantap makanannya yang masih hangat. Emir memang terlihat kejam tapi dia baik, dia bersikap dingin pada orang lain padahal didalam hatinya sangat hangat.
Selain tidak bisa makan makanan pedas, Arimbi bisa memakan makanan apapun ditambah lagi semua koki di kediaman Serkan sangat handal jadi dia pasti menghabiskan makanannya cepat. Bukan karena dia rakus tapi porsi makanan itu memang pas untuknya. Setelah menghabiskan makanannya, suasana hati Arimbi menjadi jauh lebih baik dan dia mengambil pack es itu untuk mengompres memar dipipinya.
Tok tok tok
“Siapa?”
“Nyonya Arimbi! Aku datang untuk membersihkan piring-piring.”
“Oh, masuk saja pintunya tidak dikunci!”
Pintu kamar terbuka dan seorang pengawal masuk, dengan sikap sopan dia menyapa Arimbi lalu membersihkan piring-piring. Pengawal itupun mengambil meja kecil itu lalu pergi. Setelah pengawal itu pergi, masih ada satu pengawal lain lagi yang masuk membawa piring berisi buah dan meletakkannya di atas nakas. “Nyonya Arimbi, ini buah sebagai penutup makan anda.”
“Terimakasih,” jawab Arimbi dengan sopan.
Pengawal itu terkejut mendapat balasan dari Arimbi. “Ini adalah tugas saya. Nyonya tidak perlu berteriakasih, Nyonya Arimbi.”
Setelah meletakkan piring, pengawal itupun pergi. Arimbi senang sekali mendapat perlakuan baik.
Arimbi kembali mengingat-ingat, bahkan setelah kembali ke keluarganya dan tinggal disana selama satu tahun tapi apa yang dirasakannya di kediaman Serkan sangatlah berbeda dengan perlakuan yang didapatnya dirumahnya sendiri, di kediaman Rafaldi!
Pantas saja banyak wanita sangat ingin menikahi Emir, karena akan diperlakukan baik dan mempunyai hidup mewah! Setelah dia selesai mengompres pipinya dan memarnya pun hilang. Arimbi mulai merasa mengantuk dan sudah tidak sanggup membuka matanya lagi. Akhirnya dia meletakkan pack es itu di atas nakas dan tertidur tanpa memakan buahnya.
Saat Arimbi terbangun, matahari sudah terbenam, sudah menjadi kebiasaannya untuk meraih ponselnya diatas nakas tapi dia malah menyentuh sesuatu yang lain. Rasanya cukup keras dan hangat dan diselimuti dengan kain. Eh, apa ini?
Arimbi menoleh dan hal pertama yangdilihatnya adalah wajah Emir. Matanya yang gelap itu terbuka lebar dan sedang menatapnya.
Saat Arimbi masih belum sadar dari keterkejutannya, bibir Emir yang seksi itu terbuka dan bertanya, “Sudah puas kamu menyentuhku? Apa mau menyentuh yang lain?”
“Eh?” Arimbi cepaat-cepat menarik tangannya yang tadi meraba-raba dada Emir. Dia paun langsung duduk dan refleks menarik selimtunya menutupi tubuhnya. Tetapi, dia teringat sesuatu lalu memeriksa tubuhnya yang masih mengenakan pakaian yang sama dan terlihat masih rapi. Arimbi pun menghela napas lega.