Bagaimana rasanya menjalani pernikahan tanpa adanya cinta? Hana terpaksa menerima tawaran seseorang untuk menjadi istri dari anaknya karena hutang-hutang sang Ayah. Reputasinya sebagai model hancur karena Ibu dan adik tirinya.
Belum lagi ketidak perawanannya yang menjadi duri tajam yang terus menerus diungkit Kenaan Atharis, suami arogan yang selalu berlaku sesuka hatinya.
Disaat Hana berharap menikah adalah jalan lepas dari derita, Kenaan justru menganggapnya bak kertas kotor yang pantas dibuang.
Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Percakapan ibu dan anak
Hana membantu bibi menyiapkan makan malam. Mulai dari menata lauk, sayur di meja juga mengupas buah yang akan dijadikan pencuci mulut malam itu. Namun, hingga jam makan malam tiba, Marry masih belum menampakkan diri keluar kamar.
"Bi, bisa tolong panggil Mama? Aku mau ke atas panggil Kenaan," pinta Hana setelah dirasa semuanya siap.
"Baik, Non."
Hana menaiki tangga ke lantai atas, sedangkan bibi menuju kamar sang Mama yang terletak di lantai bawah. Ada tiga kamar di lantai atas, tapi entah kenapa sang Mama justru memilih menempati kamar yang berada di lantai bawah. Andai kamar sang Mama berada di atas mungkin Hana sendiri yang akan mengetuk kamar Marry lalu mengajak mertuanya turun.
"Ayo turun, makan malam udah siap!" ajak Hana.
Kenaan mengangguk, ia mengekor Hana menuruni tangga. Tampak bibi berada disana sudah menunggu seolah ingin menyampaikan sesuatu.
"Mama mana, Bi?" tanya Hana.
"Nyonya sedang tidak enak badan, Non! Tuan, lebih baik makan malam dulu. Saya akan membawa makan malam untuk Nyonya ke kamar nanti," ujar Bibi.
"Hah? Tapi tadi Mama baik-baik saja, kita sempet ngobrol sore tadi." Hana merasa aneh, lalu ia menatap Kenaan.
"Kita lihat Mama dulu, yuk?" ajak Hana.
"Dahlah, kita makan. Paling Mama cuma nggak enak badan, kecapekan. Tau sendiri kan beberapa hari ini aku nggak ngurusin urusan kantor. Jadi sayang, Mama mungkin capek lebih baik kita gak usah ganggu istirahat Mama."
Hana mengangguk, ia pun mengambilkan Kenaan makan. Melihat Hana seperti itu hati Kenaan sungguh senang.
"Makasih, ya sayang!"
"Iya, yaudah ayo makan."
Bibi kembali ke dapur dengan perasaan sumringah melihat Tuannya dan sang istri harmonis meski sempat cekcok bahkan sang Nona muda pergi melarikan diri keluar kota. Namun, wanita paruh baya itu juga sangat khawatir dengan kesehatan sang Nyonya yang akhir-akhir ini menurun.
Selesai makan malam, Hana membereskan meja makan dibantu Kenaan. Awalnya, bibi melarang karena itu bukanlah tugas nona mudanya, akan tetapi Hana bersikukuh membereskan semuanya. Hana hanya minta agar bibi menyiapkan makan malam untuk sang mama.
Kenaan pun masuk ke ruang kerjanya. Setengah jam kemudian, Hana menyusul dengan secangkir kopi di tangan.
"Ken, tadi aku ada ngobrol sama Mama..."
"Hm, terus? Mama bilang apa?" tanya Kenaan masih fokus pada laptopnya. Karena saat ini ia sedang mengecek beberapa e-mail dari Marvin.
Hana pun menceritakan semuanya pada Kenaan.
Kenaan tak terkejut akan tetapi ia langsung bangkit dari kursinya, "kamu tidur duluan, aku ada perlu sama mama."
Kenaan mengusap lembut kepala Hana. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Hana di ruang kerja.
Menyadari ada sesuatu yang disembunyikan, Hana pun ikut pergi, ia melihat Kenaan memasuki kamar sang Mama. Namun, untuk ikut kesana bukan hal yang mungkin bagi Hana, ia memilih naik ke lantai atas dan masuk ke dalam kamar lebih dulu.
"Ma," panggil Kenaan.
Marry rupanya tengah menghubungi Aiden. Di tatapnya koper yang tenggorok di atas ranjang membuat Kenaan memicingkan mata.
"Mama mau pergi?" tanya Kenaan.
"Mama harus pergi, Ken! Jadi, turuti permintaan kecil Mama, meski kecil kemungkinan Hana hamil kamu harus mengupayakannya!" ujar Marry.
"I know, Ma. Tapi, aku nggak bisa maksa Hana. Mama tahu kan? Hana bukan hanya kehilangan janinnya? Tapi ia juga memiliki trauma karenaku, karena sikap kurang ajarku kemarin-kemarin!"
"Mama tahu, Ken! Mama juga akan usaha," ujar Marry menerawang.
Ia memang sangat mencintai mendiang suami, tapi cinta itu ia biarkan tersimpan rapi di hatinya. Menyerahi takdir? Sekalipun penyakitnya lumayan parah, Marry akan berusaha mengupayakan pengobatan terbaik agar tetap bisa mendampingi sang putra bahkan cucu-cucunya nanti.
"Mama pasti bisa, aku akan selalu mendoakan Mama. Mama punya aku dan Hana jadi Mama harus semangat," ujar Kenaan.
"Berbulan madulah, saat Mama kembali dari Singapura. Mama harap akan mendengar kabar baik dari kalian," ujar Marry.
"Ma, pelan-pelan ya? Asalkan penyakit Mama sembuh, bukan hanya cucu-cucu lucu yang akan aku berikan tapi juga cicit." Kenaan mengusap lembut bahu mamanya.
Si pria arrogan itu sudah berubah berhati hello kitty semenjak kehilangan istri dan calon anaknya. Cukup sekali bagi Kenaan melakukan kebodohan, selanjutnya ia akan berusaha menjadi laki-laki terbaik untuk dua perempuan tersayangnya.
Dulu, karena kearroganannya sering kali membuat Marry marah dan terus mengomel. Terlebih sang anak memiliki kebiasaan buruk mengencani para wanita hingga membuatnya tak habis fikir. Kehabisan akal hingga terbesit ide menjodohkan Kenaan dengan anak teman sosialitanya. Namun, Marry bukan tipe orang yang selalu asal dalam bertindak. Marry menyelidiki semua rekam jejak kehidupan Hana, wanita yang sempat ditawarkan Mira saat arisan sosialita. Bukan tanpa alasan, Mira melakukannya juga karena ingin Hana mendapat pasangan laki-laki kaya.
"Aiden akan ikut Mama pergi," ujar Marry karena laki-laki itu adalah orang kepercayaannya.
"Iya, Ma."
"Besok pagi, Mama berangkat! Lusa Mama pemeriksaan menyeluruh, jika semua baik operasi bisa segera dilakukan."
"Apa aku dan Hana ikut Mama saja?"
"Jangan, Hana kan nggak tau apapun! Jangan membebani pikirannya dengan penyakit ginjal Mama yang gak seberapa."
"Aku sayang Mama!" ujar Kenaan tiba-tiba memeluk Marry. Kenaan menyesali semua tingkah lakunya hingga tidak peka bahwa selama ini sang Mama menyembunyikan sakitnya seorang diri.
"Istirahat sana. Mama cukup senang, kamu sudah berubah. Sudah lebih bisa bertanggung jawab pada diri sendiri dan istrimu!" Marry tersenyum. Kenaan mengangguk, ia mencium pipi Marry sekilas.
"Selamat istirahat, Ma!" ujarnya sebelum benar- benar pergi.
Kenaan masuk ke dalam kamar, rupanya sang istri sudah terlelap lebih dulu. Ditemani kegundahan hatinya, Kenaan akhirnya ikut terlelap dengan tangan memeluk pinggang sang istri.
***
Pagi seperti yang dikatakan, Marry pamit ke luar negeri. Hal itu memancing tanda tanya besar di kepala Hana. Namun, jawaban Kenaan kembali membuatnya ragu. Kenaan bilang, sang Mama keluar negeri untuk jalan-jalan, akan tetapi melihat wajah pucat Marry, Hana menjadi sedikit curiga.
Beberapa hari kemudian, Kenaan disibukkan oleh urusan kantor sementara Hana mengisi hari-harinya dengan menjadi konten kreator di beberapa aplikasi. Memang tak mudah, tapi sebagai mantan model yang pernah bersinar Hana berharap namanya akan kembali dikenal banyak orang.
"Ken? Astaga, kamu beliin aku ini?" tanya Hana tak percaya.
"Hm, bagus kan?" tanya Kenaan.
"Bagus, kok kamu tahu seleraku?" tanya Hana.
Kenaan hanya meringis, ia tak mungkin berkata jujur jikalau telah mendatangi apartemen Hana demi melihat beberapa koleksi baju sang istri yang masih tersimpan rapi disana.
BETUL KATA LO, LO HRS JGA PRASAAN KENAAN, JGN SMPE KENAAN YG SDH MULAI JDI BAIK, KMBALI JDI IBLIS KEJAM.. DN INGAT JUGA SLALU PESAN MMA MARRY....
SI ALBERT DPT SIAL DGN SELINGKUH DN MNIKAHI MELYSA
TPI GK APA2 ANAK PRTAMA NYA KGUGURAN,, KRN HSIL PERZINAHAN, DMN BENIH ARMAN BRCAMPUR ALKOHOL, DN HANA JUGA PNGARUH OBAT PRANGSANG, YG MNA MNGKIN BSA PNGARUHI TUMBUH KMBANG BAYI.. SKRG SDH SAH SUAMI ISTRI, JDI BSA BUAT KMBALI DGN HALAL..