MENIKAHI Mr. Arrogan

MENIKAHI Mr. Arrogan

Bab 1 - Mari kita menikah

"Mari kita menikah!"

Kata itu meluncur bebas begitu saja di bibir Hana. Memutuskan menikah seolah seperti sedang memutuskan menerima kontrak kerja.

Hana adalah gadis cantik, model dengan tubuh sempurna nyaris tanpa cacat, hidung mancung, body goal dan senyum memikat terlebih ada lesung di kedua pipinya semakin membuat siapapun kaum adam akan terpesona.

Termasuk Kenaan Atharis.

"Kau gila," maki Kenaan menggeleng-gelengkan kepala, ia terheran dengan Hana yang bisa memutuskan hal sesakral itu dengan mudah tanpa pikir panjang.

"Gila? Kau yang gila, aku sudah memikirkan hal ini baik-baik. Jika kita menikah, bukankah akan menjadi hubungan simbiosis mutualisme? Kau tak perlu menyewa wanita-wanita itu lagi dan aku mendapatkan status untuk membungkam keluargaku." Hana menatap Kenaan lekat. Meski sebenarnya, bukan itu alasan Hana mengajak Kenaan menikah.

"Aku tidak pernah melakukan apapun dengan wanita-wanita malam itu, aku hanya menolong kemalangan mereka yang menjual diri demi sesuap nasi!" tekan Kenaan dengan sorot mata tajam.

Hana mencibir, kemudian bersedekap dada. Suasana caffe yang sepi di lantai dua membuat mereka lebih leluasa berbicara.

"Kucing mana yang mau menyia-nyiakan ikan di depan mata! Apa kau pikir aku bodoh, sampai tidak bisa memahami situasimu? Atau kau berfikir aku wanita polos, yang tidak tahu apapun yang dilakukan sepasang pria dan wanita di dalam apartemen atau kamar. Hey, kau melupakan sesuatu kalau apartemen kita bersebelahan," cibir Hana.

Kenaan menghela napas, apa yang Hana tuduhkan memang benar adanya. Kenaan menyadari jikalau dirinya hanyalah seorang ba jingan yang keluar masuk apartemen dengan beberapa wanita. Sementara yang Kenaan tahu, Hana adalah gadis nakal yang membuka pintu apartemennya lebar-lebar untuk kekasihnya, Arka. Namun, sampai sekarang masih belum mengerti kenapa Hana justru mengajaknya menikah?

"Kenapa harus aku? Kenapa bukan Arka? Pria yang hampir tiap hari menikmati tubuhmu?" tanya Kenaan dengan nada penekanan di tiap kalimatnya.

"Ya, mau bagaimana lagi. Junior Arka akhir-akhir ini tak bereaksi! Jadi aku pikir tak ada salahnya jika mencari pria lain," jawab Hana dengan santai.

Kenaan menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Hana bisa diibaratkan seorang player yang ketika bosan bermain akan membuang mainannya begitu saja? Pikir Kenaan.

"Hana, kau wanita kejam yang pernah aku kenal!" maki Kenaan tak kuasa membendung emosi. Sebagai lelaki, ia menempatkan dirinya di posisi Arka, bagaimana jika Kenaan berada di posisi itu? Dibuang setelah bosan? Memikirkannya membuat kepala yang tadinya dingin kembali berdenyut.

"Ayolah, kita sama-sama butuh! Kamu juga akan tau dengan sendirinya bahwa Arka sudah bosan bermain denganku! Kau tau, baginya aku sangat-sangat membosankan!" Hana menegakkan wajahnya, berusaha bersikap biasa dan menekan rasa nyeri sedalam-dalamnya.

"Baiklah! Tapi ingat, hanya sebatas simbiosis mutualisme! Bukan cinta," ujar Kenaan.

Hana mengangguk dengan sombong, "ya, tentu saja! Apa kamu pikir aku akan jatuh cinta dengan cassanova sepertimu?" Nada Hana sudah tak setinggi tadi. Semakin Kenaan perhatikan, mulai terlihat ada gurat kesedihan dibalik wajah cantiknya.

"Kalau begitu, aku akan pergi. Aku akan mengurus semuanya," ujar Kenaan yang hanya mendapat anggukan kepala oleh Hana.

Kenaan benar-benar meninggalkannya. Setelah memastikan laki-laki itu pergi, Hana merogoh ponsel yang ada di dalam tas lalu menghubungi seseorang.

"Hallo, Tante! Aku sudah membujuk Kenaan? Jadi apakah hutang orang tuaku bisa lunas? Tante sudah janji bukan?" tanya Hana di sambungan telepon.

"Tentu saja, tapi semua itu bisa dianggap lunas setelah kamu benar-benar bisa menikah dengan Kenaan."

"Hm, baiklah!"

Hana menutup telepon, berdecak kesal meratapi hidupnya yang mengenaskan. Ayahnya sakit-sakitan karena hutang, sedang sang Ibu? Ibu tirinya terus menerus menekan agar ia menikah dengan laki-laki kaya.

Disaat yang sama, Mamanya Kenaan memberi pilihan terkait hutang-hutang ayahnya.

Situasi itu yang membuatnya jengah pulang ke rumah dan memilih tinggal di apartemen.

****

Sore sedikit mendung, Hana hanya bisa meratapi nasib di apartemen saat managernya memberi kabar pemutusan kontrak. Beberapa potretnya bersama Arka mencuat ke media membuat reputasinya langsung hancur. Tapi, bukankah sah-sah saja, Arka adalah kekasihnya. Orang yang selalu ada untuknya selama ini.

"Sayang, aku datang!" ujar Arka menyelonong masuk dengan membawa beberapa paperbag berlogo brand ternama.

Hana tak bereaksi, ia asyik menikmati wine-nya di balkon kamar sambil menatap padatnya jalan kota di bawah sana.

Arka tersenyum melihat sang kekasih. Menghampiri dan langsung memeluknya dari belakang, punggung putih yang terekpos membuat Arka mendaratkan kecupan-kecupan kecil disana.

"Kenapa memakai baju seksi?" tanya Arka tanpa mengindahkan tangannya.

"Tak apa, hanya ingin." Hana membalikkan badannya, lalu mencium bibir tipis milik Arka sekilas.

Matanya melirik, ada Kenaan di sebelah yang diam-diam memperhatikan interaksinya dan Arka.

"Masuklah, sudah hampir gelap! Aku akan memanjakanmu di dalam," bisik Arka.

Hana tersenyum tipis, lalu mengalungkan tangannya di leher Arka setelah meletakkan gelas wine-nya di atas meja.

Dengan sigap Arka menggendong tubuh seksi Hana dan membawanya masuk ke dalam.

Melihat Hana dan Arka membuat emosi Kenaan hampir meledak, tangannya terkepal erat lalu masuk ke dalam.

"Breng sek! Kenapa hanya dengan melihat punggung mulus Hana juniorku langsung berdiri," kesal Kenaan. Ia memutuskan masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.

Satu jam lebih, dan Kenaan merasa tersiksa.

"Si alan kau, Hana! Mengajakku menikah tapi kau masih membiarkan laki-laki lain menikmati tubuhmu," gerutu Kenaan tak terima.

Kenaan meluapkan emosinya, memukul dinding kamar mandi hingga tangannya perih. Darah segar pun mengalir.

Kenaan bergegas keluar setelah selesai memakai pakaiannya. Membiarkan tangannya perih tuk kemudian menggedor apartemen Hana.

Tok tok tok.

Hana yang tengah makan bersama Arkan pun saling tatap.

"Siapa sayang?" tanya Arka.

"Ah, mungkin tetangga sebelah." Hana bangkit hendak membuka pintu tapi Arka menahannya.

"Lanjutlah makan, biar aku yang buka!" Arka tersenyum manis, lalu bangkit ke arah pintu. Menekan sandi apartemen kekasihnya untuk melihat siapa yang datang.

"Anda siapa?" tanya Arka dengan kening mengkerut.

"Siapa lagi! Hana mana?" tanya Kenaan tak sabar. Pikirannya berkecamuk dan ingin menerobos masuk.

"Hana sedang makan, ada perlu apa mencari kekasihku?"

"Ini." Kenaan menyodorkan tangannya yang memerah, darahnya memang sudah tak keluar tapi masih terasa sangat perih jika tak diobati.

"Masuklah!"

Tanpa menjawab, Kenaan masuk. Melihat Arka membawa Kenaan masuk membuat Hana yang asyik menikmati makanannya pun tersedak.

Uhuk!!!

"Sayang, ini minumnya!" Arka dengan sigap menyodorkan air putih untuk Hana semakin membuat Kenaan kesal.

Memperhatikan Hana dari ujung rambut hingga kaki membuat Kenaan menelan salivanya kasar.

"Ehm..." Kenaan berdehem.

"Aku mau minta tolong obatin tanganku," ujar Kenaan to the poin.

"Kalau begitu biar Hana saja, iyakan sayang? Duduk dulu, biarkan kekasihku menghabiskan makan malamnya lebih dulu!"

Hana merasa tertekan, Kenaan pasti sudah memakinya dalam hati hingga membuatnya tersedak. Bahkan tenggorokannya tiba-tiba sakit.

"Ah baiklah, maaf sedikit merepotkan. Sebab, Hana satu-satunya teman yang aku kenal di apartemen ini," ucap Kenaan menyakinkan, lantas menatap datar Hana.

Arka mengangkat telepon sebentar, tak berselang lama kembali dengan wajah tak enak.

"Sayang, aku harus pergi! Jika butuh apa-apa kabari saja," pamit Arka. Mencium kening Hana sekilas, tanpa memperdulikan keberadaan Kenaan disana.

Plok plok plok...

"Hebat? Benar-benar hebat! Mengajakku menikah, tapi masih membiarkan laki-laki lain masuk kesini." Kenaan bertepuk tangan, mendekat ke arah Hana setelah Arka pergi, lalu berdiri tepat di belakang gadis itu yang terdiam.

Kenaan me raba punggung mulus Hana yang terekpost karena gaun seksi yang dipakainya.

"Ken," desis Hana.

"Benar-benar seksi, pantas jika kekasihmu senang sekali mengecupnya," bisik Kenaan tepat di telinga Hana.

Merasa Kenaan keterlaluan, Hana berdiri dan menatap tajam Kenaan.

"Dia hanya datang mengantar hadiah," bela Hana.

"Hadiah? Luar biasa, dia pasti sudah mendapatkan jatahnya hari ini! Hana, tak usah munafik, akui saja. Atau kamu..."

Kenaan meraih tubuh Hana, mencium paksa bibirnya.

Terpopuler

Comments

Elisanoor

Elisanoor

lesung pipi ada, tapi body gga body goals udah meleber leber 🤣🤣

2023-12-12

0

𝔑𝔲𝔞𝔥

𝔑𝔲𝔞𝔥

simbiosis mutualisme..
akohmah simbol cintaku padamu bae . ayey...

2023-01-09

0

ㅤㅤ🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🦂⃟ʀᷤᴀᷤʜᷫεʟ ⁰⁹

ㅤㅤ🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🦂⃟ʀᷤᴀᷤʜᷫεʟ ⁰⁹

sbnrnya apa ya alasannya hana ngajak si kenaan nikah?, aku jg ykin itu psti bkn karena bosen sm arka, psti ada alsan lain👀

2023-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!