Nadia harus mengalami cobaan begitu berat. Kehilangan anak dan pernikahannya kandas di hari yang sama saat bayinya menghilang. Ditengah keterpurukannya, ia bertemu dengan mantan tunangannya yang memiliki seorang bayi laki-laki. Tanpa sengaja ia akhirnya menjadi seorang ibu susu dari anak mantan tunangannya.
Apabila cerita tidak sesuai keinginan kalian, silahkan tinggalkan tanpa meninggalkan pesan yang kasar. Sekian dan terima kasih.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 - Teka-teki
Nadia menoleh ke arah suara dan berkata lirih, "Om Sastro!"
"Kenapa kamu ada di rumahnya Marcell?" tanya Om Sastro heran sembari melihat bayi di dalam keranjang ayunan.
"Aku lagi menyusui anaknya," jawab Nadia yang memang mengenal pamannya Marcell.
"Anak? Kamu susui? Permainan apa yang dilakukan Marcell?" gumam Sastro dan itupun terdengar ditelinganya Nadia.
"Permainan apa, Om?" Nadia penasaran.
"Marcell itu belum menikah," kata Sastro.
"Kalau belum menikah, ini anaknya siapa?" tanya Nadia sekilas pandangan ke arah Mario.
"Om juga tidak tahu," jawab Sastro secara jujur.
"Masa Om tidak tahu Marcell menikah. Istrinya kabur dan mereka memilih bercerai. Anaknya tinggal bersama Marcell," beber Nadia.
"Memang Om tidak tahu kabar pernikahannya. Sejak kalian mengakhiri pertunangan, Om tidak pernah mendengar Marcell dekat dengan seorang wanita," ujar Sastro.
"Jadi, selama ini Marcell berbohong?" tanya Nadia.
"Kamu tanyakan saja padanya," jawab Sastro.
Ditengah obrolan keduanya, Marcell muncul dengan wajah panik dan ketakutan. "Ya ampun, Om, ternyata sudah sampai saja di rumahku!" ucapnya berbasa-basi.
"Marcell, coba kamu jelaskan siapa anak yang disusuinya?" Sastro meminta penjelasan mengenai bayi laki-laki yang dirawat keponakannya itu.
Marcell memegang lengan Sastro, "Kita perlu bicara!" menariknya pelan menjauh dari Nadia. Keduanya berjalan menuju ruang tamu. Sejam lalu Sastro menghubunginya dan ingin berkunjung ke rumahnya, namun dirinya kalah cepat. Pamannya lebih dulu tiba darinya sehingga sempat mengobrol dengan Nadia.
"Jadi, itu cara kamu mengikatnya dengan berpura-pura memiliki bayi dan mengaku telah menikah?" Sastro menuding.
"Ada keperluan apa Om ke sini?" tanya Marcell.
"Kamu belum menjawab pertanyaan Om malah mengalihkan pembicaraan lain!" jawab Sastro kesal.
"Waktunya belum tepat," kata Marcell beralasan.
"Sampai kapan kamu terus membohonginya?" tanya Sastro yang kecewa keponakannya mempermainkan perasaan seorang wanita karena dirinya memiliki kakak kandung dan anak perempuan juga. Ia takut hal buruk menimpa kepada mereka.
"Sampai anaknya kembali, Om!" jawab Marcell.
"Jadi, anaknya belum kembali juga?" Sastro sedikit meninggikan suaranya karena terkejut.
"Belum. Aku sudah membantu keluarganya mencari anaknya juga," kata Marcell.
Sastro terdiam sejenak.
"Jika anaknya sudah kembali, kamu harus katakan sejujurnya. Om tunggu kamu di sana!" ucap Sastro yang kedatangannya ingin menanyakan lagi dan mendesak keponakannya buat membantu dirinya mengembangkan perusahaan di luar negeri.
"Om, aku tidak mau di sana. Aku ingin di sini saja!" Marcell menolak permintaan adik ibunya itu.
"Marcell, di sini ada ibu kamu. Apa salahnya kamu coba mengembangkan usaha kita di sana?" Sastro terus membujuk keponakannya.
"Aku tidak mau jauh darinya, Om!" kata Marcell.
"Kamu nikahi dia!" ucap Sastro memberikan usulan.
"Sangat sulit dan butuh waktu, Om. Apalagi dia pernah gagal dalam pernikahan!" kata Marcell. Dia pernah menanyakan kepada Nadia, apakah sudah siap membuka hati kalau anaknya telah ditemukan dan jawabannya Nadia masih memikirkannya sebab masih trauma.
Sastro menghela napas berat.
"Jangan paksa aku, Om!" mohon Marcell dengan nada rendah.
"Ya sudahlah, kalau kamu tidak mau. Tapi, jika kamu berubah pikiran pergilah ke sana!" kata Sastro yang masih berharap.
Marcell mengangguk mengiyakan.
"Kalau begitu Om pamit!" ucap Sastro kemudian berlalu.
Selepas Sastro pulang, Marcell menghampiri Nadia dan Mario lalu menyapanya.
"Om Sastro sudah pulang?" tanya Nadia memiringkan posisi duduknya mendongakkan kepalanya melihat Marcell yang berdiri disampingnya.
"Sudah," jawab Marcell.
"Ada apa Om Sastro menemui kamu?" tanya Nadia sebab tadi penasaran dengan obrolan kedua pria itu. Apalagi saat Marcell menarik pamannya menjauh darinya pasti ada rahasia yang disembunyikan, rasanya ingin menguping tetapi diurungkannya karena tak sopan mendengarkan pembicaraan orang lain tanpa izin. Sebenarnya pun ia tak berhak ingin tahu karena dirinya dan Marcell tidak memiliki hubungan apapun.
"Om mengajakku mengurusi perusahaan di luar negeri!" jawab Marcell.
"Lalu kamu mau?" tanya Nadia.
Marcell menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?" tanya Nadia lagi.
"Di sini mama sendirian," jawab Marcell beralasan.
"Oh," Nadia manggut-manggut.
Marcell memegang ayunan putranya, "Apa dia baru bangun?"
"Sudah ada setengah jam."
"Ya sudah, kalau begitu aku balik ke kantor lagi!" kata Marcell membalikkan badannya dan siap melangkah.
"Apa benar kamu belum menikah?" tanya Nadia membuat Marcell tak jadi melangkah.
Marcell membalikkan tubuhnya dan menjawab, "Mario adalah jawabannya."
"Lalu kenapa Om Sastro tidak tahu kamu menikah?" tanya Nadia.
knp jg marcel pake bohong klo nadia tau itu ank x tak tau lah apa akan marah taau gmn