Akibat hubungan toxic Ameera sering kali tidak fokus dalam berbagai hal, sang kekasih selalu membuntutinya bahkan menghubunginya setiap saat.
Hal itu berakibat fatal pada malam saat saudari kembarnya meminta Ameera untuk mengantarnya menemui sang suami, akibat mengangkat telepon dari kekasihnya Ameera lalai mengemudikan mobilnya hingga terjadilah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa saudari kembarnya.
Ambeera wafat saat usia kandungannya delapan Minggu, hal itu membuat Ameera dihantui rasa bersalah yang amat sangat besar! Terlebih lagi Liam yang merupakan suami dari Ambeera mengalami depresi parah akibat kematian istri dan calon anaknya.
Liam hanya bisa ditenangkan ketika melihat wajah Ameera, karena itu keluarga besar keduanya memutuskan untuk menjadikan Ameera istri pengganti untuk Liam, siapa sangka ketika depresinya sembuh Liam tidak bisa menerima bahwa Ameera lah yang kini menjadi istrinya.
Ameera harus sabar setiap kali Liam berlaku kasar padanya, baik secara verbal maupun
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopi_sopiah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Tidak peduli seberapa besar rasa sakit dihatinya oleh sikap dan perkataan Liam selama ini, yang jelas sampai detik ini Ameera masih sah sebagai istri Liam jadi sudah sepatutnya Ameera mencemaskan suaminya dan merawat suaminya saat sedang sakit begini.
Kemeja itu sudah terlepas dari tubuh Liam, terlihat jelas tubuh kekar Liam dihadapan Ameera membuat Ameera sebagai wanita dewasa merasakan getaran dalam dirinya untuk menginginkan menyentuh tubuh kekar itu.
Tapi Ameera sadar, Liam akan membencinya jika sampai tangannya menyentuh tubuh polos Liam yang berotot dan kekar itu. Celana yang dikenakan oleh Liam pun turut dilepaskan oleh Ameera termasuk celana da lamnya.
Sebenarnya ini bukan kali pertama Ameera membantu Liam menggantikan pakaiannya, sehingga Ameera bisa melihat langsung bentuk tering import milik Liam. Dulu saat Liam depresi berat Ameera lah yang setiap hari menggantikan pakaian Liam dan melihat tubuh polos suaminya itu.
Hanya saja kali ini berbeda, jika dulu terong import itu terlihat kecil dan anteng saat ini terong import milik Liam mulai menunjukan taringnya! Sangat besar, dan berdiri tegak dihadapan kedua mata Ameera.
Glek.
Ameera meneguk salivanya melihat terong import milik suaminya yang tidak akan pernah dia rasakan! Setelah menyingkirkan pakaian Liam yang basah, Ameera mengambilkan pakaian ganti untuk Liam, hingga Liam pun kini sudah berpakaian lengkap kembali.
Saat ini Liam masih tidur tapi terdengar dia meringis mungkin efek demam jadi tubuhnya sangat tidak nyaman! Ameera pun pergi ke dapur untuk mengambilkan kompres air hangat untuk Liam, air angat diwadah kecil dan juga handuk kecil sudah dibasahi oleh Ameera.
Diletakkannya handuk yang sudah diperas terlebih dahulu oleh Ameera didahi Liam!
"Amber! Amber!" lirih Liam.
Bahkan disaat sedang sakit begini pun, yang Liam sebut adalah nama Ambeera, membuat Ameera hanya bisa menguatkan hatinya agar bertahan sebentar lagi menghadapi segala rasa sakit dan sesak dihati.
Setelah hampir satu jam Ameera dengan telaten mengompres dahi Liam, disentuhnya dahi Liam oleh Ameera dan demamnya sudah mendingan turun tidak sepanas tadi.
Liam pun membuka kedua matanya, membuat Ameera buru-buru menurunkan tangannya yang semua sedang menyentuh dahi Liam.
"Maaf Am aku tidak bermaksud lancang menyentuh dahi mu, aku hanya mau memastikan apa kau masih demam atau tidak, sungguh!" Ameera gelagapan dan takut Liam akan marah-marah lalu melontarkan kata-kata cacian lagi padanya.
"Terimakasih!" lirihnya.
Seketika Ameera melirik kearah suaminya itu, diluar dugaan Liam mengucapkan terimakasih dan tidak marah dahinya disentuh.
"Aku pikir kau tidak pulang kesini," lanjutnya.
"Kenapa? Kau pikir dengan aku pulang ke rumah mu aku tidak sungguh-sungguh setuju untuk bercerai?" tanya Ameera.
"Iya, aku pikir begitu!"
"Kau tenang saja Am, aku sungguh-sungguh dengan perkataan ku! Kapan pun kau mengajakku untuk membicarakan perceraian kita dengan orangtua kita, aku siap!"
"Baiklah jika memang begitu,"
Untuk sesaat keadaan didalam kamar ini hening karena Ameera sendiri sedang menguatkan diri sementara Liam terlihat berusaha keras menepis rasa yang lain dari yang selama ini dia rasakan terhadap Ameera. Jika selama ini hanya ada rasa benci dan muak pada Ameera, kini sebuah rasa yang baru muncul dihati Liam hanya saja Liam berusaha tidak mempedulikan itu.
"Kapan kita akan bicarakan perceraian ini Am?"
"Secepatnya! Minggu depan saja saat kau juga libur kerja,"
"Baiklah," Ameera tersenyum semu.
"Setelah membicarakan kesepakatan kita untuk bercerai pada orangtua kita! Barulah aku akan meminta pengacara mengurus berkas-berkasnya ke pengadaan!"
"Iya Am,"
Tidak ada kata-kata lagi yang bisa diucapkan oleh Ameera, sebenarnya sakit sekali berpura-pura terlihat baik-baik saja, berpura-pura terlihat tegar padahal hati sangat terluka meskipun tak berdarah.
"Sampai kapan kau akan tetap tinggal di rumah ku?" Liam melirik kearah Ameera, wajah istrinya itu terlihat lelah dan pasrah dengan keadaan saat ini.
"Sampai kita bicara pada orangtua kita, setelah itu aku akan langsung pindah dari rumah mu!"
"Aku berpikir memberikan rumah ini untuk mu saja! Biar aku yang pindah dari sini, kau tetaplah di rumah ini," Liam kembali memandangi wajah sendu Ameera.
"Tidak Am, itu tidak perlu lagipula kantor memberikan mes untuk karyawannya! Aku bisa tinggal di mes kok! Oh ya, ini ATM milik mu, aku hanya gunakan sedikit uang darimu untuk kebutuhan rumah dan bayar tagihan air serta listrik, juga bayar pelayan dan security sisanya masih banyak Am," diletakkannya kartu ATM itu didekat Liam.
Setelah mandi tadi memang Ameera sudah mengantongi ATM pemberian Liam untuk dia taruh di kamar Liam, ternyata Liam sudah keburu pulang dan dalam keadaan sakit! Jadi Ameera merawat Liam terlebih dahulu, dan sekarang Liam sudah lebih baik keadaannya! Jadi momen ini digunakan oleh Ameera untuk memberikan ATM tersebut.
Tak sekalipun Ameera memandang kearah wajah Liam, ada rasa tak sanggup menatap wajah laki-laki yang dia cintai, yang sebentar lagi akan menceraikannya.
Kok lebih nyesek obrolan lemah lembut Liam dan Ameera gini ya? Dibandingkan saat Liam berkata kasar dan bersikap kasar sama Ameera, maak lebih nyesek di part ini! Disaat keduanya duduk bersama dan bicara dengan tenang rasanya lebih nyes ke hati.😭