NovelToon NovelToon
Pamit

Pamit

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cerai
Popularitas:605.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bagaimana perasaanmu jika jadi aku? Menjadi istri pegawai kantoran di sudut kota kecil, dengan penghasilan yang lumayan, namun kamu hanya di beri uang lima puluh ribu untuk satu minggu. Dengan kebutuhan dapur yang serba mahal dan tiga orang anak yang masih kecil.
Itulah yang aku jalani kini. Aku tak pernah protes apalagi meminta hal lebih dari suamiku. Aku menerima keadaan ini dengan hati yang lapang. Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah benda yang entah milik siapa, tapi benda itu terdapat di tas kerja suamiku.
Benda itulah yang membuat hubungan rumah tangga kami tak sehat seperti dulu.
Mampukah aku bertahan dengan suamiku ketika keretakan di rumah tangga kami mulai nampak nyata?
Jika aku pergi, bisakah aku menghidupi ke tiga anakku?
Ikuti perjalanan rumah tangga ku di sini. .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

32. Penolakan

MULAI BAB INI SAMPAI AKHIR MENGGUNAKAN POV 3 YA 🙏 supaya author bisa menjelaskan perasaan masing-masing tokoh 🙏.

Di tengah-tengah perdebatan Ayu dengan Anang, Alif menyela pembicaraan kedua orang tuanya. Ia mengatakan bahwasanya ia bersedia ikut ayahnya selama Anin di rawat di rumah sakit.

"Ibu, nggak apa-apa kalau nanti aku tidur di rumah ayah. Kan besok libur sekolah, ayah juga libur, kan? Jadi ayah di rumah seharian, ada yang jagain aku."

"Alif mau sama ayah besok?"

"Iya, pas hari libur aja, bu. Nggak apa-apa, kan?"

"Ya sudah, nggak apa-apa kalau itu maunya kamu. Ibu nurut aja."

Setelah kesepakatan itu, akhirnya sore hari Alif dan Anang berangkat ke rumahnya yang lama. Ada secercah kebahagiaan di hati Anang yang tak dapat digambarkan dengan kata-kata.

Di tengah perjalanan, Anang berhenti di sebuah kedai mie ayam. Ia tahu, anak sulungnya itu sangat menyukai makanan sederhana itu. Bahkan sebenarnya ia masih ingat makanan apa saja yang di favoritkan oleh Ayu.

Sungguh hingga detik ini, tak ada penyesalan yang berkurang. Justru semakin hari penyesalan itu semakin menumpuk dan menggunung. Seandainya saja ia tak tergoda dengan kecantikan Winda, pasti Ayu masih berada dekat dengannya beserta kesengsaraan yang ia ciptakan.

Ah, menyebutkan nama Winda membuatnya ingat, bahwa wanita itu kini lebih memilih pergi dari kehidupannya.

Ya, tiga bulan yang lalu, sebelum Anang dan Ayu resmi berpisah telah terjadi pertengkaran hebat antara Winda dan ibu Anang. Winda yang tak terima jika Anang membiayai kuliah adiknya mencaci maki habis ibu Anang di depan rumahnya sendiri.

Semenjak kejadian itu, akhirnya tetangga yang dahulu mencibir Ayu memiliki simpanan berbalik mencibir ibu Anang. Wanita itu sampai jatuh sakit karena ulahnya sendiri.

"Yah, kita tidur di rumah nenek?" tanya Alif saat baru saja sampai di rumah neneknya.

"Iya, Alif nggak mau?"

"Mau, terserah ayah aja," jawab Alif sedikit takut.

Anang yang bisa merasakan kegundahan hati Alif berusaha membuat anaknya tenang. Ia meyakinkan anak kcil itu agar tak berpikir yang tidak-tidak.

"Nenek sekarang sakit, pasti senang kalau ketemu sama kamu."

Setelah mendengar neneknya sakit, barulah Alif bersedia masuk. Dengan debaran hati yang takut dan menciut Alif memberanikan diri menginjakkan kakinya di teras yang selama ini bahkan tak pernah ia sentuh.

"Bu, udah makan? Obatnya udah di minum?" tanya Anang duduk di tepian ranjang ibunya.

Ya, ibunya kini menderita gejala stroke. Sudah beberapa minggu ini beliau hanya mampu melakukan aktivas yang ringan saja, bahkan beliau lebih banyak menghabiskan waktu di ranjang. Rupanya cibiran dan hinaan dari para tetangga membuat mental ibunya down dan menggerogoti kesehatannya.

"Udah, ngapain kamu bawa dia ke sini?" tanya ibunya dengan ketus.

"Anin masuk rumah sakit, jadi aku bawa Alif ke sini biar Ayu nggak repot-repot banget."

"Bawa saja dia menginap di rumah kamu. Gara-gara ibunya, hidup kita jadi menderita begini."

"Ini salah aku bu, kenapa ibu jadi bawa-bawa Ayu? Sudahlah, aku nggak mau ibu ada rasa benci sama siapapun, bu. Yang patut di benci itu kita, kita yang sudah membuat hidup Ayu sengsara. Lagipula ibu sedang sakit dan dalam proses penyembuhan. Nggak usah marah-marah."

"Terserah kamu saja lah. Ibu nggak mau tahu, dia selama di sini tidak boleh menampakkan wajah di depan ibu. Ibu hanya punya dua cucu yang hidup di kota."

Melihat kebencian ibunya yang nampak di depan mata membuat Anang memutuskan untuk membawa Alif tidur di rumahnya. Alif mengulurkan tangan untuk bersalaman sebelum pergi dari rumah neneknya, tapi dengan kasar wanita itu menepis tangan mungil Alif.

"Astaga, ibu. Alif salah apa, sih sama ibu? Ibu nggak suka sama Ayu ya nggak usah bawa-bawa anakku bu. Alif dan kedua adiknya adalah darah dagingku, mereka penerus keluarga kita," ujar Anang sedikit emosi.

"Kamu sudah dibutakan sama Ayu. Sejak awal kamu kenal Ayu, kamu berani sama ibu dan hingga kini Ayu pergi pun, pengaruhnya nggak hilang."

Anang berlalu dari sana, ia tak mau anaknya melihat pertengkaran di antara ayah dan neneknya. Alif yang diseret pelan oleh sang ayah hanya mampu mengikuti langkahnya dengan langkah cepat. Sang ayah pun tak sadar, anaknya diam-diam menghapus air mata yang sudah sukses membasahi pipinya. Alif terus berjalan dengan menatap nanar tangan yang ditepis oleh sang nenek.

*

Di tempat lain, Rifki sedang menemani Ayu berjaga di rumah sakit. Sejak sore tadi pria itu tak beranjak dari duduknya. Ayu sudah memintanya pulang, namun ia tak menggubrisnya. Ia malah asyik bermain dengan Agil hingga anak laki-laki tiga tahun itu kelelahan dan tertidur dengan pulas.

Sudah lama Rifki merindukan momen seperti ini. Duduk berdua dengan hangat ditemani cekikikan dari Ayu yang khas.

Cinta, satu kata yang dari dulu hingga kini Rifki sematkan dalam hatinya dan sudah terpatri dengan kuat di sana. Ia jatuh hati dengan Ayu sejak mereka masih remaja. Namun, tak pernah sekalipun Rifki mengatakan hal itu pada Ayu. Karena ia takut, jika ia mengungkapkan perasaannya, hubungan mereka justru renggang dan akan bejauhan. Akhirnya ia putuskan untuk memendam rasa itu sendirian hingga sekarang.

"Kamu nggak cape apa? Seharian kerja, bukannya istirahat malah ke sini."

"Nggak, aku lagi nggak pengen di rumah aja, Yu. Aku kadang sumpek di rumah ditanyain terus kapan nikah sama orang-orang. Ayah sama ibu juga terus ngomelin aku karena nggak nikah-nikah. Mana main jodoh-jodohin mulu lagi. Emang aku cowok apaan?" jawabnya kesal.

"Ya salah kamu juga, Rif. Umur udah kepala tiga masih sendiri aja. Anak aku aja udah tiga," sahut Ayu terkekeh.

"Sebenarnya aku udah jatuh cinta sama seseorang, dia janda. Tapi aku takut kalau aku bilang ke dia. Dia nolak dan menjauh dari aku. Aku nggak sanggup kalau harus jauh dari dia," ujar Rifki menatap Ayu dengan tatapan yang dalam seakan ucapannya sarat akan makna."

"Oh, ya? Nggak pernah cerita ke aku? Siapa janda yang sudah meluluhlantakkan hati sahabatku yang kaku ini?"

"Kamu."

Hening sesaat.

Rifki sedang memperhatikan ekspresi wajah Ayu yang nampak terkejut dan sedikit memucat. Rasa terkejutnya sungguh tak bisa di sembunyikan dari wajah. Rifki beralih menatap dalam kedua netra yang indah di matanya. Rifki membaca ada gurat penolakan di sana.

"Tapi bohong. Hahaha," ucapnya kemudian sambil tertawa.

Plak!

Seperti biasa, tangan Ayu akan bekerja dengan cepat jika Rifki menggodanya.

"Dasar, bikin aku deg deg an aja kamu. Kaget tahu," ucap Ayu seraya kembali melayangkan pukulan.

"Ya masa aku jatuh cinta sama kamu, sih. Kamu adikku, bagaimana bisa aku jatuhkah hatiku sama kamu. Mana kelakuan selalu pukul-pukul lagi, ogah punya bini kayak kamu, mah," kata Rifki diselingi cekikikan.

Di tengah candaan mereka, datanglah satu suster yang akan memeriksa perkembangan kondisi Anin.

"Permisi, mau periksa kondisi pasien sebentar, ya. Oh, ya bu, ini tadi ada titipan dari suami ibu." Suster itu memberikan sebuah bingkisan yang berisi makanan ringan, vitamin dan buah-buahan.

Ayu menerima bingkisan itu dengan kening yang mengkerut seraya pandangan ia arahkan pada Rifki. Kening pria itu juga sama-sama mengkerut.

"Yang tadi siang ke sini, sus?"

"Bukan, yang pertama kali datang ke sini sama ibu."

"Ha? Terus kemana sekarang orangnya?"

"Sudah pulang bu, tadi hanya berdiri di situ lalu kembali lagi."

'Jaka? Kenapa nggak masuk, aja?'

1
Jessica
Luar biasa
UfyArie
50 ribu seminggu ini tahun berpa
meris dawati Sihombing
Hahhh, umur 25 dah jd Dokter spesialis?? yg bener???H suka2 mu lah thorrr
niken babyzie
kuliah fadil gak kelar2 yah thorrr
niken babyzie
nenek2 laknat
niken babyzie
campur racun sekalian
meris dawati Sihombing
Haluuuu, 1 minggu cuma 50 rebu
niken babyzie
judul novelnya cocok di beri judul.. ternyata aku baru sadar telah menikahi suami pelit
niken babyzie
mokondo
Ratnasihite
kocak nih alif udah tau suka sama suka😄😄
Ratnasihite
Luar biasa
yuyunn 2706
bodoh ayu,kasusin itu mantan mertua biar kapok
yuyunn 2706
kok ndridil anaknya,kan bs KB
Mastina Maria siregar
novelmu sukses bikin aku mewek Thor...
ceritanya sperti di dunianya nyata.
Mastina Maria siregar
dr awal baca sampe bab ini suka,,mewek trust,seolah olah saya yg mengalaminya.alurnya bagusjg penggunaan bahasanya.pokoknya suka,
Mastina Maria siregar
sperti di dunia nyata,sedih Thor...
Sulati Cus
jgn2 si jaga cosplay nya si rifki
Sulati Cus
😂😂😂 g mungkin lah jd Winda yg mau sm suami orang lah Wong yg bujang aja msh banyak
Sulati Cus
kyknya jodoh nih eh apa si jaka lg nyamar ???
Sulati Cus
mase keknya pgn di tabok bolak-balik nih, cantik jg perlu modal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!