Berawal dari niat balas dendam kepada mantan tunangannya, membuat Indhi terjebak dalam pernikahan tanpa cinta dengan kakak angkatnya.
Tanpa di sangka, pernikahan tersebut justru memberinya kehidupan baru yang di penuhi oleh kasih. Ketulusan cinta dari sang kakak akhirnya membawa Indhi melabuhkan hatinya kepada pria yang 26 tahun terakhir telah menjadi kakaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gaya makan ice cream
Gemuruh ombak yang bergulung, hembusan angin laut yang menyibakkan rambut panjang milik seorang gadis yang tengah berlari-lari kecil di pinggiran pantai, sementara itu tak jauh dari sana, tepat di bawah pohon kelapa, seorang pria tersenyum melihat gadisnya kembali ceria setelah seharian kemarin menghabiskan air matanya.
"Kak, sini," panggil gadis itu seraya melambaikan tangannya.
Ega langsung berdiri dan berlari menghampiri istri tercintanya, namun sang istri justru lari menjauh, kejar-kejaran pun tak terhindarkan sampai akhirnya Ega bisa menangkap istrinya.
"Kena kau," ucapnya seraya memeluk sang istri dari belakang, detik selanjutnya tubuh Indhi terasa melayang, gadis itu tertawa mana kala Ega mengangkat tuhuhnya, Ega berputar-putar hingga tawa keduanya tak bisa di bendung.
"Kak, aku pusing," keluh Indhi meski tawa masih menyertainya.
Ega menghentikan putarannya, ia lalu menurunkan tubuh Indhi namun tak melepaskan tangannya yang melingkar di perut sang istri. Keduanya saling diam menatap hamparan laut biru di hadapan mereka, Ega menyandarkan kepalanya di bahu Indhi, sesekali ia menciun leher istrinya dan menikmati wangi tubuh sang istri.
"Kak," ucap Indhi lembut, tangannya memegang punggung tangan Ega yang berada di perutnya.
"Hem."
"Aku lapar."
Ega melepaskan pelukannya, ia memutar tubuh istrinya hingga mereka saling berhadapan. "Lapar? Kita cari resto di luar aja ya, kebanyakan di sini menunya seafood," ujar Ega seraya membenahi rambut Indhi yang menutupi wajahnya.
"Tapi aku masih mau di sini kak. Kita makan di sini aja, pasti ada menu lain selain seafood," pinta Indhi dan segera di setujui oleh Ega. Keduanya lalu berjalan menuju salah satu restoran yang ada di pantai itu, tak lupa Ega menggenggam tangan istrinya dengan erat.
Setelah memesan menu makan siang, mereka duduk berhadapan, keduanya kompak menatap laut dari balik jendela restoran tersebut.
"Kapan terakhir kita ke pantai kak?" tanya Indhi tanpa pengalihkan pandangannya.
"Mungkin saat kamu masih SMP," jawab Ega kembali mengingat masa lalu, masa di mana perasaanya mulai tumbuh dan menatap Indhi dengan cara yang berbeda, masa di mana ia harus menekan perasaannya demi kebahagiaan adik kecilnya.
Tak lama pesanan mereka datang, keduanya segera melahap makanannya dan mengisi perut mereka yang lapar. Setelah makan, Indhi kembali mengajak Ega untuk bermain air di pantai, Ega hanya menurut, sungguh apapun yang di minta oleh istrinya akan ia berikan.
Dua sejoli itu tampak begitu bahagia, mereka berlarian dan saling mengejar satu sama lain tanpa memperdulikan baju mereka yang basah dan kotor. Beberapa jam bermain dengan air, keduanya akhirnya menepi, angin sore berhembus membawa hawa dingin yang menusuk kulit.
"Sayang," panggil Ega dengan mesranya.
Indhi sepertibya mulai terbiasa dengan panggilan yang suaminya berikan, gadis itu sama sekali tidak keberatan dengan panggilan sang suami. "Kenapa kak?" ucapnya kembali bertanya.
"Sepertinya kita harus memesan kamar hotel, kamu harus mandi dan ganti baju. Lihat bajumu basah dan kotor."
Indhi mengamati bajunya sendiri, gadis itu sampai lupa jika bajunya kotor saking asiknya bermain air bersama suaminya.
"Kita beli baju dulu kak, baju kakak juga kotor," kata Indhi mengingat mereka tak membawa baju ganti. Untung saja di dekat pantai ada beberapa toko yang menjual baju dan perlengkapan lainnya, setelah mebeli baju, mereka mencari hotel terdekat untuk sekedar mandi.
"sayang, kamu mandi dulu sana biar nggak masuk angin," kata Ega, namun bukannya masuk ke dalam kamar mandi, Indhi justru melangkah mendekati suaminya.
"Kak," ucapnya sedikit ragu.
"Kenapa?"
"Anu.. aku lupa nggak bawa pembalut," lanjutnya sedikit malu.
"Tunggu di sini biar aku belikan sebentar," tanpa di suruh, pria itu begitu peka dan langsung keluar kamar hotel untuk membelikan pembalut untuk istrinya.
Ega masuk ke dalam sebuah minimarket, pria itu segera menuju rak yang berisi berbagai macam pembalut wanita, tanpa rasa malu, Ega meraih salah satu merk pembalut dan membawanya ke kasir. Membelikan pembalut untuk Indhi membuat Ega kembali mengingat masa lalu, beberapa tahun yang lalu, saat pertama kali Indhi menstruasi, Egalah yang membelikan pembalut karena adiknya malu dan terus menangis mengeluh perutnya terasa sakit.
Setelah membeli pembalut, Ega bergegas kembali ke hotel, ia memberikan benda itu kepada istrinya.
"Terima kasih kak," ucap Indhi seraya tersenyum, ia meraih kantong plastik yang di berikan Ega dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Setengah jam kemudian, Indhi keluar dari kamar mandi, gadis itu memegangi pinggangnya yang terasa kurang nyaman. Ega memperhatikan istrinya, namun ia lebih dulu ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Saat keluar dari kamar mandi, Ega mendapati istrinya tengah berbaring di atas tempat tidur, pria itu segera menghampiri istrinya karena khawatir jika terjadi sesuatu kepada Indhi.
"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Ega khawatir.
"Pinggangku sakit kak, padahal sudah hari ketiga, biasanya hanya hari pertama sakitnya," keluh Indhi pada sang suami.
Nyeri pinggang atau kram saat haid terjadi karena adanya rangsangan kontraksi otot rahim untuk melepaskan lapisan dinding rahim saat menstruasi, kontraksi yang berat itulah yang menyebabkan pinggang terasa nyeri.
Ega segera merebus air untuk mengompres pinggang istrinya, untung saja kamar yang mereka sewa menyediakan alat untuk merebus air, setelah air panas, Ega memasukkannya ke dalam botol kaca bekas air mineral dan membawanya ke tempat tidur.
"Berbaring ya, aku kompres sebentar!"
Indhi mengangguk, ia lalu berbaring, sementara Ega duduk di sampingnya dan siap mengompres, pria itu sedikit membuka baju Indhi dan menempelkan botol berisi air hangat itu di pinggang istrinya.
"Apa sudah lebih baik?" tanya Ega memastikan setelah hampir setengah jam ia mengompres pinggang istrinya.
"Udah mendingan kak."
"Kita menginap saja ya, besok pagi baru pulang, anggap saja kita sedang honeymoon," ujar Ega karena merasa khawatir pada istrinya jika ia mengajaknya pulang sekarang.
"Aku bisa ijin besok, kamu masih masuk malam kan?" imbuhnya menyakinkan Indhi.
Setelah berpikir beberapa saat akhirnya Indhi setuju dan memutuskan untuk menginap di hotel itu. "Terserah kakak saja, aku mau istirahat."
Ega mebenahi posisinya, kini gadis itu tidur miring membelakangi sang suami, tak ingin di tingal tidur akhirnya Ega menyusul istrinya masuk ke dalam seliut dan memeluknya dari belakang. Entah mendapat ide dari mana, tiba-tiba terbesit niatan untuk menggoda istrinya, tanggannya yang semula hanya diam kini mulai menyingkap baju Indhi dan masuk kedalamnya, Ega bisa merasakan perut rata istrinya yang terasa hangat.
"Kak, jangan usil deh," protes Indhi karena suaminya mulai menggerayangi tubuh bagian depannya.
Namun Ega tak mengindahkan ucapan Indhi, pria itu sibuk memegangi sesuatu yang terasa kenyal dan pas di telapak tangannya.
"Kak, hentikan," Seru Indhi sambil berusaha melepaskan tangan suaminya.
"Sayang, bantu aku lagi dengan gaya makan ice cream..
BERSAMBUNG..