pada suatu waktu terjadi suatu tragedi berdarah yang didasari dari perebutan harta dan kekuasaan, dengan adanya tragedi tersebut seorang ayah menyuruh isterinya untuk membawa pergi anak pertama mereka, akibat ketakutan sang isteri pun membawa anak tersebut ke sebuah kampung dan menyimpan anak tersebut di sebuah pematang sawah karena khawatir akan terjadi sesuatu kepada dirinya.. sang ibu pun berencana kalau nanti sudah selesai krisis yang terjadi dia akan pergi kesana... sang ibu pun menyimpan anak tersebut disebuah box bayi dan sebuah kalung pemberian ayahnya, sang ibu pun menulis surat disana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon E'Ngador Together, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perampokan
Keesokan paginya evan pun bangun melihat ibunya tidak ada di dapur, dia lalu pergi ke kamar ibunya. Ibunya sedang berbaring, " ibu sakit ya." kata evan
" sakit biasa aja meriang nak." kata ibu surti
evan melihat tubuh ibunya itu, seketika otaknyanya pun bekerja dan membuat analisis setelah melihat penyakit ibunya tersebut.
" sini evan obati bu, ibu bukan meriang, tapi gejala angin duduk, ibu sakit kalau mau menggerakan badan, pinggang juga sakit, nafas ibu juga sesak." kata evan
" kok kamu tau nak, darimana kamu bisa tau." kata ibu surti kaget atas diagnosis evan
" ibu tiduran saja, biar evan obati." kata evan menyuruh ibunya, lalu dia mengambil jarum akupuntur di sakunya dan menusukan sesuai apa yang ada di kepalanya. Jarus tersebut dia peroleh dari pemberian kakek di padepokan. 10 menit kemudian evan mencabut jarum jarum tersebut. ibu surti pun meresa tubuhnya tidak sakit lagi, keringat bercucuran sehingga membasahi pakaiannya.
" wah kamu belajar dari mana nak, badan ibu terasa enteng dan seger sekarang, ibu merasakan badan ibu pun lebih nyaman." kata ibu surti
" evan juga gak ngerti bu, kemarin setelah menolong anak harimau, evan bermimpi ketemu kakek kakek dan memberikan ilmu kanuragan dan ilmu pengobatan dan beliau memberikan jarum ini juga untuk melakukan akupuntur." kata evan
Setelah itu Evan menceritakan semua kejadian yang terjadi kepada ibunya
" nak kamu anak terpilih, jadi gunakan apa yang kamu bisa itu untuk kebaikan, menolong kepada sesama ya, jangan jadi sombong apalagi kamu pergu akan untuk menyakiti orang lain." kata ibu surti
" iya bu, evan akan pergunakan ilmu ini untuk menolong orang lain, semiga saja bisa membantu." kata evan
tak lama terdengar suara teriakan dari luar rumah
" bu surti.. Bu surti, pak braja bu." kata Tomi salah satu warga kampung, bu surti dan evan pun keluar rumah
" bapak kenapa pak." tanya evan
" bapak kamu lagi di cegat perampok di pintu masuk kampung." kata tomi
" ibu tinggal di rumah aja bu, biar evan yang pergi kesana." kata evan
" hati hati nak, jangan sampai kamu kenapa kenapa." kata ibu surti. Evan pun berlari menuju pintu masuk kampung itu. Sampai disana benar saja pak braja sedang di hajar sama 4 orang perampok.
" hentikan. Kalau gak kalian akan tau akibatnya." kata evan yang sudah emosi melihat bapaknya di pukul
" dasar bocah ingusan." kata prampok itu
" PLAAAAAK."
" PLAAAAK."
" PLAAAAAK."
" BUUUM."
" KRETEEEEK." suara tulang patah, dan suara pukulan evan menghajar para perampok itu, mereka tersungkur di tanah. Pimpinan prampok pun bangun sambil terhuyung huyung.
" bocah.. Ku habisi kamu." kata pimpinan perampok itu sambil mengeluarkan goloknya. Evan pun menghentakan tiga kali kakinya ke tanah sambil menyebut.
"DULJA."
"DULJA."
"DULJA."
Seketika terdengar auman harimau dan langsung menerjang ke arah para prampok itu, evan menghampiri pak braja
" bapak tenang aja mereka teman teman evan." kata evan disaat kedatangan 7 ekor harimau
" kalian bawa para perampok ini, supaya hilang dari muka bumi ini." kata evan
" AUM..... AUM.... AUM." harimau itu mengaum. Lalu membawa para perampok itu pergi dari sana. Dalam proses tersebut para warga tidak ingat apa yang sedang terjadi, mereka menyangka bahwa para perampok itu melarikan diri.
Evan melihat kondisi pak braja, hanya lebam akibat pukulan dan ada sayatan golok di tangannya. Evan mencari dedaunan disana lalu mengobati luka luka pak braja. Setelah pulih evan membawa pak braja pulang ke rumah dengan memapahnya.
Sesampainya di rumah ibu surti langsung menyambut mereka.
" pak, bapak gak kenapa kenapa kan." kata ibu surti
" gak bu, untung saja evan datang menyelamatkan bapak, dan luka bapak juga sudah diobati dia." kata pak braja
" terus kamu gak apa apa kan nak." kata ibu surti
" gak bu, evan gak apa apa." jawab evan
" syukur kalau kalian gak kenapa kenapa, ibu gak tau harus berbuat apa, semenjak tadi setelah mendapat kabar bapak di rampok, ibu gemetaran." kata ibu surti, lalu dia membawa dua gelas air minum
" mudah mudahan aja kedepannya kampung kita aman bu." kata evan
" oh iya nak mereka trus dibawa kemana sama teman teman kamu itu" kata pak braja
" di bawa jadi santapan mereka pak, kalau gak seperti itu mereka akan terus berbuat jahat, jujur aja evan juga baru tau bahwa apa kata kata harimau waktu itu benar benar kenyataan dan bisa membantu evan." kata evan
" memang mereka suka bikin warga kampung resah dan selalu membuat onar juga di kampung lainnya ." kata pak braja
" tapi kamu harus lebih hati hati lagi nak, ibubtakut teman teman mereka balas dendam." kata ibu surti khawatir
" iya bu, evan pasti akan lebih hati hati lagi." jawab evan,
Setelah makan siang evan pergi ke lereng gunung untuk mencari rumput karena pak braja masih merasa sakit dan masih syok atas kejadian yang menimpa kepadanya.
Setelah selesai mengambil rumput, evan istirahat di bahan pohon yang waktu itu. Tak lama datang anak harimau yang waktu itu ditolong.
" hai, kamu sudah sembuh, aku kasih nama kamu Hacu ya Harimau lucu." kata vian, sang anak harimau menganggukan kepalanya seperti mengerti apa yang evan ucapkan, dia pun menjilati kaki evan, evan pun bermain dengan Hacu seperti betmain dengan anjing saja.
" hacu sudah sore, mainnya sudah ya, besok kita main lagi, kamu harus hati hati jangan sampai terkena jebakan pemburu lagi." kata evan, si hacu hanya mengangguk tanda setuju. Evan pun pergi pulang ada rasa berbeda di tubuhnya, merasa kekuatannya bertambah. Hacu pun pergi terlebih dahulu, evan pun pulang membawa rumlut yang dia ambil tadi, se tibanya di kandang evan langsung memberikan rumlut tersebut ke kambing kambingnya.
Di malam hari, di luar rumah terdengar suara orang mengobrol beberapa pemuda dan orang tua yang sedang mengadakan ronda malam karena di kampung tersebut sering ada maling ternak. Tak lama terdengar suara teriakan yang memberitahu bahwa ada maling ternak.
" maliiiiiiing, maliiiiiiiing.....maliiiiiiiiing."
Evan pun keluar rumah melihat ada 2 orang yang sedang membawa kambing sedang di kepung warga. maling tersebut mengangkat golok mengancam para penduduk. Disaat itu evan maju menerjang kedua maling tersebut.
" Buuuuuuk."
" Buuuuuuk."
" Plaaaaaak."
" Plaaaakkk."
tanpa ada reaksi dari para maling yang kaget dengan kecepatan tendangan dan pukulan dari evan. Para perampok itu pun berhasil di ringkus warga, Warga pun sempat terkejut dengan kejadian tersebut.
" ayo bawa orang orang ini, kita serahkan ke kepala desa." teriak evan yang melihat warga masih bengong.
" ayo kita bawa maling ini." kata salah satu warga yang sudah sadar... mereka pun membawa maling tersebut ke balai desa.