Idzam Maliq Barzakh seorang pengusaha muda yang sukses dalam karir nya namun tidak dalam urusan asmara. Karena jenuh dengan kisah asmaranya yang selalu bertemu wanita yang salah, ia berganti profesi menjadi penjual kebab di sebuah mini market atas saran sahabatnya Davin. Ia ingin mencari Bidadari yang tulus mencintainya tanpa memandang harta. Namun perjalanan kisah cintanya ketika menjadi penjual kebab selalu mengalami kegagalan. Karena rata-rata orang tua sang wanita langsung tidak setuju ketika tahu apa profesi Izam sebenarnya. Mereka beralasan jika anak mereka menikah dengan Izam akan menderita dan melarat karena tidak punya harta dari menjual kebab tersebut. Karena hampir putus asa, ia di sarankan sahabatnya fahri untuk tinggal di sebuah pesantren sederhana untuk memperdalam ilmu agama dan di sana lah ia bertemu bidadari yang sesungguhnya yang mau menerimanya apa adanya bukan ada apanya.
Mohon untuk tidak Boomlike teman-teman, untuk menghargai karya para author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurhikmah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendadak menikah
"Astaghfirullah hal Adzim??? Apa yang kalian lakukan di kamar ini??? " pekik seseorang yang datang memasuki kamar Amay.
Aulia terpekik kaget melihat Izam berada di kamar Amay sambil berpegangan tangan walaupun posisinya berada di bawah tempat tidur.
"Ada apa teriak-teriak Aulia? " tanya Bulek Saroh yang baru saja datang.
Bulek Saroh langsung menutup mulutnya dengan tangan dengan wajah shock dan ia nyaris tumbang. Untung saja Aulia dengan sigap menahan tubuh Bulek Saroh hingga ia pelan-pelan di duduk kan di atas tempat tidur dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
Di pikirannya berkecambuk berbagai macam dugaan apa yang terjadi dengan keponakan kesayangan nya sewaktu ia tidak ada di rumah.
Tidak seorangpun yang terbangun ketika Aulia memekik keras. Bahkan Haikal juga tidak menyadari jika Uminya sudah pulang dan waktu subuh sudah terdengar keras berkumandang.
"Ada apa ini? " tanya Pak lek Rohim yang tiba-tiba berada di depan pintu kamar Amay.
"Amay, Bah! Amay! " ucap Bulek Saroh terputus dengan menangis tersedu-sedu.
Pak lek Rohim yang masuk pun berjalan mendekat dan betapa terkejut nya ia melihat seorang laki-laki di dalam kamar keponakannya dengan berpegangan tangan, walaupun laki-laki tersebut duduk di lantai tertidur pulas.
"Ya Allah.. Apa yang terjadi ini? " ucap Pak lek Rohim sambil mengusap kasar wajah nya.
Haikal mengeliat dari tidurnya karena badannya pegal-pegal, ia mengucek matanya seakan tidak percaya jika Abah dan Umi nya sudah pulang dan berada di kamar kakaknya.
Ia lalu duduk sambil melepas headset yang terpasang di telinganya.
"Loh, Abah sama Umi sudah pulang? Kok pagi banget? Kirain pagi pulangnya! " ucap Haikal sambil berjalan mendekati mereka.
"Haikal.... " sahut mereka berbarengan dengan suara keras.
"Ka-kamu di kamar ini juga? " tanya Umi nya dengan wajah kaget.
"Iya, emang kenapa Mi, Bah? " tanya Haikal balik dengan wajah bingung.
Mendengar suara berisik membuat tidur Izam terganggu, ia membuka matanya dengan perlahan sambil memegang punggungnya yang terasa agak nyeri. Ia melihat di sekelilingnya dengan heran, ia kaget melihat Pak Kyai dan Nyai ada di dalam kamar sambil menangis.
Seketika Izam baru menyadari jika ia bukan berada di kamarnya, tetapi di kamar Amay yang semalaman ia jaga bersama Haikal.
"Pak Kyai, Bu Nyai, Haikal!! " ucap Izam sambil bangkit dari duduknya dengan memegang pinggangnya yang terasa sakit.
"Kak Izam sudah bangun? " tanya Haikal dengan melihat Izam memegang pinggang nya.
"Iya, Kal! Pinggang kakak sakit banget! Gak nyangka kakak kalau ketiduran juga sambil duduk! " jawab Izam dengan sedikit meringis.
"Haikal, Nak Izam! Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi dengan Amay? Hampir saja saya dan istri saya berpikiran yang tidak-tidak tentang Nak Izam! " tanya Kyai Rohim dengan tatapan menyelidik.
"Mendingan kita bicara di ruang tamu aja, Bah! Takutnya nanti Kak Amay terbangun! Kak Aulia, jagain Kak Amay ya? " pinta Haikal dengan wajah was-was.
Mereka semua pun keluar dari kamar Amay menuju ruang tamu untuk mendengar kan penjelasan Haikal dan Izam.
Setelah duduk di kursi, Haikal pun menceritakan apa yang terjadi pada Amay dari awal hingga akhir tanpa di tutupin sedikitpun.
Ia juga menceritakan saat Amay mengigau memanggil Abah nya sambil memegang erat tangan Izam hingga mau tidak mau Izam duduk di lantai dengan saling berpegangan tangan.
"Ya Allah, Bah! Umi nyesal udah nginap di rumah Mbak Piah, seandainya Umi langsung mengajak Abah pulang, Amay tidak akan mengalami ketakutan seperti ini! " ucap Bulek Saroh dengan wajah menyesal.
"Tidak boleh berbicara seperti itu, Umi! Ini semua sudah kehendak Allah SWT, tidak boleh kita berandai-andai. Mudah-mudahan saja tidak ada yang membuat fitnah atas insiden yang terjadi malam ini terhadap Amay dan Nak Izam. " tegur Pak lek Rohim dengan lembut kepada istrinya.
"Kok gitu, Bah! Kak Amay dan Kak Izam kan gak berdua saja di kamar! Ada Haikal juga bersama mereka! " ucap Haikal protes.
"Iya, Kal! Abah tahu, hanya saja kita tidak tahu dengan pemikiran orang lain. Bisa saja ia menjadikan ini sebagai senjata untuk menjatuhkan Amay dan Ponpes Mutmainnah ini! Jadi sebisa mungkin kita harus waspada dan hati-hati jika bertindak, jangan sampai mereka mengambil keuntungan dari kejadian ini. " jawab Pak lek Rohim memberikan nasihat.
"Maaf Pak Kyai, Bu Nyai! Izin kan saya bicara! Saya sudah memikirkan nya matang-matang beberapa saat yang lalu. Saya akan menjaga harkat dan martabat Amay sebagai seorang muslimah dengan menikahinya. Saya siap menikahi Amay agar tidak ada yang bisa berbicara buruk tentang Amay dan Ponpes Mutmainnah ini! " ucap Izam dengan mantap dan serius.
"Apa??? Benarkah itu?? Nak Izam tidak bercanda?? " pekik Pak lek Rohim dan Bulek Saroh dengan wajah kaget.
"InsyaAllah saya tidak bercanda Pak Kyai, Bu Nyai! " jawab Izam lagi dengan yakin.
"Alhamdulillah, ya Allah... " ucap Pak lek Rohim dan Bulek Saroh dengan tersenyum lega.
"Tapi.... Bagaimana dengan Amay, Pak Kyai? Apakah ia mau menikah dengan saya yang hanya seorang penjual kebab? " tanya Izam dengan ragu-ragu.
"Serah kan semuanya kepada, Bulek! Karena Amay bukan orang yang memandang seseorang dari harta, dan jabatan. Asalkan Nak Izam benar-benar menjadikannya istri yang selalu di sayangi dengan sepenuh hati, dan tidak menyakiti nya baik fisik maupun non-fisik, InsyaAllah Amay mau. " jawab Bulek Saroh dengan tersenyum bahagia.
"Alhamdulillah... " ucap Izam sedikit lega.
"Tapi, bagaimana dengan orang tua, Nak Izam? Apakah mereka mau menerima Amay menjadi menantu mereka dengan asal usul Amay yang seperti ini? " tanya Pak lek Rohim agak khawatir.
"InsyaAllah orang tua saya bukan orang yang seperti itu, Pak Kyai! Mungkin awalnya mereka akan terkejut, tapi InsyaAllah itu tidak berlangsung lama. Saya yakin mereka akan menerima Amay dengan tangan terbuka. " jawab Izam dengan optimis.
"Syukur lah, saya sedikit tenang mendengar nya! " sahut Pak lek Rohim lega.
"Terus kapan Kak Izam akan menikahi Kak Amay? " tanya Haikal ikut bicara setelah diam sesaat dan membiarkan orang dewasa berbicara.
"Lebih cepat lebih baik, bagaimana Pak Kyai? " jawab Izam sambil meminta pendapat Pak lek Rohim.
"Saya setuju, bagaimana jika nanti malam setelah shalat maghrib? " ucap Pak lek Rohim dengan melihat Izam.
"Saya setuju Pak Kyai! Kalau begitu saya mau undur diri dulu kembali ke asrama, karena waktu subuh sudah sedikit terlewati. " sahut Izam bangkit dari duduknya.
"Astaghfirullah hal adzim... Ya Allah.. Sampai lupa mau shalat subuh! Silahkan, Nak Izam! Saya juga mau shalat di rumah saja! Ya Allah, maafkan hamba-Mu yang lalai atas seruanmu ya Allah! " ucap Pak lek Rohim memohon ampunan.
Izam keluar dari rumah Amay menuju asrama tempat ia tinggal, sedangkan Pak lek Rohim kembali ke rumahnya untuk shalat subuh yang sudah terlambat jika shalat di masjid karena masalah ini.
Haikal mengikuti Abah nya pulang, sedangkan Uminya masih di rumah Amay di kamar Amay bersama Aulia menjaga Amay yang tubuhnya masih terasa hangat. Mereka bergantian shalat subuh di kamar Amay.
🌾🌾🌾
Pagi harinya...
Amay meringis pelan dengan membuka matanya secara perlahan. Ia memijit kepala nya yang terasa sakit dan berat. Ia melihat di sekelilingnya, ia menghela nafas pelan karena ia ada di kamarnya sendiri.
"Kamu sudah bangun, Nduk? " tanya Bulek Saroh sambil membawa nampan berisi segelas susu dan beberapa lembar roti.
Dari kecil hingga sekarang, Amay jika sarapan sangat suka memakan roti dan segelas susu. Mungkin karena keturunan orang luar, ia begitu menyukai roti. Ia juga menyukai nasi, hanya saja jika sarapan ia lebih menyukai roti yang di kasih selai strawberry kesukaannya.
"Bulek, Bulek sudah pulang? "tanya Amay dengan suara lemah.
"Iya, Nduk! Bulek pulang subuh tadi. Ayo duduk, sarapan dulu biar tenaga mu pulih! "ucap Bulek Saroh dengan membantu Amay untuk duduk.
Amay meminum susu dan memakan roti kesukaan nya dengan lahap, rasa berat kepalanya agak berkurang dan ia merasa sudah agak enakan dari pada saat tadi malam.
"Bulek, tadi malam Abah datang merawat Amay! Amay merasa seperti mimpi Abah datang menemui Amay! " curhat Amay dengan wajah sendu.
"Kamu bukan mimpi, Nduk! Tapi yang datang dan merawat mu bukan Abah mu, tapi orang lain! " jawab Bulek Saroh dengan lembut.
"Jadi memang bukan Abah ya Bulek? Jadi siapa yang merawat Amay semalam? " tanya Amay lagi dengan wajah sendu.
"Nak Izam, dialah yang merawat mu hingga Pak lek dan Bulek mu pulang! " jawab Bulek Saroh dengan jujur.
"Apa???Ja-jadi yang merawat Amay semalam Abang Iz?? " ucap Amay dengan wajah kaget.
"Cie-cie... Udah punya panggilan sayang rupanya?? " goda Aulia yang masuk ke dalam kamar Amay.
Amay cemberut mendengar ucapan Aulia yang dengan sengaja menggoda nya. Ia memalingkan wajah nya ketika Aulia semakin menjadi-jadi menggoda nya.
"Sudah, sudah! Aulia, kamu sudah sarapan? Kalau belum sarapan dulu! " ucap Bulek Saroh sambil membereskan bekas makan Amay.
"Sudah Bulek, baru saja sarapan dengan Haura! Sini biar Aulia saja yang membawanya kebelakang, Bulek! Bulek bicara saja dengan Amay tentang persiapan pernikahan nya nanti malam! " jawab Aulia sambil mengambil nampan yang ada di tangan Bulek Saroh.
"Apa??Menikah?? Emangnya siapa yang mau menikah?? " tanya Amay dengan wajah bingung.
Bersambung...
Selamat membaca dan selamat beristirahat readers semuanya...
Maaf jika othor belum maksimal untuk Up rutin karena masih dalam suasana berduka.
Mohon dukungan nya agar othor ikhlas dan lapang dada menerima takdir ini...
tulisannya juga nggak banyak yang salah.
sampai di sini belum kelihatan tanda-tanda mau tamat.
sebetulnya akan bagus kalau dibuat season 1,2,3 dst
begitu kak..
maaf ya 🙏🙏