Tidak disarankan untuk yang masih dibawah umur.
Berawal dari kos-kosan campuran yang kutempati. Kisah kasih terjadi di sana.
Mulai dari Ibu kos yang cerewet, suka gosip tapi baik. Sampai ada penghuni baru yang menurut temanku tampan.
Lalu bagaimana menurutku??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andiyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tisandra Putri Kusuma
"Melihat matamu, entah kenapa matamu terasa tidak asing."
Deg!
Semoga Ayah tidak mengenaliku! Harusnya tadi aku nurut sama Pipit untuk pasang bulu mata palsu!!
Aku langsung membuang muka dan melepaskan tanganku dari Ayah.
"Ayo kita mulai meetingnya sekarang," ucap Andri.
Kami pun memulai meeting. Aku sedikit mengubah suaraku saat berbicara.
Seperti biasa, Ayah sangat keras kepala. Kami sulit mendapatkan kesepakatan dengan Ayah.
Tapi aku anaknya. Aku sudah tahu sifat-sifatnya itu. Aku tahu kata yang ampuh untuk membuat Ayah setuju.
Setelah beberapa lama meeting berlangsung, akhirnya kami mendapatkan kesepakatan dengan Ayah.
"Melihat pembawaanmu, aku jadi teringat dengan seseorang. Pembawaanmu ketika meeting sama persis dengannya," ucap Ayah.
Aku menelan salivaku mendengar ucapan Ayah. Semoga dia tidak tahu kalau aku adalah anaknya.
"Siapa namamu?" tanya Ayah.
"Putri," jawabku.
Andri langsung menatapku karena aku menyebutkan nama Putri bukannya Tisa.
Aku tidak berbohong. Namaku Tisandra Putri Kusuma.
"Aku suka pembawaanmu. Gimana kalau kamu bekerja di perusahaanku?" ucap Ayah.
Aku tahu kalau dia cuma bercanda.
"Wah, jangan Om. Dia aja jadi asisten saya belum sampai seminggu. Masa sudah mau Om ambil," sahut Andri.
Ayah hanya terkekeh mendengar sahutan Andri.
"Karena kita lagi di kafe, gimana kalau kita makan siang bareng?"
Aku langsung mendongak kaget mendengar ajakan Ayah.
Kalau makan, berarti aku harus buka masker! Nggak! Aku nggak mau makan bareng!
"Boleh Om!" jawab Andri.
Aku langsung menoleh ke Andri mendengar jawabannya.
Nih orang main boleh-boleh aja!
"Aduh, sebelumnya saya minta maaf Pak. Sebenarnya saya ingin makan siang bareng. Tapi saya harus segera ke apotek, untuk beli obat," ucapku beralasan.
"Karena sekarang sudah mulai musim pancaroba, jadi saya mudah pilek."
Perasaan akhir-akhir ini aku bohong mulu deh! Semoga aku nggak sakit beneran!
"Sayang sekali ya kalau begitu," ucap Ayah.
Aku pun beranjak pergi meninggalkan mereka.
Setelah keluar dari kafe itu, aku pergi ke sebuah warung pecel dan makan di sana.
Setelah selesai makan, aku langsung kembali ke kantor.
Jarak antara warung ini dengan kantor, hanya tujuh menit jalan kaki.
Langit yang sedari tadi sudah mendung, akhirnya meneteskan air hujan.
Baju atasanku jadi basah akibat nekat menerobos hujan.
Di pintu masuk kantor, aku berpapasan dengan Andri. Dia tidak basah karena memakai payung.
Andri tampak terkejut melihat bajuku sedikit basah.
"Kok kamu hujan-hujanan sih?! Kan kamu sedang pilek?!"
"Ya, mau gimana lagi? Jam makan siang kan mau habis. Jadi aku harus segera kembali ke kantor."
Aku mengusap-usap lenganku yang basah.
Tiba-tiba Andri melepas jas yang dipakainya dan memakaikannya padaku.
"Apa yang kamu--"
"Ssst! Diam lah! Pakai saja jasku supaya kamu nggak dingin!"
Dengan jas Andri yang sedikit kebesaran, aku pun akhirnya memulai aktivitas kantor lagi.
________
"Makasih jasnya ya Ndri," ucapku sambil melepas jas Andri ketika jam kantor sudah selesai. Aku ingin mengembalikan jas itu kepadanya.
"Eits! Jangan dilepas dulu! Nanti aja pas sudah sampai kos." Andri mencegahku melepas jasnya.
Karena jasnya terasa hangat, aku pun menurut tidak melepasnya.
Andri mengajakku untuk pulang bareng.
"Tadi kenapa kamu bohong kalau nama kamu itu Putri?!" tanya Andri tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya.
"Aku nggak bohong kok!"
Andri menoleh menatapku.
"Aku nggak bohong! Namaku, Tisandra Putri Kusuma."
"Oh, jadi Putri itu nama tengahmu ya!
Aku hanya mengangguk.
Setelah itu, tak ada perbincangan di antara kami lagi.
Setelah kami sampai di kosan, aku melepaskan jas Andri.
"Makasih ya Ndri." Aku menyodorkan jas itu.
"Iya, sama-sama," ucapnya dengan tersenyum.
Tapi entah kenapa senyumannya sedikit berbeda, tidak seperti biasanya.
Aku berbalik badan hendak masuk ke kamar.
Karena kehujanan tadi, badanku rasanya dingin sekali. Aku harus segera ganti baju.
"Biru."
Aku menoleh ke Andri. Sepertinya barusan aku mendengar dia mengatakan sesuatu.
"Hah? Apa Ndri?"
"Biru!" sahutnya.
Aku mengernyit bingung. "Apanya?"
"Daleman kamu warna biru!"
Aku langsung terbelalak mendengar ucapannya. Spontan aku langsung melihat ke dadaku.
Mataku membulat melihat pakaian dalamku warna biru yang terlihat jelas dari luar. Kemeja putih yang kupakai basah, alhasil membuat pakaian dalamku terlihat jelas.
Aku langsung menyilangkan tanganku untuk menutupi dada.
Apa ini alasan senyum anehnya tadi?!
"Dasar mesum!! Kenapa kamu nggak bilang dari tadi?! Jangan bilang kamu sudah melihatnya pas di kantor tadi siang?!"
Andri nyengir mendengar perkataanku. Yang artinya, tebakanku benar.
"Maka dari itu, aku meminjamkan jas milikku padamu! Aku tidak ingin orang lain melihat pakaian dalammu!! Cuma ak--" Andri tidak melanjutkan perkataannya.
"Cuma apa?!!" tanyaku penasaran karena Andri tidak melanjutkan perkataannya.
"Nggak jadi! Udah, masuk sana! Cepet ganti baju! Memangnya kamu mau aku terus melihat dalemanmu?!"
"Aish, ck!" Aku pun menghempaskan langkahku masuk kedalam kamar.
________
Sudah hampir tengah malam, tapi aku masih belum bisa tidur.
Hidungku mampet. Susah untuk dibuat nafas.
Gara-gara hujan tadi, sekarang aku jadi pilek beneran. Sepertinya aku kena karma karena sering bohong.
Rasanya aku sangat kedinginan. Kuambil jaketku dan memakainya. Kemudian aku memakai selimut sampai menutupi kepala.
Haaah.. Tetap saja. Aku masih merasa dingin.
Aku pun kepikiran untuk membuat susu jahe. Kemudian aku bergegas pergi ke dapur.
Aku butuh yang anget-anget.
Sambil menunggu air mendidih, aku pun mendudukkan diriku.
Lama-kelamaan, kepalaku terasa berat. Aku pun menaruh kepalaku di meja.
Setiap berkedip, kelopak mataku terasa panas. Mataku pun juga terasa menjadi berat.
________
"Tisa! Bangun Tis!!" aku merasakan seseorang menepuk-nepuk pipiku.
Melihat cahaya dari jendela dapur, kayaknya ini sudah pagi.
Sepertinya semalam aku ketiduran dan semalaman aku tidur di dapur dengan posisi duduk dan kepala ada di meja.
Badanku rasanya sakit semua karena semalaman tidur dengan posisi seperti itu.
Mataku terasa sangat berat. Sulit untuk membukanya lebar-lebar.
Sebuah tangan menempel di dahiku. "Ya ampun Tisa! Badan kamu panas!!" ucapnya.
Mataku tidak terlalu mengenali wajah itu. Tapi dari suaranya, sepertinya itu Andri.
Aku menggigil kedinginan.
"Tisa! Buka matamu yang lebar Tis!" pekik Andri.
Nggak bisa! Rasanya berat sekali!
Saat aku kembali menutup mataku, aku merasakan tubuhku diangkat. Sepertinya Andri menggendongku.
Kenapa rasanya nyaman sekali saat dia menggendongku?!
Aku bisa merasakan kakinya terburu-buru melangkah. Seperti setengah berlari.
DUAK!!
Karena Andri terburu-buru, kepalaku terbentur pintu.
Sakit. Tapi aku tidak bisa mengeluhkan itu. Aku terlalu lemas, bahkan untuk sekedar mengeluh.
"Maaf Tisa!!" ucap Andri. Kemudian dia melanjutkan langkahnya.
Kelopak mataku rasanya panas. Setiap hembusan nafasku juga terasa hangat.
Kerongkonganku terasa kering seperti tercekik. Bahkan untuk menelan ludah sendiri saja sangat susah.
Secara perlahan, aku mulai kehilangan kesadaranku.
BERSAMBUNG
semangat terus buat berkarya 🥰