"Siapa namamu? Kenapa wajahmu sangat mirip denganku?" tanya Gavin spontan tanpa basa-basi.
"Namaku Daniel. Mirip denganmu? Kurasa tidak, Uncle. Kata Mommy, aku sangat tampan! Bahkan, tak ada yang mengalahkan ketampananku."
"Sial! Berani sekali anak kecil ini melawanku,"
Daniel, adalah putra Elleana yang pandai melukis dan mulai tumbuh besar. Kemampuannya dalam melukis, membuat siapapun kagum padanya. Siapa sangka, ia memenangkan lomba melukis di sebuah galeri seni ternama. Rupanya, seorang Gavin Alenxander, sang CEO galeri seni itu, merasa bahwa Daniel mirip dengannya. Apakah Daniel dan CEO itu ada hubungannya?
Sebuah keajaiban terjadi, ketika Daniel menghadiri lelang lukisan terbesar di dunia. Ellea dan Gavin dipertemukan dalam sebuah acara yang sama. Gavin Alexander sangat kaget, mengingat anak kecil yang mirip dengannya, tengah bersama Ellea, wanita yang dulu pernah menjadi masa lalunya.
Apakah hubungan Ellea dan Gavin di masa lalu? Siapakah Ayah Daniel sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Why?
Suasana cafe Bear, nampak begitu tenang dan nyaman. Ellea meminta Eric untuk memesan meja di halaman depan. Sebenarnya, itu bukan permintaan Ellea. Itu adalah permintaan Gavin, pria itu ingin melihat Ellea dan
Eric dengan jelas. Gavin tak akan membuat masalah kali ini, karena ia tak
sepantasnya ikut campur urusan Eric dan Ellea.
Mendapati betapa dunia itu begitu sempit, membuat Gavin berpikir keras, bisa saja Ellea adalah ancaman bagi semua pria-pria dihadapannya. Gavin ingin memastikan, apakah saat ini ia akan cemburu pada Ellea yang akan bertemu dengan Eric?
Dari dalam mobil, Ellea sudah melihat Eric yang telah menunggunya. Tanpa pamit pada Gavin, Ellea segera memutuskan untuk turun dari mobil Gavin. Gavin tiba-tiba menahan tangan Ellea, ia seperti ingin mengatakan
sesuatu, namun lidahnya sulit untuk berucap.
Ellea melihat tangannya yang digenggam oleh Gavin,
"K-kenapa? Ada apa?"
Gavin menatap Ellea tanpa berbicara, pandangan mereka akhirnya bersatu. Ellea jadi canggung seketika, ia merasa malu karena Gavin terus menatapnya. Ellea gugup, entah apa yang Gavin inginkan. Namun, saat Ellea mencoba melepaskan genggaman tangan Gavin, nyatanya Gavin malah memerkuat genggamannya dan tak mau melepaskan tangan Ellea.
"Tolong lepaskan," Ellea tak nyaman.
"Aku akan melepaskannya, asal ..." ucapan Gavin terpotong.
"Asal apa?"
"Asal kau bisa mencintaiku," ujar Gavin nakal.
"Kau! Lepaskan! Jangan menahanku. Cepat, waktuku tak lama. Aku tak ingin Daniel menunggu."
"Baik, aku akan memantaumu dari sini. Kumohon, jaga sikapmu, jangan pecicilan dihadapan Eric. Awas saja jika kau tersenyum genit padanya." Tegas Gavin.
"Memangnya kau siapa? Kenapa kau mengguruiku?"
"Aku calon suamimu, kenapa? Kau tak suka?" tantang Gavin.
"Calon suami? Jangan mimpi!" Ellea melepaskan genggaman tangan Gavin, seketika itu pula ia menjulurkan lidahnya dan segera keluar dari mobil Gavin.
"Hey, kau! Licik sekali, kau! Lihat saja nanti, akan kubalas semua perbuatanmu!" Pekik Gavin sembari menunjuk-nunjuk Ellea.
Ellea tak mendengar lagi ucapan Gavin. Di luar suasananya sangat ramai, keadaan juga berisik, hingga ucapan Gavin tak sampai di telinga Ellea. Saat Ellea mendekati meja Eric, Eric tersenyum riang pada Ellea, dan akhirnya mereka pun bersalaman. Ellea merasa canggung, karena ia merasa
"Eric, lama tak bertemu. Maafkan aku, aku banyak dosa padamu," ujar Ellea.
"Apa yang kau bicarakan, Elle! Kedatanganku ke sini, bukan untuk menanyakan kesalahanmu. Aku hanya ingin memastikan jika kau baik-baik saja." jawab Eric.
"Aku baik-baik saja, Eric. Maafkan aku, karena aku berkali-kali membuatmu kesal. Sungguh, aku merasa malu padamu. Sering kali aku mengecewakanmu dan tak memberimu informasi mengenai semuanya. Jujur, aku dalam posisi tak memungkinkan untuk ikut bekerja sama denganmu. Kau pasti tahu alasannya apa," Ellea menunduk.
Eric menghela napas. Ia yakin, semua ini karena Gavin Alexander. Memang, sulit untuk mengambil Ellea jika sudah berada di tangan Gavin. Satu-satunya cara, adalah bermain cantik dari belakang, jangan sampai Gavin mengetahuinya. Kabar Ellea ada keterkaitan dengan Gavin, membuat Eric sedikit menghela napas dan mundur perlahan.
"Elle, aku memahami untuk itu. Tapi, bolehkah aku bertanya padamu tentang kau dan Gavin?"
Ellea terdiam. Ia sudah bisa menduga, jika Eric akan memertanyakan soal ini. Dulu, belum ada kesempatan bagi Ellea untuk menjelaskan semuanya. Karena Gavin yang terus mengejarnya dan tak memberikan Eric kesempatan untuk bertemu lagi dengan Ellea.
"Silakan, silakan kau tanyakan apapun. Aku akan menjawab semuanya dengan jujur, Eric." Ellea sudah pasrah.
"Apa kau meninggalkan aku karena Gavin? Benarkah Daniel adalah anaknya?"
Deg. Pertanyaan yang singkat namun perlu penjelasan panjang kali lebar. Ellea sudah sangat menduga, Eric akan bertanya hal ini. Mungkin, inilah saat Ellea harus jujur pada Eric tentnag semua pertanyaan Eric tentang mengapa Ellea meninggalkannya. Tak ada lagi alasan untuk berkilah dan menghindar dari Eric.
"Aku tak meninggalkanmu karena Gavin. Aku meninggalkanmu sebelum aku mengenalnya. Aku tak sengaja melakukan perbuatan keji itu dengannya, semua karena ketidaksengajaan, karena aku sangat membutuhkan uang pada saat itu." Jelas Ellea.
"Jadi, benar? Daniel adalah anak Gavin?"
Ellea hanya mengangguk lesu.
"Apa kau meninggalkanku karena keluargamu bangkrut?"
Ellea mengangguk lagi,
"Kenapa dulu kau tak meminta bantuanku? Kenapa kau malah pergi begitu saja?"
Hanya Ellea yang tahu, alasan ia pergi meninggalkan Eric begitu saja. Sebenarnya, Ellea berat meninggalkan Eric, Ellea menyayangi Eric kala itu. Namun, tak mungkin Ellea membebankan semua pada Eric, karena pada saat itu, keluarga Eric pun sedang berada di titik terendahnya. Ellea tak ada pilihan lain, selain menghindar dan pergi meninggalkan Eric.
"Perusahaanmu juga diambang kehancuran, kan? Aku tak mungkin membebanimu untuk semua ini. Kuputuskan untuk pergi dan meninggalkan semuanya. Beruntungnya, kau dan Papamu bisa bangkit lagi. Berbeda denganku, Ric, perusahaanku sudah diakusisi oleh Adik Papa. Itulah yang aku sesalkan selama ini. Tapi, sudahlah ... itu masa lalu, dan aku tak ingun mengungkitnya lagi."
Eric mulai melancarkan jurusnya. Ia tahu, jika Ellea akan berkata seperti itu. Yang ia tak paham, kenapa Ellea dan Gavin harus melakukan hal itu, hingga Ellea mempunyai Daniel. Padahal, keluarga Ellea hancur karena ulah Papa Gavin. Eric mengira, jika Ellea tak mengetahui tentang semua ini. Eric akan mencoba mencuci otak Ellea agar perlahan membenci Gavin, karena ulah masa laku orang tuanya.
"Elle, apa kau tak tahu? Siapa dalang dibalik bangkrutnya perusahaan Papamu?" tanya Eric.
Ellea terdiam sejenak. Ia tak mungkin menjawab ucapan Eruc yang sangat sensitif ini. Ellea tahu, jika Eric mungkin saja telah mengantongi beberapa bukti. Namun Ellea tak akan mudah termakan omongan siapapun mulai saat ini. Ia selalu yakin, jika dirinya akan menunjukkan jalan terbaik. Jangan pernah terpengaruh, karena hanya dirinya yang bisa ia percaya.
"Siapa dalangnya?"
"Kau mungkin kaget. Tapi, aku tak ingin membuat namanya jelek dimatamu, Elle. Dia sangat dekat denganmu." tambah Eric.
Aku sudah tahu. Batin Ellea.
Tak perlu mengatakannya, Eric. Aku sudah melupakan semuanya, dan aku akan menjalani hidupku saat ini dengan lebih hati-hato dan tak memercayai siapapun." Tegas Ellea.
"Ta-tapi, kau pasti terkejut jika kau tahu siapa dalang dibalik kehancuran perusahaan Papamu. Kau yakin tak ingin tahu? Jangan berpura-pura, Elle. Jika kau penasaran, aku pasti akan memberitahuamu. Kau juga bisa meminta bantuanku, jika kau butuh." Eric terus meraih hati Ellea.
"Aku yakin. Aku tak ingin tahu siapa orangnya. Aku tak akan buang-buang waktuku untuk melakukan pembalasan pada orang itu. Aku hanya akan melanjutkan hidupku, untuk sekarang dan masa depan anakku." Ellea terlihat tak suka jika Eric terlalu ikut campur.
"Elle, kau mencintai Gavin? Kau yakin akan menikah dengannya?" tiba-tiba Eric bertanya hal itu pada Ellea.
"Tidak, aku tidak mencintai Gavin. Aku menikah dengannya karena sebuah tujuan. Aku hanya menghargai dia sebagai Ayah dari anakku." tambah Ellea.
"Kenapa kau harus membuang-buang waktu jika kau tak mencintainya?" tanya Eric.
"Karena, ada satu hal yang tak bisa aku jelaskan padamu!"
Tiba-tiba, Gavin sudah keluar dari mobilnya, dan mendekat berjalan kearah meja Ellea dan juga Eric. Hati Gavin bergemuruh. Walau ia tak tahu apa yang Ellea dan Eric bahas. Tapi, hatinya sangat tak nyaman. Gavin tak bisa membiarkan Eric terus menatap Ellea. Dengan sigap, ia mendekati meja itu, dan berkata pada Eric.
"Halo, Eric! Long time no see, maaf jika aku mengecewakanmu. Tapi, waktumu berbicara dengan calon istriku, telah habis. Aku tak bisa menunggu terlalu lama, karena aku harus mengurus semua pernikahanku dengan Ellea. Ellea, ayo pergi sekarang!" Ajak Gavin mengagetkan Ellea.
"Kau! Sudah kubilang tunggu saja di dalam mobil." Ellea tak enak pada Eric.
"Tak apa, Elle. Pergi saja, aku sudah selesai berbicara denganmu."
"Terima kasih, Eric. Aku pergi dulu ..."
"Ya, Elle. Hati-hati di jalan ..."
Eric menatap Ellea dan Gavin yang berlalu meninggalkannya. Eric sangat heran dengan sikap Ellea. Kenapa Ellea tak penasaran dengan sosok yang telah menghancurkan perusahaannya? Eric sangat antusias akan mengatakan hal itu. Tapi anehnya, Ellea terkesan tak tertarik untuk membahasnya.
Apa Ellea sudah tahu, jika keluarga Gavin yang telah menghancurkan perusahaannya? Tapi, Ellea tak mungkin tahu. Sampai saat ini, Jordan aman-aman saja. Kenapa Ellea terkesan memang ingin menikah dengan Gavin? Apa Ellea memang mencintai Gavin? Apa Ellea sengaja melindungi Gavin? Apa mereka telah menyogok Ellea dengan uang? Batin Eric penuh tanda tanya.
*Bersambung*
Benar² dia bayar lunas karmanya, maybe dia masi bertahan hidup hanya karena menunggu ellea pulang
Hanya Wina Patrice (ibu ellea) yg tersisa Krena mmng dri awal dia selalu menjadi korban, entah itu korban di nikahi secara paksa oleh Hendrick demi balas dendam dan korban diselingkuhi Hendrick slama pernikahan.