Kiran adalah seorang gadis berusia 34 tahun yang sudah menyandang gelar perawan tua dihadapkan pada 2 pilihan, menikah dengan Aslan yang sudah memiliki istri atau tetap menjadi simpanan mantan kekasihnya yang sudah lebih dulu menikah.
Antara cinta dan hidupnya sendiri, mana yang akan Kiran perjuangkan?
✍🏻 revisi typo dan pemberian judul bab 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Dua garis merah. batin Kiran
Matanya berembun, hatinya mendadak haru kala memandangi 2 tespack ditangannya yang sama-sama menunjukkan dua garis merah.
"Aku hamil," gumamnya sambil memegangi perut yang masih datar itu.
Tanpa permisi, air mata jatuh begitu saja. Air mata kebahagiaan.
"Jadi sebahagia ini Maya waktu itu? pasti lebih bahagia, karena dia sudah menunggu selama 8 tahun. Terima kasih ya Allah. Terima kasih. Karena hanya dalam waktu 5 bulan engkau sudah memberi hamba kepercayaan," ucap Kiran dengan sesenggukan.
Ia cukup lama berada di dalam kamar mandi, untuk mensyukuri kehamilannya itu.
Hingga terdengar suara ketukan pintu, barulah Kiran keluar.
"Bagaimana Nyonya?" tanya Asni langsung dengan wajah penuh harap.
"Alhamdulilah Bude, positif," jawab Kiran malu-malu, air matanya kembali mengalir kala mengatakan perihal itu kepada orang lain.
"Alhamdulilah, selamat Nyonya. Pasti Tuan senang sekali mendengarnya," ucap Asni girang dan Kiran mengangguk menyetujui.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di rumah utama.
Kehamilan Maya sudah memasuki trisemester ke 2, tepatnya bulan ke 4. Kini ia sudah tak lagi mengalami morning sicknees. Tapi tetap saja ia masih selalu bermanja-manja pada sang suami.
Apalagi saat kemarin Aslan menemaninya memeriksakan kandungan, dan dalam pemeriksaan waktu itu mereka berdua mendengarkan detak jantung bayi mereka.
Keduanya saling menggenggam takjub.
Dan makin membuat Maya ingin menyingkirkan si madu, pasalnya kini hidupnya sudah benar-benar sempurna.
Rasanya kehadiran Kiran malah hanya akan menjadi batu sandungan untuk kebahagiaan keluarga mereka nanti. Maya sudah membayangkan jika nanti anaknya menanyai tentang Kiran, siapa dia dan apa hubungannya dengan ayah.
Belum lagi saat Kiran hamil nanti, Ah! rasanya Maya tak sanggup untuk membayangkan jika nanti anaknya pun harus berbagi kasih sayang dengan anak Kiran.
Sumpah, Maya kini sangat menyesali keputusannya dulu, saat meminta suaminya menikahi wanita lain, dan makin menyesal karena wanita itu adalah Kiran.
Wanita tua yang penuh dengan tipu muslihat, dulu dia seolah begitu membenci mas Aslan, tapi kini dengan lantang dia mengatakan mencintai suamiku, benar-benar wanita tidak tahu diri.
Seperti itulah Kiran di mata Maya.
"Mas, kenapa ya mbak Kiran sampai sekarang belum hamil? ku rasa karena dia terlalu sibuk bekerja." ucap Maya, ia ikut duduk di sofa kamar mereka, melihat sang suami yang sedang membaca sebuah buku.
Aslan menoleh dan tersenyum.
"Mau bekerja atau tidak kalau Allah belum merestui maka siapapun itu tidak akan bisa hamil sayang." jawabnya seraya mengelus pucuk kepala sang istri dengan sayang.
Maya terdiam, padahal ia ingin suaminya itu melarang Kiran untuk bekerja. Dengan begitu mungkin mereka akan berdebat, karena Maya tahu, Kiran tidak akan mau jika diminta untuk keluar dari pekerjaannya itu.
Bagaimana ini? cara apalagi yang harus aku gunakan untuk memisahlan mas Aslan dari perempuan itu. Batinnya terus berpikir, setiap hari selalu itu saja yang ada dalam benaknya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Siang harinya saat jam istirahat kantor, Kiran memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan seorang diri. Awalnya ia ingin meminta sang suami untuk menemani, namun diurungkan niat itu karena kini adalah jatah Maya bersama suaminya.
Kiran akan mengatakan perihal kehamilannya ini saat nanti, saat suaminya datang ke rumah dan mengatakannya secara langsung.
"Selamat ya Bu, Anda hamil, usia kandungannya 6 minggu." jelas Dokter kandungan itu yang bernama Lina.
Senyum Kiran makin mekar tidak bisa ditahan.
Lina lalu memberikan beberapa resep obat yang harus Kiran tebus di apotik.
Setelah beberapa pemeriksaan selesai, akhirnya Kiran keluar sambil membawa buku berwarna merah muda di tangannya. Tiap kali ia memeriksakan kandungan ia harus membawa buku itu.
Dengan langkah penuh semangat, Kiran berjalan menuju apotik.
Tak disadari oleh Kiran, jika 2 pasang mata sedang mengamati semua pergerakannya.
"Kamu lihat, dia sekarang juga sudah hamil, buku ditangannya itu sama seperti milikku," ucap Dinda sambil mengangkat tangannya yang sedang memegang buku persis seperti milik Kiran. Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).
Alfath gamang, tanpa diberitahupun ia tahu jika Kiran sekarang sudah hamil. Hatinya begitu sakit mengetahui kenyataan ini, apalagi saat dilihatnya Kiran yang begitu bahagia.
Alfath benar-bebar merana.
Karena hingga kini Kiran masih menguasai semua hatinya.
"Sudah ku katakan, kalian tidak berjodoh, jadi jangan keras kepala dan terimalah aku dan anak kita," ucap Diana lagi, namun Alfath tetap bergeming.
Matanya masih menatap lekat kearah Kiran di ujung sana.
Dinda pun memegang lengan suaminya itu agar sadar, namun dengan cepat Alfath menepisnya.
"Ingat, aku masih belum yakin jika ini adalah anakku. Karena aku bukan orang pertama yang menyentuhmu. Jadi jangan terlalu banyak berharap, apalagi kita belum melihat hasil tes DNA itu," jelas Alfath dengan suara dingin.
Gemetarlah tangan Dinda. Ya, hari ini mereka memang akan mengambil hasil tes DNA yang sudah mereka lakukan 2 minggu lalu.
Tes DNA bayi yang masih berada di dalam kandungan.
Awalnya Dinda menolak untuk melakukan tes DNA sekarang, ia meminta agar nanti saja saat sang bayi lahir. Namun Alfath bersikeras hingga Dinda tak bisa menolak.
"Ayo." ajak Alfath, ia menarik tangan Dinda untuk segara mengambil hasil tes DNA itu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selesai menebus obat, Kiran langsung bergegas kembali ke kantornya. Turun dari dalam mobil dengan senyum yang terkembang.
Sampai-sampai membuat Agung dan semua orang yang melihat kompak mengeryit bingung.
"Kenapa tuh buk Kiran, sepertinya sedang bahagia," ucap Rara, salah satu karyawan di dealer itu.
"Kenapa ya? padahal kan sekarang bukan jatahnya dia sama suami," jawab Lora, karyawan yang lainnya pula.
Kisah hidup Kiran memang sudah menjadi bahan gosip mereka yang paling seru. Sampai-sampai masalah rumah tangga atasannya itu selalu menjadi tranding topic untuk semua karyawan disini. Mulai dari gagal nikah, isu pelakor dan memusuhi istri pertama.
Kiran tak ambil pusing, ia malah berpikir itu adalah ladang pahalanya, ihklas meski digunjing.
"Kamu kenapa?" tanya Agung saat Kiran sudah duduk disampingnya.
Kiran tak menjawab, ia malah membuka tasnya dan mengeluarkan buku merah muda itu dengan bangga.
"Buku apaan? buku menggambar?" tanya Agung cengo.
Kiran mencebik, menyesali kelakuannya sendiri.
Iya juga, mana tahu Agung tentang buku ini. Pikirnya.
"Nih baca!" kesal Kiran lalu menyodorkan buku merah muda itu.
"Kesehatan ibu dan anak? siapa ibunya siapa anaknya? ini buku siapa? kamu nemu di jalan?" tanya Agung bertubi dan Kiran menghembuskan napasnya kesal.
"Aku hamil!" jawabnya ketus.
Agung melongo, syok, terkejut dan akhirnya ikut bahagia.
"Ya Allah Ran, nggak nyangka aku kamu bisa hamil juga. Ku pikir nggak akan ada pria yang berani jebol gawangmu," ucap Agung keceplosan.
Dan di hajarlah si Agung ini, di pukul bertubi-tubi oleh Kiran dengan buku merah muda itu.
Kesal.
adanya iya meranaaa