Linka tidak menyangka jika pernikahannya dengan kekasihnya Dilan yang awalnya sudah direncanakan matang harus berakhir dengan kepedihan. Ia terima harus terima nasibnya untuk menikah dengan pria tua karena menggantikan sepupunya Tiara yang menolak perjodohan itu.
Yang lebih menyakitkan lagi yaitu sepupunya memaksa ibunya untuk menikahinya dengan mempelai pengantin pria yang merupakan calon suaminya Linka.
"Aku tidak akan menikahi pria tua yang ayah jodohkan padaku," tolak Tiara.
"Tapi, pria itu adalah lelaki kaya yang akan membuat hidupmu bahagia. Lagipula ia tidak akan hidup lama dan kau hanya mengambil semua warisan yang ditinggalkannya," ucap nyonya Widia.
"Bagaimana kelanjutan cerita ini. Apakah Linka harus menerima pengantin pria yang merupakan calon suami sepupunya ataukah ia harus kabur dari pernikahan itu?"
"Ikuti ceritanya sampai habis...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sindya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Kedengkian
Linka terlihat gelisah kala bapak penghulu terus berbisik pada tuan Alfiansyah yang seakan sedang merayu pak penghulu untuk bersabar sebentar lagi.
Bukan hanya Linka yang gelisah, tetapi juga para tamu undangan mulai berisik seperti lebah karena pertukaran suara diantara mereka.
Sementara itu, Tiara yang melihat itu menertawakan kesialan Linka yang selalu saja dihantui nasib buruk.
"Dia tidak lebih dari wanita pembawa sial," batin Tiara puas melihat penderitaan Linka. Itu yang melekat pada ingatan Tiara. Padahal awal petaka itu dia yang memulai semuanya.
"Sebenarnya pernikahan ini jadi atau tidak? Mana calon pengantin prianya?"
"Iya ya. Apa jangan-jangan pria itu kabur karena berubah pikiran?" ucap tamu yang lainnya.
Lagi-lagi Linka memejamkan matanya. Menautkan batinnya untuk langsung kontak kepada Allah. Bentuk kepasrahannya begitu tinggi hingga ia meminta kepada Allah untuk kemudahan pernikahannya.
Tidak lama degup langkah seorang pria dengan jas coklat muda yang dikenakannya melangkah lebar memasuki ruang pernikahan itu hingga mengundang semua mata tertuju kepadanya.
"Hahhh....?! Apakah itu calon suaminya Linka?" sentak mereka menatap lekat wajah tampan dengan bahu lebar nampak kokoh terkesan dingin pada semua para tamu undangan.
Linka menengok ke belakang ketika mendengar ucapan pamannya yang penuh rasa syukur begitu melihat sang calon menantu.
"Alhamdulillah. Akhirnya ia datang juga. Pak Haidar. Itu calon menantu saya," ucap tuan Alfiansyah memperkenalkan Edgar pada penghulunya.
Linka ingin menghamburkan tubuhnya pada dada bidang Edgar yang tersenyum padanya sambil mengatur nafas karena baru saja selesai bertempur dengan orang-orang kakaknya sendiri. Namun karena mereka baru mau menjalani proses pernikahan.
"Assalamualaikum semuanya...!" sapa Edgar seraya menyalami pak penghulu dan tuan Alfiansyah.
"Waalaikumuslam." Semuanya menjawab salam Edgar.
"Perkenalkan nama saya Edgar dan saya adalah calon suaminya Linka. Apakah pak penghulu siap menikahkan kami?" tanya Edgar sambil melirik Linka yang tersenyum malu penuh keharuan.
Vie dan sekertaris Fatin bernafas lega karena pada akhirnya Edgar datang dengan kondisi sehat. Padahal mereka tidak tahu bagaimana perjuangan Edgar yang harus berhadapan dengan para anak buahnya Aslan yang mencoba menghadangnya saat mobilnya turun dari tol bandara menuju hotel yang digunakan untuk berlangsungnya ijab qobul.
Beruntungnya adiknya Elang sudah menunggunya tidak jauh dari pintu keluar tol dengan sepeda motornya sehingga orang-orang Edgar bisa menghadang orang-orang kakaknya sendiri.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya Hazley Linka Faransyah binti Muhammad Daffa Syahril dengan mas kawin tersebut tunai.
Tiara yang sedari tadi begitu iri melihat suami baru Linka yang ternyata jauh lebih tampan daripada suaminya dokter Dilan maupun tuan Aslan, memendam amarahnya karena Linka selalu mendapatkan semuanya.
Ditambah lagi mas kawin yang diberikan Edgar berupa mata uang dinar Kuwait yang lebih tinggi dari mata uang manapun di dunia ini.
"Apakah suaminya adalah seorang konglomerat?" batin Tiara makin dengki pada Linka.
"Ternyata pria itu bukan orang sembarangan," keluh dokter Dilan yang baru tahu Edgar tidak bisa dianggap sebelah mata. Ia mengira Edgar yang akan memanfaatkan kekayaan yang Linka miliki, namun justru Edgar lebih kaya dari yang ia bayangkan.
"Linka sudah mendapatkan pria tampan lagi kaya. Berarti perusahaan miliknya yang dikelola papi ku bisa aku manfaatkan," batin Tiara penuh rencana licik.
Edgar menyelesaikan ucapan sakralnya yang berhasil menghalalkan kekasihnya. Gadis impiannya yang selama ini disembunyikan tuan Aslan darinya. Ternyata jodoh tidak akan ke mana. Keduanya berhasil dipersatukan dalam buku pernikahan melalui ijab qobul tentunya.
Linka mencium tangan suaminya sesaat setelah Edgar berhasil menyemaikan sebentuk cincin berlian di jari manisnya. Senyumnya mengembang sempurna kala suaminya membenamkan ciumannya di keningnya.
Tiara sampai melihat jemarinya sendiri yang hanya mengenakan cincin emas. Kedengkian makin menjadi melihat sepasang pengantin baru itu terlihat sangat bahagia. Edgar yang tampan dan muda serta tajir. Sementara Linka yang cantik, energik dan tentunya Sholeha.
Tiara merasa tidak sanggup berlama-lama di tempat itu karena dia seakan kehabisan oksigen di sekitarnya. Entah dendam seperti apa lagi yang ia punya untuk Linka. Padahal dia sudah merebut kebahagiaan Linka dengan mengambil calon suami Linka. Ditambah selama ini dia hidup nyaman di mansion milik Linka dan menikmati semua fasilitas dan kemewahan di dalamnya.
Hanya saja, Tiara lepas kontrol hingga dalam angannya yang terbesit apa yang dia miliki saat itu adalah miliknya bukan pinjaman yang suatu hari nanti harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Pernikahan itu berlanjut dengan pesta di mana para tamu undangan berburu makanan super lezat yang terhidang di sekitar mereka.
Edgar tidak sabar untuk masuk ke kamar pengantin saat ini di mana masih ada tamu lain yang datang menghampiri mereka untuk memberikan selamat.
"Apakah kita tidak bisa kabur dari sini duluan sayang?" bisik Edgar dengan satu tangan melingkar mesra dipinggang ramping istrinya.
"Emangnya kita mau kabur ke mana?" tanya Linka dengan polosnya.
"Ke mana lagi kalau bukan ke wahana permainan pengantin baru," goda Edgar sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Linka yang hanya bisa menunduk malu.
"Nanti saja sampai tamunya pulang, hubby," ucap Linka membuat Edgar sampai tercengang.
"Barusan kamu bilang apa sayang?" tanya Edgar ingin mendengar lagi Linka memanggilnya dengan kata hubby.
"Tunggu tamunya pulang baru kita ke kamar."
"Setelah kalimat itu?"
"Hubby."
"Pertahankan kata itu karena aku lebih suka kamu memanggilku demikian," binar Edgar tanpa malu mengecup bibir Linka membuat para tamu undangan yang sempat melihat kemesraan pengantin baru itu cukup iri.
"Ayo kita makan dulu...! Biar semangat nantinya," ajak Linka menarik pergelangan tangan suaminya ke meja makan untuk tamu VVIP.
Edgar melihat keadaan sekitarnya karena masih kuatir ada penyusup yang akan merusak pesta pernikahan mereka.
Ada beberapa anak buahnya yang menyamar menjadi pelayan agar bisa memantau keadaan sekitar. Elang tampak asyik ngobrol berdua dengan sekertaris Fatin. Sementara Vie memilih untuk bergabung dengan koleganya yang juga masih jomblo seperti dirinya.
Linka menyuapi edgar begitu juga dengan Edgar yang tidak mau Linka hanya menyuapinya. Sambil makan, Edgar sempat-sempatnya menggoda Linka dengan pertanyaan konyol.
"Apakah kamu ingin hamil secepatnya, sayang?" tanya Edgar.
"Insya Allah kalau dipercayakan Allah diberi momongan secepatnya itu pasti hal yang paling membahagiakan untukku setelah kamu," ucap Linka lagi-lagi membuat Edgar terangsang.
"Kalau begitu kita ke kamar setelah habis makan. Tamunya sudah mulai berkurang..!" desak Edgar membuat Linka akhirnya setuju.
"Baiklah. Tapi aku ijin mau menghampiri paman dulu, ya!" pinta Linka.
"Ya. Kita hampiri beliau bersama saja," ucap Edgar segera meneguk minumannya.
"Ok."
Sementara di Belanda, tuan Aslan terlihat murka saat mendengar kalau anak buahnya tidak bisa menghalau Edgar untuk tiba di hotel. Ditambah lagi Edgar sudah menghalalkan Linka.
"Dasar siaalll.....! Kenapa nasibku begitu malang. Harusnya aku tidak menceraikan Linka sebelum aku benar-benar memastikan kalau milikku masih bisa diobati," geram tuan Aslan menangis penuh rasa sesal.