NovelToon NovelToon
Muslimah-Muslimah Tangguh

Muslimah-Muslimah Tangguh

Status: tamat
Genre:Teen / Action / Romantis / Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:171.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Rudi Hendrik

Sejumlah muslimah berjilbab didera berbagai permasalahan pelik yang menyerang pilihan jalan mereka untuk berhijab.

Barada, Rina Viona, dan para personel Geng Bintang Tujuh, dituntut memecahkan masalah rumit yang mereka hadapi, termasuk masalah percintaan.

Lalu bagaimana cara mereka bertahan dalam balutan jilbabnya yang harus menghadapi tantangan perkembangan zaman yang semakin terbuka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

31. Pertemuan Pertama Marlina-Masnaini

*Masnaini Muslimah Rekayasa*

Pria berkumis pengendara sepeda motor melaju kencang menyalip mobil BMW yang dikendarai oleh sopir Marlina, yaitu Bu Rista. Sementara di depan sana lampu masih menyala hijau. Bu Rista agak mengencangkan laju mobilnya agar bisa mendapat lampu hijau dan bisa melaju mulus.

Namun, motor pria berkumis di depan sana tiba-tiba berhenti mendadak di tengah jalan.

Rendy, pengawal Marlina yang duduk di sebelah Bu Rista, lebih dulu melihat berhentinya motor di depan mobil mereka.

“Awas, Bu!” teriak Rendy memperingatkan Bu Rista.

Ciit!

Dengan sigap Bu Rista injak rem, sampai-sampai terdengar decitan ban menggesek aspal dengan keras. Marlina dan Sinta yang duduk berdampingan di tengah tanpa sabuk pengaman, jadi terhentak tajam ke depan, tapi keduanya cepat menahan dengan tangan agar tidak tersungkur.

Norel yang juga melaju kencang di belakang dengan mobil sport-nya turut mengerem mendadak, hingga-hingga jarak kedua mobil tinggal dua jengkal.

Teeet!

Bu Rista spontan tekan klakson panjang untuk pengendara motor yang tiba-tiba berhenti di tengah jalan.

Klakson Bu Rista membuat pengendara motor tersenyum salah sambil angkat satu lengannya sebagai tanda permintaan maaf. Selanjutnya, pria berkumis pengendara motor itu mencoba menyela engkol motor tuanya.

Bu Rista yang ingin marah, tidak bisa marah, karena itu bukan kesalahan pengendara, tapi kesalahan kendaraannya. Mau tidak mau mereka harus menunggu sejenak, termasuk mobil Norel.

Setelah motornya kembali menyala, pengendara motor itu kembali lambaikan tangan kepada Bu Rista, lalu melaju pergi.

“Yaaa, lampunya merah,” keluh Rendy.

Kejadian itu memang terjadi beberapa ratus meter dari lampu merah besar. Saat mobil mereka kembali berjalan, lampu yang menyala hijau berganti ke merah. Mereka pun harus menunggu dari awal hingga akhir.

Seiring merahnya lampu, sekelompok bocah jalanan bergerak menyebar untuk mengamen. Dua bocah perempuan berwajah dekil, bahkan seorang beringus, berdiri tepat di sisi mobil BMW Marlina. Keduanya bernyanyi cuek menghadap ke dalam mobil, sementara pandangannya beraedar ke sana dan ke sini tidak menentu, karena pada nyatanya mereka tidak bisa melihat tembus ke dalam mobil. Keduanya bernyanyi bersama, yang satu bertepuk tangan, yang lain memetik gitar mainan dari plastik.

Di sisi lain di lampu merah, di balik tembok penyanggah jalan tol, Dodit menurunkan banyak bingkisan yang berisi berbagai hadiah untuk anak-anak.

Masnaini lalu keluar dari mobil dengan penampilan yang anggun. Ia memakai jilbab besar berwarna kuning. Kehadirannya telah dikenali oleh para anak jalanan yang sedang mengamen. Masnaini lalu mengibar-ngibarkan sapu tangannya di atas kepala untuk menarik perhatian para anak jalanan yang sedang mengamen di antara kendaraan yang sedang menunggu giliran lampu hijau.

Melihat keberadaan Masnaini, anak-anak jalanan segera meninggalkan pekerjaannya dan berlari ke tempat Masnaini berada. Sebagian anak berteriak memanggil teman-temannya.

Pergerakan anak-anak yang tidak wajar itu mengusik perhatian para pengendara yang sedang berhenti, termasuk Marlina dan kedua pengawalnya. Namun, mereka tidak bisa melihat sumber yang menyebabkan anak-anak jalanan itu berlarian, sebab terhalang tiang jalan tol.

Hal yang pertama terlintas dalam benak Marlina, Sinta, Rendy dan Bu Rista adalah munculnya Satpol PP yang akan menjaring mereka. Tapi, mereka tidak melihat adanya satu pun anggota penertiban itu. Justru beberapa anak terlihat berlari dengan wajah senang.

Lampu di depan telah berganti hijau. Bu Rista perlahan menjalankan mobilnya. Seiring majunya mobil, pandangan Marlina, Sinta dan Rendy fokus ke samping mencoba melihat pusat penarik anak-anak jalanan itu.

Setelah mobil melaju, barulah mereka bisa melihat apa yang terjadi.

Di trotoar, di bawah jalan tol, berkumpul anak-anak jalanan mengerumuni Masnaini. Masnaini masih berdiri sambil mengibas-ngibaskan tangan kanannya ke atas yang memegang sapu tangan putih, seolah memanggil anak-anak yang belum datang kepadanya. Memang, beberapa anak ada yang berdiri di seberang menunggu arus kendaraan berganti.

“Siapa perempuan cantik itu?” tanya Rendy kepada dirinya sendiri tapi diperdengarkan kepada tiga wanita yang bersamanya.

“Bisa saja dia ibu asuh anak jalanan di lampu merah ini,” terka Sinta.

“Tidak mungkin induk semang muncul terbuka seperti itu, apalagi gadis itu begitu terlihat salehah,” tandas Rendy.

Setelah melintasi perempatan besar lampu merah itu, tiba-tiba Marlina memberi perintah kepada Bu Rista.

“Berhenti di sini, Bu!”

Bu Rista mendelik mendapat perintah itu, tapi segera memberi lampu sen tanda akan menepi.

“Kenapa berhenti di sini, Mar?” tanya Sinta.

Marlina tidak menjawab. Hal itu membuat tidak mungkin bagi Sinta untuk bertanya dua kali, kecuali hanya menuruti kemauan Marlina.

Setelah mobil berhenti, Marlina segera membuka pintu mobil. Rendy dan Sinta segera bergerak turun. Rendy bertindak sigap segera mendampingi Marlina layaknya seorang bodyguard.

Norel juga memperlambat mobilnya ke sisi mobil Marlina. Norel memandang kepada Marlina dengan wajah bertanya. Marlina hanya memberi tanda agar Norel melanjutkan perjalanannya. Norel pun terus berlalu meninggalkan kakaknya.

Marlina bermaksud menyeberang ke arah kolong jalan tol. Rendy bertindak sebagai pengawal yang memberi tanda kepada mobil dan motor bahwa mereka sedang menyeberang, sehingga Marlina bisa menyeberang dengan nyaman. Sementara Sinta lekat mendampingi dengan langkah yang tegap.

Setibanya di trotoar lampu merah di kolong jalan tol, Marlina berhenti. Ia hanya berdiri memandang ke seberang sana. Begitu pun dengan Sinta dan Rendy.

Di seberang sana, Masnaini sedang sibuk membagikan bingkisan-bingkisan kepada anak-anak yang terlihat tertib menerima hadiah tanpa berebut. Masnaini yang sebenarnya mengetahui keberadaan Marlina dan pengawalnya, bersikap seolah-olah tidak sedang diperhatikan dari seberang jalan. Dodit yang berdiri tidak jauh dari Masnaini, turut membantu.

Apa yang Masnaini dan Dodit lakukan sudah mendapat izin dari polisi lalu lintas yang punya pos di lampu merah itu. Setiap mereka ingin membagikan hadiah ke anak-anak jalanan, para polisi lebih dulu juga diberi hadiah untuk anak dan istri di rumah.

Marlina diam memandang ke seberang. Pandangannya harus menembus lintasan-lintasan kendaraan yang melaju kencang selepas lampu manyala hijau.

Setelah agak lama melihat jelas wajah dan perbuatan gadis berbusana Muslimah seusianya itu, Marlina lalu berbalik pergi tanpa bicara sepatah kata pun. Sinta dan Rendy segera mengawal untuk kembali ke mobil.

Inilah awal Marlina bertemu dengan Masnaini. Pertemuan yang memang direncanakan.

“Target memakan umpan pertama. Operasi pertama berjalan sukses, Cantik!” lapor Masnaini kepada A.

“Selamat, kalian tim yang solid. Lanjutkan ke aksi jilid dua di hotel!” kata A yang langsung memberi instruksi berikutnya dari ruang rahasianya.

“Siap!” jawab semua agen yang beroperasi pada pagi itu di sekitar lampu merah.

Norel, usai tampil bersama bandnya di sebuah acara di hotel, bertemu dengan teman lamanya yang bandel bernama Sutrio.

Sutrio adalah hasil temuan dari tim yang dipimpin oleh Mira. Untuk mencari cara menjebak Norel agar memakan umpan, tim Mira bahkan menelusuri rekam jejak orang-orang yang pernah hidup bersinggungan dengan Norel. Tim Mira akhirnya menemukan nama “Sutrio” yang pernah satu sekolah dan kelas dengan Norel.

Sutrio pernah menjadi murid nakal dan suka menjahili Norel. Karenanya, ia ditawarkan bayaran untuk melakukan pekerjaan menjahili Norel kembali saat di lobi hotel. Di saat insiden kejar-kejaran antara Norel dan Sutrio terjadi hingga ke luar lobi hotel, barulah Masnaini muncul sebagai gadis mempesona dan berpura-pura menjadi penggemar Norel sebagai penyanyi. Pertemuan itulah yang kemudian membuat Norel jatuh hati kepada Masnaini. (RH)

1
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
Waah... Barada ini sepertinya ada keturunan Ambon manise, biasa mereka hitam manis dan sedap dipandang mata 🤭😁
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
Ha Ha.. gimana gak batal kalo nyicip ya semangkok habis sendiri 🤣🤣
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
kek orang Jumatan aja, separoh jalan umum dipake buat sholat 😁🤭
delete account
semoga sukses om Rudi🤲🏼
delete account
aduhh malah jadi pendiam gimana mau jujur dong 🤔
delete account
melihat keadaan lemah diramai warga itu maksud nya apa🤔
delete account
aduhh jadi gini bolong puasa nya?
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
aku kira kebun nanas yang di lampung om
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
apa yang mereka incar
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
kenapa mereka di pisah kan
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
ya Alloh ternyata cantik ala telur rebus udh sejak di novel ini 🤣🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
dih.. kok Joko 😅😅 bang Fathul loh... bukan Joko Tenang 😅😅😅
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
kalo buang sial di situ boleh nggak? 🤣🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
weh.. benda apa?
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
slow rock Malaysia itu unik sih menurut ku 😁
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
ah dahlia.. benar-benar lucu ludes 🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
seru.. seru.. kek nonton film mata2 😍😍
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
pasti nampak sangat kuning si Badar😁
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
Badar emang sesuatu
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
high quality janda... gimana bang Fat? 😅😅😅


gak heran kalo jandanya sekaliber bunda Maia dapatnya duda sekaliber Irwan Mursi 🤣🤣 eh kok malah ngelantur gue 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!