Lucinda de Vries mengira acara wisudanya akan menjadi hari kebahagiaannya sebagai sarjana kedokteran akan tetapi semua berakhir bencana karena dia harus menggantikan kakak kandungnya sendiri yang melarikan diri dari acara pernikahannya.
Dan Lucinda harus mau menggantikan posisi kakak perempuannya itu sebagai pengantin pengganti.
Bagaimana kelanjutan pernikahan Lucinda de Vries nantinya, bahagiakah dia ataukah dia harus menderita ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 UCAPAN TERIMAKASIH
Lucinda menatap dingin ke arah Sugeng yang bersandar pingsan.
Senyum tipis mengembang di sudut bibirnya.
"Sebelum aku kehilangan kesadaranku sepenuhnya sewaktu kalian membiusku dua hari yang lalu, aku masih sempat menyuntik diriku sendiri dengan obat penguat tubuh agar kekebalanku terlindungi..."
Lucinda teringat ketika Sugeng dan anak buahnya masuk ke kamar ini serta menjebaknya di ruangan isolasi yang ada di sini lantaran dia tertangkap oleh kamera pengawas karena mematikan lampu.
Dan Lucinda dibuat tak berdaya oleh mereka bahkan di suntik cairan obat penghilang ingatan yang menyakitkan dirinya.
"Untung saja aku menelan obat kekebalan tubuh serta suntikan penguat otak agar aku tidak terpengaruh oleh obat yang kau suntikkan padaku..."
Lucinda melampiaskan kekesalannya pada Sugeng sembari menepuk pipi Sugeng yang terpejam diam.
"Dasar pecundang busuk... !"
Gumam Lucinda dengan senyum sinis kepada Sugeng.
Dari arah samping terdengar suara langkah kaki melangkah mendekat.
Lucinda segera berpaling ke arah suara yang datang ternyata Kevin sudah selesai mandi, wajahnya mulai terlihat berseri-seri.
"Hmmm..."
Lucinda tersenyum simpul saat memandang Kevin datang ke arahnya.
"Wah, kau tampak segar sekali, bagaimana rasanya setelah menyentuh air, segar bukan ?"
Kata Lucinda dengan tawa kecil lalu menyerahkan baju ganti bersih pada Kevin.
"Pakai baju ini, sudah terlalu lama kamu memakai piyama lusuh dan berbau obat !"
Kevin Jansen tersenyum lembut seraya menerima baju bersih dari Lucinda.
Senyum pertama kalinya yang Kevin perlihatkan setelah dia tertidur panjang dan koma.
"Terimakasih..."
Ucap Kevin sembari mengenakan kemeja berwarna biru laut itu pada badannya yang bidang.
"Sekarang tinggal melatih dirimu sendiri untuk memperkuat tubuhmu karena kau terlalu lama tertidur, pastinya itu akan membuatmu lemah dan mudah jatuh pingsan."
"Ya, kau benar, aku juga mesti banyak menggerakkan tubuhku dengan berolahraga, bagian punggungku ini terasa pegal..."
"Karena kau terlalu lama berbaring di tempat tidur, sehingga punggungmu pegal, aku akan menemanimu berlatih diri seusai makan."
Lucinda berbalik ke arah meja yang ada di dekat kasur kecil namun Kevin segera menahannya.
Dia menatap Lucinda dengan sorot mata tajam.
Lama mereka berdua saling berpandangan sama lainnya dan berdiri berhadap-hadapan di tengah ruangan kamar ini.
"Ya... ?!"
Ucap Lucinda seraya menatap ke arah tangan Kevin yang memeganginya lalu mengalihkan pandangannya kepada Kevin kembali.
"Apa ?"
"Terimakasih..."
"Untuk apa..."
"Untuk semuanya yang telah kau lakukan padaku..., dan karena aku tidak mau disebut orang yang tidak tahu berterimakasih padamu maka aku ucapkan terimakasih atas segalanya..."
Senyum Lucinda merekah di sudut bibirnya lalu dia berkata.
"Aku melakukannya karena aku tulus, kau sedang butuh pertolonganku maka aku menolongmu sesuai kemampuanku dan aku sangat senang jika apa yang aku lakukan ada manfaatnya..."
Mendengar perkataan Lucinda membuat hati Kevin terenyuh haru lalu dia membuang mukanya ke arah kanan sembari menahan rasa haru di dalam hatinya.
Kevin menggosok kasar ujung hidungnya berulangkali.
Kedua matanya berkaca-kaca penuh terharu, Lucinda menengok Kevin yang memalingkan wajahnya ke arah lain seakan-akan dia ingin menyembunyikannya.
Lucinda menarik tangan Kevin seraya berkata lembut.
"Kenapa, ada yang salah dengan ucapanku ?"
"Tidak ada, aku hanya merasa terharu oleh pengorbananmu yang tanpa pamrih membantuku agar aku bisa sembuh..."
"Kau belum sembuh bahkan masih ada pelatihan pemulihan yang harus kamu jalani nantinya seusai kau sadar selain itu kau juga masih menjalani terapi penyembuhan agar kau sehat sediakala, Kevin."
"Apa tidak ada obat sebagai alternatif pemulihan agar tubuhku pulih sediakala, Lucinda ?"
Lucinda menggeleng pelan dan menjawab.
"Tidak ada obat untuk itu selain kau tidak boleh terus-terusan mengonsumsi obat maka cara alternatif lainnya adalah menjalani terapi fisik serta kesehatan mental..."
"Haruskah itu ?"
Tanya Kevin agak kecewa mendengar penjelasan Lucinda.
"Ya, harus bahkan sangat harus kau menjalani terapi kesehatan mental dan fisik setelah masa pemulihanmu dari koma panjang..."
Kata Lucinda sembari berjalan ke arah tempat dia biasa tidur.
"Yah, namun meski kau tidak koma hanya tertidur lama akibat racun, tapi kau wajib mengikuti prosedur penyembuhan ke tingkat selanjutnya, Kevin."
Lucinda menyerahkan hasil laboratorium dari kampusnya kepada Kevin.
"Ini hasil laporan medismu setelah aku memeriksamu, dan aku kirimkan bukti laporan kesehatanmu ke laboratorium di Universitas Leiden..."
Kata Lucinda lalu tersenyum simpul.
"Kebetulan ada orang dari Universitas Leiden yang bersedia membantuku, aku dan dia bekerjasama dengannya untuk meneliti kandungan racun dalam tubuhmu, namanya Juwita, dokter ahli yang bekerja di laboratorium."
"Dan apa hasil dari laboratorium tentang kandungan racun dalam tubuhku ?"
Tanya Kevin sembari membaca hasil laboratorium walaupun sesungguhnya dia tidak memahami isi laporan ini.
"Belum ada hasilnya, kandungan racun apakah yang ada di dalam tubuhmu masih belum diketahui secara pasti, tapi percayalah pasti akan ada hasilnya, kau tidak perlu mencemaskannya..."
"Apa kau tidak bisa membuat penawarnya ?"
"Tanpa hasil laboratorium, aku belum berani membuat keputusan agresif serta tidak dapat terburu-buru untuk proses pengobatan."
Sahut Lucinda seraya meleawati Kevin yang tertegun diam.
"Meski aku mampu membuat penawar racun namun aku belum bisa melakukannya karena aku harus tahu kandungan racun dalam dirimu itu seperti apa lalu aku bisa membuat penawar racun jika aku tahu jenis racunnya..."
Lucinda memandang lurus ke arah Kevin dengan tatapan sendu.
"Maaf, Kevin..., kali ini aku tidak bisa bertindak gegabah untuk menolongmu, bukannya apa-apa sebab resikonya yang akan aku ambil nantinya memiliki resiko tinggi bagi dirimu sendiri, Kevin..."
"Oh, begitu, ya..."
Tampak Kevin kecewa lalu dia duduk di sofa dengan kepala tertunduk lemas.
"Berapa lama aku akan pulih sediakala ?"
"Setelah racun dalam tubuhmu menghilang keseluruhan maka kau bisa dikatakan pulih sediakala bahkan kau bisa langsung beraktivitas bebas..."
"Dan berapa lama aku harus menjalani terapi penyembuhan agar aku prima kembali ?"
Kevin memasang ekspresi wajah serius saat bertanya pada Lucinda tentang pemulihan kesehatannya.
"Entahlah pastinya, akan ada banyak macam terapi yang harus kamu jalani setelah kamu turun dari tempat tidur itu maka kau akan memulai tahap penyembuhan, Kevin."
"Yah, baiklah, terserah apa katamu saja, aku hanya mematuhi perkataanmu, Lucinda..."
"Baiklah, kita lanjutkan lagi urusan kita yang belum selesai disini, terutama urusan Sugeng lalu kita apakan dia setelah ini..."
Lucinda berkata sembari menujuk ke arah Sugeng yang bersandar pada dinding kamar ini.
''Aku juga tidak tahu, harus apakan dia selanjutnya, lebih baik kita baringkan dia di sofa sampai dia tersadar kembali."
Kata Kevin sembari beranjak berdiri kemudian menghampiri Sugeng yang tersandar diam di lantai kamar.
"Tunggu, Kevin !"
Lucinda bergegas mendekati Kevin Jansen yang hendak mengangkat Sugeng ke sofa panjang di kamar ini.
"Dia akan seperti itu kondisinya sampai kapanpun juga, dia tidak akan bangun, sama seperti dirimu..."
Cegah Lucinda sembari menahan tangan Kevin yang akan membawa Sugeng.
Keduanya saling berpandangan serius dan sama-sama terdiam lama kemudian Lucinda menggeleng pelan.
"Kita biarkan saja dia, aku sudah menghubungi Juwita agar dia datang ke rumah ini...''
"Untuk apa kau panggil dia ?"
"Sebab aku ingin menyembunyikan Sugeng sebagai barang bukti atas kejahatan Saraswati, tujuan terutama kita adalah membuktikan bahwa Saraswati memanglah pelaku semua kejahatan di rumah ini..."
Kevin menatap dingin, sorot matanya mengandung arti kesedihan terhadap segala pertanyaan yang terjadi lalu dia menarik nafas dalam-dalam. Dan menoleh ke arah Sugeng.
"Baiklah, urusan Sugeng, aku serahkan pada kalian berdua, semoga saja ada jalan terbaik bagi permasalahan ini..."
Lucinda tersenyum simpul seraya mengangguk pelan.
"Sampai semuanya terungkap satu demi persatu di rumah ini, kita akan menampilkan Sugeng sebagai kunci di akhir pertunjukkan..."