Liana adalah seorang wanita yang paling berbahagia karena ia bisa menikah dengan lelaki pujaannya, Yudistira. Hidupnya lengkap dengan fasilitas, suami mapan dan sahabat yang selalu ada untuknya, juga orang tua yang selalu mendukung.
Namun, apa yang terjadi kalau pernikahan itu harus terancam bubar saat Liana mengetahui kalau sang suami bermain api dengan sahabat baiknya, Tiara. Lebih menyakitkan lagi dia tahu Tiara ternyata hamil, sama seperti dirinya.
Tapi Yudistira sama sekali tak bergeming dan mengatakan semua adalah kebohongan dan dia lelah berpura-pura mencintai Liana.
Apa yang akan dilakukan oleh Liana ketika terjebak dalam pengkhianatan besar ini?
"Aku gak pernah cinta sama kamu! Orang yang aku cintai adalah Tiara!"
"Kenapa kalian bohong kepadaku?"
"Na, maaf tapi kami takut kamu akan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Poporing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 : Mereka semua sudah tahu
Liana dan yang lainnya menginap di sebuah hotel yang cukup mewah. Mereka memesan dua kamar hotel untuk empat orang yang posisi ruangannya bisa bersebelahan. Liana satu kamar dengan Vania, sementara Arum dengan Sasya. Usai mengurus kamar hotel mereka langsung diantar menuju ke kamar pesanannya oleh staff hotel perempuan.
"Silahkan, ini ruangan kamarnya...." Wanita itu membuka pintu ruangan kamar 204 milik Liana dan Vania, agar bisa dilihat dulu dari luar.
"Wih, kamarnya cakep juga ya, An!" Ujar Vania dengan rasa kagum saat melihat bagian dalam dari kamar tersebut.
"Lumayanlah...," timpal Liana yang terlihat gak begitu tertarik.
"Lalu...." Si pelayan hotel itu berjalan ke ruangan yang ada di sebelahnya, dan membuka juga pintu tersebut. "Ini adalah ruangan untuk yang satunya...," ujarnya lagi dengan gaya yang ramah dan tetap profesional.
Arum dan Vania pun ikut masuk melihat keadaan ruangan kamar tersebut dengan menatap ke sekeliling.
"Oke lah, not bad...." Sasya terlihat puas dengan kamar tersebut, begitu pun Arum yang gak berkomentar tapi hanya mengangguk-angguk kecil.
"Kalau begitu, ini masing-masing untuk kunci ruangannya." Ia memberikan kunci ruangan tersebut kepada Sasya dan Liana untuk ruangan kamar 204 dan 205.
"Oh ya, untuk buku panduan hotel sudah ada di meja masing-masing, jadi bisa langsung dibaca," ujar pegawai itu dengan cekatan mengingatkan bagian yang paling penting.
"Makasih ya, Mbak...," balas Sasya dengan cepat.
"Sama-sama dan selamat menikmati waktunya di hotel kami, permisi...."
Pegawai hotel itu pun akhirnya pamit pergi.
"Udah ah, gue mau rebahan dulu, pegel badan gue!" Sasya langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang empuk hotel tersebut.
"Ganti baju dulu kali, Sa!" Ujar Arum yang langsung melemparkan baju ke arah wajahnya Sasya.
"Ah, elu ganggu gue aja!" Sasya mengambil baju tersebut dari mukanya dan melemparnya balik ke arah Arum.
"Udah ah, balik yuk, An!" Vania langsung menarik pelan tangan Liana untuk kembali ke kamar.
"Daaaah, kita balik dulu ya!" Vania melambaikan tangannya ke arah Sasya dan Arum lalu berlalu keluar ruangan menuju ke sebelah.
.
.
Di sebelah kamarnya Sasya dan Arum, Liana dan Vania segera membereskan barang-barang bawaan mereka dari dalam koper.
"Nanti malem lu mau ke club gak?" Tanya Vania sambil memasukkan pakaian-pakaiannya ke dalam lemari hotel yang cukup besar itu.
"Ah gila kalian, masa baru sampai udah ngomongin club?" Balas Liana yang agak sedikit terkejut teman-temannya itu sudah punya rencana nanti malam.
"Yaaaah, gak apa-apa kali, bebas 'kan!" Vania melirik jahil ke arah Liana. Sepertinya dia ingin melihat bagaimana respon teman di sebelahnya ini.
"Kalian yang bebas, aku mah enggak!" Dengus Liana mengingatkan soal statusnya.
Diantara mereka berempat hanya Liana yang sudah menikah. Sasya masih single, dia kebanyakan pacaran dan masih ingin main-main. Arum baru saja putus, sementara Vania, dia gak jauh bedanya dari Sasya.
"Mumpung jauh dari Yudis, An!" Vania mencoba untuk menghasut pendirian Liana tapi ya gak berhasil.
"Enggak ah, kalian aja yang pergi, gue gak ikutan," balas Liana yang dibalas dengan muka kecewa dari Vania. "Eh, kayaknya ada yang kelupaan deh, di dekat sini ada supermarket 'kan tadi?" Ucapnya setelah memeriksa barang bawaannya kembali.
"Kayaknya ada sih, lu tanya aja sama satpam di depan, nanti juga dikasih tau," balas Vania yang kemudian berbalik menoleh ke arah Liana yang sedang menutup kopernya kembali dan berjalan ke arah pintu.
"Gue keluar dulu ya, sebentar," ucapnya sembari meninggalkan ruangan kamar. Dan Vania sendiri.
"Buru-buru amat, apa sih yang kelupaan," gumam Vania sambil melirik koper milik Liana di atas ranjang. "Ah, gue ke kamar sebelah aja deh, daripada sendirian." Wanita itu pun akhirnya beranjak dari atas kasur dan berjalan keluar menuju ke sebelah untuk menemui Sasya dan Arum. Bosan dia kalau harus menunggu Liana sendirian.
"Lho? Kenapa lu? Si Liana mana?" Sasya keheranan saat Vania cuma seorang diri.
"Dia lagi ke bawah cari supermarket, gak tau deh beli apaan," balas Vania yang langsung melangkah masuk ke dalam ruangan kamarnya Sasya dan Arum.
"Menurut lu dia udah tau belum soal selamatan Yudis sama Tiara?" tiba-tiba Sasya buka suara membahas soal Yudis dan Tiara.
"Ah, kenapa lu jadi bahas mereka? Nanti kalau Liana denger gimana?" Ujar Vania yang langsung menengok ke arah belakang. Khawatir nanti Liana bakal datang tiba-tiba dan mendengar mereka.
"Ya elah, cuma pengen tau aja! Lagian gue heran sama Yudis, dia berani banget terang-terangan sekarang!" Sasya mendengus kecil, mengeluhkan sikap Yudis yang terlalu gegabah dan terkesan udah gak peduli lagi sama Liana.
"Gimana sih, Sa. Cinta gak bisa dipaksa! Lagian lu tau Yudis emang cinta sama Tiara bukan Liana!" Sambar Vania yang sebenarnya dia paham situasi perasaan Yudis.
"Tapi mau sampai kapan deh main kucing-kucingan begini? Yang jadi kena imbasnya kan kita!" Sembur Sasya agak menggerutu.
Sebenarnya dia gak mau pergi ke Bali kalau bukan karena permintaan Arum. Rencana ini dibuat biar gak terjadi keributan kalau Liana sampai tahu acara yang mau digelar oleh Yudis dan Tiara di kediamannya Tiara.
"Gue juga ada acara sama David harusnya, tapi malah jadi urusin beginian, pusing pala gue!" Sambar Vania yang ternyata dia sudah memiliki tambatan hati baru.
"Mau gimana lagi? Daripada terjadi huru-hara heboh," ucap Arum yang baru saja keluar dari kamar mandi.
"Tapi gue kasian juga sama Liana, hampir seluruh keluarga Yudis itu dukung Tiara ketimbang Liana," ujar Vania merasa agak prihatin dengan posisi Liana yang kayak tersingkirkan pelan-pelan.
"Ya makanya susah! Hampir semuanya emang dukung Tiara, lagian wajar kalau...." Sasya belum sempat menuntaskan kalimatnya ternyata Liana sudah masuk.
"Jadi semua liburan ke Bali ini cuma rencana kalian doang, biar gue gak bikin keributan di acaranya Yudis sama Tiara?"
Liana sudah berdiri di ambang pintu dengan tatapan mata yang begitu getir. Wajahnya sudah memerah dan matanya sembab.
"An, kok lu bisa ada di situ sih...," Vania langsung kagok dan mencoba berdiri untuk mendekati sahabatnya itu.
"Jangan dekat-dekat! Sekarang gue tahu, semua sahabat gue bersekongkol buat bohongin gue!" Liana menatap satu-persatu ketiga temannya.
"Na, bukan begitu kita di sini cuma gak mau lu kena masalah," ucap Arum mencoba memberi alasan dan menenangkan Liana.
"Pembohong! Kalian semua gak ada bedanya sama Mas Yudis!" Liana menunjuk ketiga temannya dengan penuh perasaan sakit hati. "Gue mau pulang sekarang!" Liana langsung bergegas meninggalkan ruangan kamar itu dan berjalan ke sebelah.
Ketiga temannya tentu langsung panik dan mencoba untuk menahan Liana supaya gak pergi.
"An, jangan gitu, kita baru sampe lho...." Vania mencoba membujuk.
"Iya, An, sayang banget kalau lu mau langsung pulang," timpal Sasya.
"Gak!" Tegas Liana langsung menolak. "Gue gak mau di sini sama pengkhianat! Pergi kalian semua!" Liana mengusir ketiga temannya dari dalam ruangan kamar, sementara dirinya mulai sibuk kembali membereskan baju-bajunya yang sempat ia masukkan ke lemari hotel dan mengambilnya untuk dibawa pulang.
Vania, Sasya dan Arum hanya bisa berdiri dengan cemas di depan ruangan yang tertutup itu.
Tak lama Liana keluar sambil membawa tas koper dan tanpa mengucapkan apa-apa ia bergegas berjalan meninggalkan ketiganya.
"Aduh, kok bisa sih kayak gini...." Vania tampak ketakutan saat melihat ekspresi marah dari sahabatnya tadi.
"Udah deh kita coba susul dia, bujuk!" Arum langsung menarik tangan Sasya dan Vania lalu mengejar Liana yang sudah pergi.
Bagaimana kelanjutan kisah Liana? Apa yang akan dilakukannya setelah tahu teman-temannya pun ikut berkomplot menutupi hubungan Yudis dan Tiara?
.
.
.
Bersambung....
dan saat nanti trbukti liana memang hamil.... jgn lgi ada kta mnyesal yg berujung mngusik ketenangan hidup liana dan anknya....🙄🙄
dan untuk liana.... brhenti jdi perempuan bodoh jdi jdi pngemis cinta dri laki" yg g punya hati jga otak...
jgn km sia"kn air matamu untuk mnangisi yudis sialan itu..
sdh tau km tak prnah di anggp.... bhkn km matpun yudis g akn sedih liana....
justru klo yudis km buang.... yg bkalan hidup susah itu dia dan gundiknya...
yudis manusia tak tau diri.... g mau lepasin km krna dia butuh materi untuk kelangsungan hidup gundik dan calon anaknya...
jdi... jgn lm" untuk mmbuang kuman pnyakit...