sebuah pria tampan CEO bernama suga yang menikah dengan wanita cantik bernama cristine namun pernikahan itu bukan atas kehendak suga melainkan karena sedari kecil suga dan cristine sudag di jodohkan dengan kakek mereka, kakek cristine dan suga mereka sahabat dan sebelum kakek cristine meninggal kakeknya meminya permintaan terakhir agar cucunya menikah dengan suga, namun di sisi lain suga sebenarnya sudah menikah dengan wanita bernama zeline suga dan zeline sudah menikah selama dua tahun namun belum di karuniai seorang anak, itu juga alasan suga menerima pernikahan dengan cristine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tika kookie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
cinta di antara dua istri sang ceo
Hujan turun semakin lebat, membuat pandangan Zeline terbatas oleh tirai air yang jatuh dari langit. Mesin mobilnya terus menggerung kencang, menandakan ia menekan pedal gas terlalu dalam.
Wiper bergerak cepat, namun pikirannya melayang entah ke mana.
Gambaran tentang Suga, Cristine, dan semua kata menyakitkan yang pernah ia dengar terus berputar di kepalanya.
Zeline lirih, dengan suara bergetar
“Semuanya sudah cukup… aku lelah…”
Tiba-tiba dari balik lamunan itu, lampu merah di sisi jalan memantul tajam di matanya.
Seketika Zeline tersadar di depannya ada tikungan tajam.
Zeline terkejut
“A-astaga!”
Ia spontan menginjak rem sekuat tenaga ban mobil berdecit di atas aspal basah, meluncur tanpa kendali.
Tangannya membanting setir ke kiri, tapi roda justru kehilangan pijakan.
Dalam hitungan detik mobil itu berputar di jalan licin, lalu menyentuh pembatas jalan dengan hentakan keras.
Bunyi benturan logam terdengar memekakkan telinga.
Kabut tipis dari uap hujan menyelimuti tempat itu.
Air menetes di kaca depan, pelan… lalu berhenti.
Di dalam mobil yang kini diam, tubuh Zeline tampak terkulai di kursinya, wajahnya berlumuran darah karena kepalanya terbentur keras.
Suara hujan menjadi satu-satunya saksi, menetes lembut di atas mobil yang kini berhenti di sisi jalan.
Dari kejauhan, Taehyung yang masih mengejar akhirnya melihat mobil Zeline yang berhenti tak jauh di depan.
Matanya membesar, napasnya memburu.
Taehyung berteriak panik
“ZELINE!!!”
Ia segera keluar dari mobilnya, berlari di bawah hujan menuju arah mobil Zeline.
Suara hujan menenggelamkan segalanya, tapi teriakan Taehyung menembus derasnya rintik air. Ia berlari kencang ke arah mobil Zeline yang ringsek di sisi jalan. Nafasnya memburu, tubuhnya gemetar hebat karena panik.
Taehyung berteriak histeris
“ZELINE!!!”
Ia menarik gagang pintu mobil, tapi pintu itu macet karena benturan keras. Dengan tenaga penuh, ia menarik sekali lagi hingga pintu terbuka. Air hujan langsung menyiram ke dalam mobil, membasahi wajah Zeline yang terkulai lemah di kursi kemudi.
Taehyung suara bergetar
“Zeline… ya Tuhan… buka matamu, Zeline!”
Tangannya dengan hati-hati menepuk pipi Zeline, berusaha menyadarkannya. Tapi wanita itu hanya diam, napasnya pelan dan lemah. Panik semakin mencekik Taehyung, tapi ia mencoba menenangkan diri.
Taehyung menarik napas dalam, mencoba tenang
“Oke… oke, tenang, Tae… dia masih bernafas… semuanya akan baik-baik saja…”
Ia melepas sabuk pengaman Zeline dan mengangkat tubuhnya keluar dari mobil. Hujan mengguyur deras, membasahi keduanya. Taehyung memeluk tubuh Zeline dengan erat, berlari menuju mobilnya sendiri.
Taehyung suara serak
“Bertahanlah, Zeline… jangan tidur… aku mohon, tetap bersamaku…”
Ia meletakkan Zeline di kursi penumpang, menyalakan mobil dan melaju kencang menuju RS Busan Central Hospital. Di sepanjang perjalanan, tangannya terus menggenggam tangan Zeline.
Taehyung lirih, menatap Zeline
“Kau dengar aku, kan? Aku di sini, Zeline… semuanya akan baik-baik saja, aku janji.”
Pintu UGD terbuka lebar ketika Taehyung menerobos masuk dengan tubuhnya yang kuyup.
Pelukannya erat, menggendong Zeline yang tak sadarkan diri, darah masih mengalir di pelipis dan bibirnya. Nafas Taehyung tersengal, wajahnya pucat ketakutan.
Taehyung berteriak histeris
“DOKTER!!! TOLONG!!! TOLONG!!! CEPAT!!!”
Beberapa perawat yang berada di meja resepsionis langsung bangkit panik. Seorang dokter muda berlari menghampiri dengan tandu darurat.
Perawat: “Letakkan di sini, cepat!”
Taehyung: “Tidak! Dia kehilangan banyak darah! Tolong cepat! Dia belum sadar dari tadi!”
Taehyung dengan kedua tangannya yang gemetar menurunkan Zeline perlahan ke atas tandu. Matanya terus memandangi wajah Zeline, yang kini tampak sangat pucat di bawah cahaya neon rumah sakit.
Dokter: “Cepat bawa ke ruang gawat darurat! Siapkan oksigen dan peralatan infus!”
Para perawat berlari sambil mendorong tandu menuju lorong panjang rumah sakit. Taehyung berjalan beberapa langkah, tapi seorang perawat menghentikannya.
Perawat: “Tuan, anda tidak boleh masuk ke dalam. Kami akan tangani dulu pasiennya.”
Taehyung memohon, dengan suara parau
“Tolong… selamatkan dia… aku mohon… apa pun yang terjadi, jangan biarkan dia pergi…”
Tangannya terulur seolah ingin meraih Zeline, tapi pintu ruang gawat darurat sudah tertutup rapat.
Taehyung berdiri terpaku di depan pintu, tubuhnya gemetar, napasnya tak beraturan.
Dari balik kaca kecil, ia bisa melihat para dokter bergerak cepat di sekitar Zeline.
Taehyung berbisik dengan air mata menetes
“Zeline… jangan tinggalkan aku… aku belum sempat bilang betapa aku masih mencintaimu…”
Ia jatuh berlutut di lantai, kepalanya menunduk, hujan masih menetes dari pakaiannya yang basah.
Tangannya mengepal, penuh rasa takut dan penyesalan.
Sementara di balik pintu itu, suara monitor jantung Zeline terdengar samar
“beep… beep… beep…”
menjadi satu-satunya bukti bahwa ia masih hidup.