Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karena Cemburu
Dikelas sebelah.
Tampak pemuda tampan namun angkuh, Baskara namanya. Baskara duduk gelisah dikursinya... sejak tadi berdebat dengan pikirannya sendiri.
Bagaimana tidak, cewek yang dia sukai sejak kelas sepuluh itu-- Cila mengatakan jika dia sudah mempunyai pacar.
Baskara cemburu mendengarnya, dia tidak rela melihatnya bersama lelaki lain meskipun cintanya selalu ditolak gadis itu.
"Brengsek, siapa orang yang telah berani berurusan dengan gua? Baskara Ireng, ingat nama itu... akan kuhajar pacar sialanmu itu Cila."
"Cuih!
Kutuk Baskara sambil meludah kesamping mejanya.
"Woi bang***"
Teriak murid yang ada disamping mejanya marah karena asyik tidur malah kena ludah mematikannya.
Baskara menendang meja murid itu dengan keras.
"PRAK"
"Lu diam aja bab*".
Buru buru murid itu kembali tidur setelah melihat murid jagoan itu murka.
Baskara membuang nafas baunya karena belum sikat gigi dengan kasarnya.
"HUH!
"Anj***, lu makan apa Bas? Baunya kayak tik** mati."
Umpat Ray, salah satu anak buahnya.
"Seta* lu, Bas... asal sembur aja nafas may** lu itu."
Tambah Gio mengumpat bosnya.
"Biaw** lu berdua, jangan ganggu gua musan*."
Baskra melotot kearah kedua anak buah bebannya itu.
Tiba tiba pak Kusnaedi berdiri didepan meja tulis sambil melipat kedua tangan didadanya. Matanya melototi mereka bertiga.
"Kalian bertiga keluar dari kelas"
"SEKARANG"
Sontak saja ketiganya bergegas kabur melihat murkanya pak Kusnaedi.
Pria tua itu hanya menggelengkan kepalanya saja melihat tiga orang itu yang menjadi langganan ruang BK.
Lalu pak Kusnaedi kembali fokus mengajar.
"Ingat anak anak jangan dicontoh ketiga murid itu"
"Baik pak"
Sahut semua murid kelas dengan serempak.
--
Saat ini di belakang sekolah. Tampak trio vs trio-- Baskara, Gio, dan Ray bertatapan dengan musuh bebuyutan mereka.
Bara, Tio, dan Revan tak kalah sengitnya memandangi musuh mereka itu.
"Lu bertiga kenapa bisa dikeluarin dari kelas?"
Tanya Baskara dengan ucapan tidak senang.
Bara buru buru menjawab kasar.
"Kita dikeluarin sama ibu Clara karena kita bertiga ketahuan nonton Spongebob Squarpants."
Gio menyipit mendengar alasan konyol itu.
"Hahaha, jangan bercanda... lu semua sudah gede masih demen aja sama tuh kartun?"
Tio melotot kearah Gio.
"Emangnya kenapa? Kita cuma nonton doang bukan nonton yang aneh aneh."
Ray ikut ikutan mengejek ketiga murid kelas dua belas A itu.
"Lu semua masih level 0 kalau masalah bandelnya-- nih kita nih sudah level SSS."
Lalu Ray menepuk dadanya dengan bangga.
"Kita menjadi langganan VIP ruang BK, gak kayak kalian jadi berandalannya cuma setengah setengah."
Revan yang sejak tadi diam kini buka suara.
"Lu semua bisa diam gak? Mau gua keluarin jurus gua biar lu pada damai?"
Baskara memandangi murid playboy kelas kakap itu dengan senyum mengejek.
"Jurus apaan, lu makan aja masih pakai nasi?"
Revan segera menyahutnya.
"Yakali pakai kertas?"
"HAHAHA"
Mereka berenam tertawa terbahak bahak mendengar jawaban receh Revan.
"Baiklah, karena gua saat ini mode baik jadi lu semua gua traktir"
"Kuy ke kantin."
Baskara berjalan paling depan menuju kantin.
Sebagai anak yang baik tentunya dia harus berbuat baik kepada sesama yang membutuhkan. Terutama anak buah dan musuh bebuyutannya itu dengan damai selama 1 hari.
"Lets go"
Bara, Gio, Tio, Ray, dan Revan berlarian menuju kantin sekolah.
Perut mereka keroncongan sejak tadi, pas banget rejeki anak haram datang. Baskara berbaik hari mentraktir mereka semua... sungguh mulia sekali dia.