Enam bulan lalu Ariella Al Sharif, putri Eren dan Shaera Al Sharif, patah hati setelah sahabat sepupunya ditolak oleh ayahnya. Sebagai putri penguasa kerajaan Oman, Ariella tidak bisa membantah keputusan ayahnya. Sekarang Ariella ingin berlibur setelah dirinya disibukkan urusan kerajaan ke Solo, heritage buyutnya. Ariella sengaja menjadi backpacker, dengan naik kendaraan umum. Saat dirinya naik kereta api dari Jakarta ke Solo, Ariella duduk bersama dengan Akarsana. Pria cupu itu hendak ke Yogyakarta, untuk nyekar eyangnya. Keduanya saling mengobrol dan entah bagaimana, mereka jalan-jalan keliling Semarang, Solo, Magelang dan Yogyakarta. Keduanya pun saling tertarik hingga akhirnya mereka harus berpisah.
Sebulan setelah itu, Ariella bertemu lagi dengan Akarsana tapi dengan status yang berbeda.
8th Generation of Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elsa
"Maafkan Jeng Sari, ya Sana. Dia memang suka sekate-kate," ucap Wira saat mengantarkan Akarsana kembali ke hotelnya.
"Tidak apa-apa. Sudah tahu kok," senyum Akarsana.
Ariella menoleh ke kursi belakang dimana anak-anak sudah pada tidur. Semenjak punya dua anak, Wira dan Mandasari mengganti mobil sedan mereka dengan mobil MPV untuk keluarga. Mereka juga memilih mobil second yang ada di showroom Giandra Otomotif Co dan itu mobil paling murah disana.
"Besok kalau kamu butuh guide, kabari saja!" ucap Mandasari.
"Jeng, besok ada acara lho," tegur Wira.
"Haaiisshhh, aku lupa! Ya sudah, selamat jalan-jalan berdua!" senyum Mandasari yang teringat ada acara Persit Kartika Chandra Kirana esok.
"Santai aja, mbak. Kan masih di Solo," cengir Ariella.
***
Keesokan paginya usai gym dan sarapan di hotel, Akarsana tersenyum saat dijemput Ariella yang datang dengan Mini Cooper milik keluarga Hadiyanto.
"Pagi Ella," sapa Akarsana saat masuk ke dalam mobil.
"Pagi Sana. Kemana nih kita?" tanya Ariella sambil menyetir mobil.
"Makan sate kambing yuk? Atau soto?" tawar Akarsana. "Seperti biasa, aku dapat rekomendasi dari warga lokal."
"Sate kambing apa?"
"Pak Manto, pak Narto, pak Bejo ..."
Ariella menoleh. "Itu bapak-bapaknya punya peternakan kambing?"
"Mana aku tahu. Karena namanya pak semua?" kekeh Akarsana.
"Hu um. Aku telepon mbak Sari ah ... Eh, lagi acara ya. Telpon mas Wira juga nggak mungkin. Mbak Daisy saja deh!" Ariella memencet tombol di layar mobilnya yang sudah terkoneksinya dengan ponselnya.
"Daisy .. Siapa?"
"Kakak perempuan aku di Jakarta. Dia waktu hamil Kenzie kan ngidam sate kambing Solo karena di Jakarta nggak ada." Ariella menyetir mobilnya ke arah jalan Slamet Riyadi ketika deringan keempat terdengar suara Daisy yang serak-serak basah.
"Hei Ella. Lagi di Solo ya?" sapa Daisy.
"Iya mbak. Mau tanya dong!"
"Tanya apa?"
"Mbak Dash sibuk nggak?"
"Nggak sayang. Ada apa?"
"Mbak, tempat sate waktu mbak Dash hamil Kenzie, dimana?" tanya Ariella.
"Pak Narto. Kenapa Ell?"
"Mau makan disana."
"Sama Akarsana? Ramai lho di grup chat yang lihat foto kiriman mbak Sari," kekeh Daisy. "Kamu kata mas Lucky, cocok kok."
"Cocok apanya mbak?" tanya Ariella bingung.
"Cocok sama akar-akaran. Itu mas Lucky yang ngomong lho ya! Kamu tahu sendiri kan mas Lucky sama dengan keluarga kita hobi nistain."
Akarsana tertawa kecil.
"Lha, ada Akarsana tho?" celetuk Daisy.
"Salam kenal mbak Daisy."
"Salam kenal pangeran Akarsana. Maafkan suami saya yang suka asal celetuknya," ucap Daisy.
"Tidak apa-apa mbak Daisy, saya sudah biasa kok. Soalnya aku sudah biasa sama Sahran dan Melvin. Kemarin juga sama mbak Sari ...."
"Kalau Sahran dan Melvin kan satu level sama kamu, tapi suamiku dan Mbak Sari kan tidak ... Duh, kenapa sih keluarga aku sukanya nistain?" keluh Daisy membuat Ariella dan Akarsana tertawa.
"Sudah gen mbak. Masih untung Opa Macan sudah nggak ada. Apa nggak habis Sana diejek habis-habisan? Mana Opa Macan kan tipe tidak pedulian selama kamu masih makan nasi, kentang dan sayur, belum makan beling dan emas," kekeh Ariella.
"Ella, jangan sampai ketemu Oma Ajeng ya. Bisa habis digodain nanti," ucap Daisy.
"Sepertinya terlambat deh mbak."
***
Ariella memarkirkan mobilnya di warung sate tempat Daisy dan Dokter Lucky dulu kemari saat hamil Kenzie. Karena Ariella memarkirkan mobilnya di seberang, Akarsana lalu menggandeng tangan gadis itu saat menyeberang jalan raya.
Sesampainya disana, Ariella lalu memesan satu porsi sate buntel, lima tusuk sate kambing dan satu porsi tengkleng. Saat semuanya datang, keduanya melongo karena porsinya cukup banyak apalagi satenya besar-besar.
"Alamat kenyang sampai siangan ini," kekeh Akarsana sambil menggigit satenya. "Hhmmm enak!"
"Iya. Enak lho. Sepertinya lebih enak daripada sate klatak kemarin ya?" ucap Ariella.
"Beda bumbu." Akarsana dan Ariella menikmati sarapan mereka lalu keduanya sepakat untuk jalan-jalan menuju Kemuning.
"Kita jalan-jalan ke kebun teh yuk!" ajak Ariella dan memberikan kunci mobil pada Akarsana usai makan sate dan pria itu terkejut saat tahu harganya termasuk murah usai membayar.
"Ayo. Kita lihat yang hijau-hijau selain duit!" senyum Akarsana.
Ariella tertawa. "Benar!"
***
Akarsana dan Ariella mengikuti arah map ke arah kebun teh di Kemuning. Keduanya mengobrol macem-macem termasuk Akarsana baru tahu kalau Ariella adalah lulusan jurusan ilmu politik internasional di The London School of Economics and Political Science (LSE): Berfokus pada studi ekonomi, politik, sosiologi, dan hukum.
"Lalu kamu juga tentara di Oman?" tanya Akarsana.
"Iya. Aku juga bisa menerbangkan helikopter dan menembak."
Akarsana tersenyum.
"Bagaimana dengan kamu?" tanya Ariella.
"Sama. Aku punya lisensi menembak, lisensi menerbangkan helikopter ... Bukannya semua anak bangsawan Timur Tengah harus bisa seperti itu?" ujar Akarsana.
"Iya sih. Tapi kalau di keluarga aku, yang klan Pratomo, memang semua anak harus bisa bela diri dan menembak. Bukan sebagai gaya-gayaan, tapi untuk melindungi diri sendiri."
"Termasuk princess Amira dan Annette dari Belgia?" tanya Akarsana.
"Iya. Kapan kamu ketemu Annette?" tanya Ariella. Anette adalah putri bungsu dari Pangeran Richard Carrington of England dan Princess Alisha Léopold of Belgium. Anette sangat berbeda dengan kakaknya, Brayden, yang dikenal pangeran bandel karena merasa tidak akan menjadi raja baik di Inggris maupun Belgia jadi bebas. Anette sangat kalem seperti ibunya bahkan dikenal, kalau tidak diajak ngomong, Anette tidak akan bunyi.
"Beberapa bulan lalu. Aku diajak Abi ke Inggris dan kebetulan hanya ada Anette disana, tidak ada Brayden dan Nicholas. Anette yang mendampingi Raja Louis dan pangeran Richard Carrington."
"Dia cantik kan?" senyum Ariella.
"Cantik, anggun dan misterius." Akarsana tersenyum. "Sayang, bukan tipe aku."
"Kenapa?"
"Apa ya. Anette terlalu kalem." Akarsana menoleh ke arah Ariella. "Macam there's no butterfly in my stomach. Bukankah kamu dulu dan Liam dulu juga sama kan?"
Ariella mengangguk. "Anette memang super kalem. Tidak pernah neko-neko, lulusan terbaik Oxford di bidang seni dan sekarang menjabat wakil direktur museum nasional Belgia di bawah pimpinan mbak Amira."
"Itu dia. Bukan tipe aku."
"Memang tipe kamu macam apa?"
Akarsana menoleh ke Ariella. "Bagaimana dengan gadis yang mirip Elsa di Frozen?"
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
Mngkn kl sm akar phon,mreka mau ngsih ksmptan....