"Di Bawah Langit yang Sama" adalah kisah tentang dua jiwa yang berbagi ruang dan waktu, namun terpisah oleh keberanian untuk berbicara. Novel ini merangkai benang-benang takdir antara Elara yang skeptis namun romantis, dengan pengagum rahasianya yang misterius dan puitis. Saat Elara mulai mencari tahu identitas "Seseorang" melalui petunjuk-petunjuk tersembunyi, ia tak hanya menemukan rahasia yang menggetarkan hati, tetapi juga menemukan kembali gairah dan tujuan hidupnya yang sempat hilang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wisnu ichwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kereta Hantu dan Jalur Laba Laba
Annelise terpaku pada layar konsol yang kini memancarkan cahaya hijau terang. Data yang tak terhitung jumlahnya mengalir seperti sungai, inti busuk Dharma yang terkumpul selama dua dekade. Di tengah semua itu, nama ibunya, Elara, muncul berulang kali di tautan Bukti Delta. Itu adalah kebenaran yang dingin dan mematikan. Ayahnya telah merencanakan segalanya, tetapi Annelise yang harus menanggung beban melihatnya.
"Kita tidak punya waktu untuk berkabung atau membaca, Annelise," suara Nyx tegas, menarik Annelise kembali ke kenyataan. Nyx memegang kendali utama Kapal Hantu, tangannya yang keriput mencengkeram tuas throttle tua. "Mereka akan segera menemukan lokasi jammer-ku dan melacak kebisingan putih. Kita harus bergerak sekarang."
Nyx menekan tombol ignition yang berkarat. Mesin diesel tua di bawah Kapal Hantu menderu, batuk, lalu menyala dengan getaran yang kuat. Asap tebal, berbau minyak dan debu, memenuhi gerbong. Kereta itu—sebuah benteng bergerak yang dibangun di atas model 'Spartan 3' yang sudah usang—mulai melaju perlahan, mengeluarkan bunyi gesekan logam yang menusuk di atas rel kerikil yang lama tidak terpakai. Nyx mengemudi secara manual, menghindari semua sensor otomatis yang mungkin tersisa di jaringan metro lama.
"Athena, mulai transfer data," perintah Annelise ke konsol. Dia cepat-cepat mengunci hard drive platinum dan kedua kunci kuningan itu kembali ke ransel, menyadari bahwa aset paling berharga sekarang adalah datanya yang sedang dikirim. "Prioritas utama: Bukti Delta dan arsip kejahatan korporasi yang terhubung dengan Black-Project 'Chimera'."
"Dipahami, Annelise. Menggunakan tautan burst gelombang mikro yang sangat terenkripsi. Aku harus menggunakan pemancar berdaya rendah untuk menghindari deteksi satelit Dharma, jadi transfer akan memakan waktu setidaknya sepuluh menit penuh. Tetaplah bergerak dan jangan berhenti," balas Athena, suaranya dipenuhi ketegangan.
Nyx mengangguk tanpa menoleh. "Sepuluh menit dalam terowongan ini adalah waktu yang sangat lama. Kereta ini berisik. Kita sekarang adalah sasaran bergerak."
Kereta hantu itu melaju menembus kegelapan. Dinding beton yang tebal di kedua sisi melintas cepat. Cahaya redup dari lampu servis kereta yang berkedip-kedip menari di atas grafiti lama yang menutupi dinding.
Tiba-tiba, bunyi alarm elektronik yang pelan namun mendesak berbunyi di konsol navigasi usang.
"Mereka sudah di Jalur Metro B," Nyx menggeram, menunjuk ke layar radar yang hanya menunjukkan garis-garis primitif. "Mereka lebih cepat dari yang kuduga. Mereka membawa tim 'Pemotong'—pasukan keamanan elite Dharma yang terlatih dalam perang terowongan. Mereka pasti sudah mematikan jammer dan melacak emisi panas dari mesin tua ini."
"Berapa banyak?" Annelise mencengkeram tali ranselnya.
"Aku melihat setidaknya lima tanda termal yang bergerak cepat menuju ke sini. Mereka memiliki kendaraan rail-skimmer yang lebih cepat. Mereka akan mencegat kita dalam lima menit," jawab Nyx, tangannya bergerak cepat mematikan semua lampu yang tidak perlu. "Kita harus berpisah dari Kapal Hantu sebelum mereka menangkapnya."
Nyx menarik rem darurat. Kereta itu meraung, mengeluarkan suara decitan logam yang mengerikan saat berhenti tiba-tiba. Mereka berada di bawah persimpangan terowongan lama.
"Ambil ini." Nyx meraih sebuah detonator kecil dari saku jaketnya, menyerahkannya kepada Annelise. "Ada bahan peledak yang disamarkan di dalam panel mesin. Kereta ini adalah basis Ayahmu, Kapal Hantu yang membawa kita. Sekarang, ini akan menjadi umpan."
"Kita akan meledakkannya? Bagaimana dengan datanya?" tanya Annelise, menatap bingkai baja kereta yang telah menjadi rumah rahasia ayahnya.
"Data sudah di tangan Athena, atau sebentar lagi. Ledakan itu akan menutupi jejak kita dan membeli kita waktu berharga," tegas Nyx. Dia bergerak ke atap gerbong dan membuka pintu layanan darurat, mengeluarkan udara dingin dan bau ozon. "Kita akan menggunakan Jalur Laba-laba."
Nyx menunjuk ke atas, di langit-langit terowongan. Terdapat lubang saluran air yang kecil, ditutupi teralis yang berkarat. "Jalur ini menghubungkan ke sistem pembuangan dan drainase yang sudah lama ditinggalkan. Dharma tidak akan pernah berani masuk ke sana—terlalu sempit, terlalu bau, dan jika terjadi banjir, itu adalah jebakan maut."
"Transfer selesai, Annelise! 100%! Selamatkan dirimu!" teriak Athena.
"Sekarang!" Nyx berteriak, menendang teralis saluran air hingga terlepas.
Annelise memanjat keluar, ranselnya terikat erat di punggung. Dia mengikuti Nyx yang dengan cepat memanjat menggunakan tangga layanan kecil yang tersembunyi di balik pipa ventilasi terowongan.
Saat mereka mencapai lubang dan merangkak masuk, mereka bisa mendengar deru mesin rail-skimmer yang mendekat dengan cepat di bawah. Senter-senter terang mulai menembus kegelapan di kejauhan.
Nyx menahan napas, menekan tombol pada detonator.
Di bawah mereka, Kapal Hantu meledak.
Ledakan itu dahsyat, mengguncang seluruh terowongan. Api oranye dan biru menjilat keluar dari celah gerbong, diikuti oleh awan asap tebal dan serpihan logam. Kapal Hantu telah memenuhi tugas terakhirnya, menghapus semua jejak operasi mereka.
Mereka merangkak di dalam saluran air yang sempit dan licin. Baunya tidak tertahankan—campuran lumpur, logam berkarat, dan bau busuk dari saluran pembuangan lama. Annelise bersyukur Ayahnya telah melengkapi ranselnya dengan pakaian taktis yang tahan air.
Dari bawah, mereka mendengar suara-suara. Tim Pemotong Dharma telah tiba.
"Kereta hancur total!" teriak seorang pria. "Mereka pasti sudah lama mengirimkan datanya! Cari lokasi transfer sinyal!"
"Lacak termal! Panas ledakan telah merusak sensor kami, tapi cari lubang ventilasi atau pintu layanan yang dibuka!"
Annelise menahan napas. Mereka sangat dekat.
"Mereka mencari jejak kaki di rel, mereka mencari sinyal panas di lantai. Mereka tidak akan mencari di atas kepala mereka," bisik Nyx, suaranya hampir tidak terdengar.
Nyx mengambil sepotong besi berkarat dan melemparkannya ke bawah. Bunyi gemerincing logam yang keras terdengar dari rel di bawah.
"Di sana! Ke arah timur! Mungkin mereka melarikan diri melalui terowongan layanan!" teriak salah satu Pemotong Dharma, dan suara sepatu bot mereka menjauh dengan cepat ke arah yang salah.
Annelise merasakan gelombang adrenalin dan kelegaan. Taktik pengalihan Nyx berhasil.
Mereka melanjutkan merangkak, bergerak lebih lambat di Jalur Laba-laba yang sempit dan berliku.
"Kereta hantu itu memang berisik, Annelise. Tapi tikus yang merangkak di selokan... itu sunyi," kata Nyx. "Kita sekarang tidak terlihat oleh mereka. Kita telah berhasil lolos."
"Ke mana kita akan pergi, Nyx? Setelah kita keluar dari sini?" tanya Annelise.
"Kita akan menuju ke Eldorado," jawab Nyx, suaranya menjadi lebih pelan dan serius. "Itu adalah lokasi di luar jaringan, tempat aku menyimpan semua peralatan dan sumber dayaku. Kita akan menemui Athena di sana. Dia akan mulai mengemas data, mempersiapkannya untuk diungkapkan. Dan kita..."
Nyx berhenti merangkak, menoleh ke Annelise di kegelapan.
"...kita akan mempersiapkan pukulan penutup. Ayahmu memberikanmu kunci untuk membuka Arsip Emas, Annelise. Sekarang, kita akan menggunakannya untuk menghancurkan mereka. Perang ini, yang dibangun di atas kebohongan mereka dan kebenaran ibumu, baru saja dimulai."
Annelise mengangguk, merasakan dinginnya air kotor di tubuhnya. Dia tidak lagi hanya seorang peretas yang mencari kebenaran. Dia adalah Phoenix yang bangkit dari abu Kapal Hantu, siap untuk membakar Dharma.