NovelToon NovelToon
Anak Pembawa Berkat

Anak Pembawa Berkat

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Wanita / Cintapertama
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rachel Imelda

Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Good Job

Deghh...

"Apa tadi Mas Juna manggil aku 'Sayang'?" gumam Cia.

"Sayang kok diam" tanya Juna lagi.

"Eh...iya Mas. Mas bilang apa?" kata Cia. Jantungnya semakin kencang berdebar.

"Aku Arjuna Arsyan sayang banget sama kamu Gracia Nathania. Apa kamu mau jadi pacar aku?" tembak Juna.

Deghh...lagi-lagi jantung Cia rasanya gak aman.

"Eh....kok gak romantis banget sih? Masa aku ditembak lewat ponsel?" Kata Cia.

"Hehhehe ...maaf sayang abisnya kamu jauh di sana sih? Apa kamu mau aku susulan kamu ke Jepang?" tanya Juna.

"Eh ngapain pake acara susulin segala?" tanya Cia.

"Biar bisa secara romantis nembak kamu" kata Juna.

"Apaan, emang mau di tembak berapa kali. Tadi kan udah ditembak kamu, Mas" kata Cia lagi.

"Oh oke. Jadi apa jawaban kamu?" tanya Juna.

"Aku....Aku....emmmmm...." jawab Cia menggantung dan hal itu membuat jantung Juna juga gak aman.

"Aku apa sayang?" tanya Juna gak sabar.

"Aku pikir-pikir dulu yah Mas" jawab Cia. Juna pun lemas. Dia belum ditolak tapi belum di terima. Dia harus sabar menunggu jawaban dari Cia.

"Berapa lama waktu yang kamu butuhkan untuk memikirkan hal ini Cia? tanya Juna.

"Kasih aku waktu seminggu yah Mas" kata Cia.

"Lama banget seminggu" kata Juna.

"Abisnya aku kaget denger perkataan kamu Mas. Jadi aku butuh buat nemenin diri aku dulu. Biar bisa memberi jawaban yang terbaik." kata Cia.

"Baiklah kalo gitu. Aku juga gak mau maksain kamu. Maaf yah udah bikin kamu kaget dengan pernyataan aku" kata Juna. Dia gak mau memaksa takut nanti Cia Ilfill.

"Iya Mas, kalo gitu aku matiin dulu yah telponnya" kata Cia.

"Iya Cia Baiklah, sampai ketemu nanti. Selamat berjuang ya, Sayang" kata Juna.

"Iya Mas. Makasih" jawab Cia. Lalu Cia pun memutuskan sambungan telponnya.

Cia perlahan menurunkan ponsel dari telinganya. Sambungan telah terputus, namun keheningan yang tersisa di kamar asramanya justru terasa lebih bising daripada percakapan tadi.

Ia bersandar di sandaran kursi belajarnya. Matanya terpaku pada buku catatan kecil yang tergeletak di meja. Tulisan kosakata Jepang yang rapi tadi kini tampak kabur. Jantungnya masih berdebar tak karuan, tersa seperti genderang yang di tabuh di dalam dadanya.

Deghh....

Sayang...

Hanya itu kata yang terus terngiang. Ia yakin Juna mengatakannya dua kali. Cia menyentuh pipinya. Panas. Ia tersenyum sangat lebar hingga rasanya pipinya kaku. Ia tak menyangka tantangan terbesarnya di hari pertamanya di Tokyo bukan datang dari mesin penjual ramen atau kasir minimarket, melainkan dari seorang laki-laki yang ribuan kilometer jauhnya.

Juna. Mas Juna yang pendiam, Mas Juna yang ternyata seorang Direktur. Mas Juna yang tak pernah ia duga punya perasaan padanya. Dan Mas Juna yang memintanya menjadi pacarnya.

"Seminggu?" gumam Cia pada dirinya sendiri, suaranya sedikit serak.

"Aku butuh waktu seminggu untuk memikirkannya?"

Saat ini Jam di ponselnya menunjukkan pukul 12.45. Dia teringat janji Kana yang akan menjemputnya jam 13.00 waktu Jepang.

Pukul 12.55 waktu Jepang, Cia sudah rapi, ia mengenakan jaket yang lebih tebal dari sebelumnya., membawa ransel kecil berisi buku catatan dan kartu identitas serta kunci barunya. Setelah percakapan telepon yang membuat jantungnya berdebar. Cia berusaha keras fokus untuk menjadi mahasiswa.

Ia turun ke lobi Waseda International Student Residence. Lobi tersebut minimalis dengan sofa kulit abu-abu dan meja resepsionis yang kosong di siang hari. Tidak banyak orang di sana hanya beberapa mahasiswa asing yang sedang berbincang dengan suara pelan. Di samping pintu kaca Cia melihat Kana berdiri sambil memeriksa ponsel. Kana menggunakan coat berwarna mustard cerah yang membuatnya menonjol dan tersenyum lebar ketika melihat Cia.

"Cia-san, Ohaiyou gozaimasu....eh, Konnichiwa!" Sapa Kana langsung memeluk Cia sekilas.

"Maaf aku masih terbiasa dengan waktu pagi". kata Kana. Cia membalas senyumnya merasa sedikit lega.

"Kana-san tidak apa-apa, apa kamu sudah menunggu lama?" tanya Cia.

"Tidak kok, aku baru datang. Sudah siap untuk menjadi Mahasiswa Waseda hari ini?" Kana mengambil langkah mundur dan memandang Cia.

"Wah kamu terlihat segar sekali. Bagaimana tidurmu? dan yang paling penting bagaimana dengan misi pertamamu?" tanya Kana bersemangat.

Cia tidak bisa menahan tawa kecilnya "Misi pertamaku...berhasil, Kana-san" kata Cia.

Kana menyeringai "Benarkah? Coba ceritakan, apakah vending machine ramen itu tidak membuatmu pusing?" tanya Kana menyelidiki.

"Sangat Pusing" Cia berbisik lalu tertawa.

"Aku masuk di kedai ramen dekat stasiun, yang ada tirai biru itu lho. Tapi di dalamnya tidak ada menu biasa. Hanya mesin tiket besar dengan semua tombolnya...kanji, hiragana, katakana. Aku tidak mengerti satu pun". Cia bercerita pengalamannya kemaren yang agak memalukan.

Kana tertawa terbahak-bahak. "Oh mesin tiket makanan itu? Ya, itu standar di sini. Kamu harus membeli tiketnya dulu sebelum duduk" kata Kana.

"Aku tahu, tapi aku tidak bisa membacanya. Aku bahkan mencoba mencampur bahwa Jepang dan bahasa Isyarat ke kokinya" cerita Cia.

Wajahnya sedikit merona. "Kokinya hanya tertawa dan aku...aku menekan tombol merah besar secara acak. Dan....itu berhasil. Aku mendapatkan Misso Ramen" Cia bangga pada dirinya sendiri karena keberhasilannya itu.

"Tombol merah besar biasanya adalah rekomendasi chef atau porsi standar. Itu pilihan yang Bagus, Cia. Good Job." Kana menepuk lengan Cia dengan gembira.

"Jadi gimana rasanya, Ramen sungguhan, bukan mie instan?" tanya Kana.

Mata Cia berbinar "Itu enak banget. Itu makanan paling enak yang pernah aku beli. Aku bahkan membuat percikan ke sweaterku saat mencoba menyeruput. Aku malu sekali, tapi pria di sebelahku hanya tersenyum." kata Cia lagi.

"Oh itu adalah ritual inisiasi Tokyo. Selamat Cia-san" kata Kana dengan nada serius, lalu tersenyum lagi.

"Aku senang kamu tidak takut. Aku juga melihat kamu sudah berbelanja. Kamarmu sudah terasa lebih lengkap?" tanya Kana.

"Sudah. Aku berhasil menemukan Daiso dan Family Mart, Onigiri dan dua selimut tipis sebagai pengganti selimut tebal. Aku sudah menyiapkan semuanya. Aku merasa sangat mandiri hari ini" kata Cia lagi. Kana mengangguk. Dia memperhatikan Cia. Ada aura semangat yang berbeda, tetapi juga sedikit kegugupan di mata Cia yang baru disadarinya.

"Bagus sekali" kata Kana lembut, kemudian mengambil.tas kecilnya.

"Tapi, sepertinya kamu tidak hanya sibuk dengan ramen dan sabun pagi ini. Kamu terlihat sangat bahagia,Cia-san seperti ada bunga yang baru mekar di musim dingin" kata Kana lagi.

Cia seketika tersentak. Pipinya langsung memerah. Dia menunduk, pura-pura memeriksa resleting ranselnya.

"Ah tidak ada apa-apa. Aku hanya senang karena ramennya enak. Dan ayahku membalas pesankan. Dia sangat bangga padaku" kata Cia.

"Aku mengerti" Kana tersenyum penuh arti, ia tidak memaksa.

"Kebahagiaan dari keluarga itu penting" Dia kemudian mengalihkan fokus dengan tepukan ringan.

" Oke, mari kita tinggalkan misteri Misso Ramen dan pesan rahasia itu. Sudah jamnya 13.00. Saatnya Waseda".

Kana mulai berjalan menuju pintu "Waseda memang di Shinjuku dekat taman Toyama. Kita akan naik kereta yang sama seperti semalam, tai kita akan turun satu stasiun sebelum Takadanobaba, di stasiun Waseda. Jangan khawatir, keramaian Shinjuku berbeda dari stasiun transit. Kamu akan melihat banyak mahasiswa di sana." Kana menjelaskan kepada Cia.

Cia mengangguk, menarik napas dalam-dalam. Tekad di dadanya kembali menyala. Urusan hati bisa menunggu. Sekarang waktunya ke Kampus.

"Baik Kana-san. Aku siap" Jawab Cia sambil melangkah keluar pintu kaca, mengikuti langkah mantap Kana menuju cahaya sore Tokyo.

Bersambung...

1
Afifah Aliana
lanjutkan semangat tor
Professor Ochanomizu
Asik banget!
Rachel Imelda: Makasih....
total 1 replies
Rachel Imelda
Makasih loh🙏. Sabar ya...
AteneaRU.
Gua setia nungguin update lo, thor! jangan bikin gua kecewa 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!